Hipotensi Primer, kami menemui Galih, seorang mahasiswa desain interior semester akhir yang sering pingsan saat naik tangga ke lantai tiga kampusnya. Awalnya ia mengira itu cuma karena kurang tidur atau lupa sarapan. Tapi ketika kejadian itu terulang di tengah presentasi skripsi, semua orang panik.
Galih dilarikan ke rumah sakit dan setelah serangkaian pemeriksaan, dokter menyimpulkan: Hipotensi Primer.
“Hipotensi? Bukannya itu cuma tekanan darah rendah?”
“Iya. Tapi ini primer. Bukan karena penyakit lain.”
Dan dari sinilah cerita kami dimulai—membedah sebuah kondisi yang sering disepelekan, tapi ternyata bisa berdampak serius pada produktivitas, fungsi organ, bahkan keselamatan.
Membedah Apa Itu Hipotensi Primer dan Mengapa Ini Bukan Cuma ‘Pusing Biasa’
Apa itu Hipotensi Primer?
Hipotensi adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang turun di bawah normal. Normalnya tekanan darah berada di kisaran 120/80 mmHg, sementara pada penderita hipotensi, bisa menyentuh 90/60 mmHg atau lebih rendah.
Hipotensi primer berarti kondisi ini tidak disebabkan oleh penyakit lain (seperti gagal jantung, infeksi berat, atau perdarahan), melainkan kondisi bawaan tubuh yang cenderung memiliki tekanan darah rendah secara alami.
Tanda dan Gejalanya:
-
Sering pusing saat berdiri terlalu cepat
-
Pandangan buram sesaat
-
Mudah lelah meski baru sedikit aktivitas
-
Telinga berdenging
-
Kulit terasa dingin dan pucat
-
Pingsan mendadak (sinkop)
Dan yang menyulitkan, tidak semua penderita mengalami gejala secara konsisten. Kadang tubuh berfungsi normal selama berhari-hari, lalu tiba-tiba drop. Ini yang membuat diagnosisnya tricky, bahkan di fasilitas rumah sakit.
Proses Diagnosis Hipotensi Primer di Rumah Sakit: Bukan Sekadar Ukur Tekanan Darah
Banyak orang mengira diagnosis hipotensi bisa ditentukan cukup dari satu kali ukur tekanan darah. Padahal untuk menyimpulkan apakah ini hipotensi primer, tenaga medis di rumah sakit melakukan serangkaian observasi:
1. Riwayat Medis
Dokter akan mengecek apakah pasien jonitogel memiliki riwayat penyakit lain yang bisa menyebabkan tekanan darah rendah, seperti infeksi, diabetes, atau gangguan tiroid.
2. Pengukuran Berulang
Pasien akan diminta melakukan pengukuran tekanan darah berulang kali, dalam posisi berbeda (duduk, berdiri, berbaring) dan pada waktu yang bervariasi.
3. Tes Darah
Untuk menyingkirkan kemungkinan anemia, hipoglikemia, atau gangguan elektrolit.
4. Tes Ortopostatik (Tilt Table Test)
Alat ini digunakan untuk mengetahui bagaimana tubuh merespons perubahan posisi tubuh—apakah terjadi penurunan tekanan darah saat berdiri.
Dr. Lutfiah, SpPD dari RSUD di Semarang, menjelaskan:
“Hipotensi primer itu seperti hantu. Tak terlihat penyebab spesifiknya, tapi dampaknya nyata. Diagnosisnya lebih ke arah eksklusi, bukan konfirmasi langsung.”
Penanganan Hipotensi Primer: Gaya Hidup, Medis, dan Tips yang Jarang Dibicarakan
Berbeda dengan hipertensi yang jelas-jelas punya obat rutin, hipotensi primer lebih tricky. Karena tidak ada penyebab spesifik, maka penanganannya pun bersifat simptomatik dan suportif.
Perawatan yang Direkomendasikan:
Hidrasi yang Konsisten
Minum air minimal 2–3 liter per hari. Tubuh yang kekurangan cairan akan memperparah penurunan tekanan darah.
Asupan Garam Sedikit Lebih Tinggi
Dalam batas wajar, konsumsi garam ditingkatkan agar bisa menaikkan tekanan darah.
Olahraga Ringan Berkala
Yoga, jalan kaki, atau berenang—aktivitas ringan membantu menjaga tonus pembuluh darah.
Gunakan Stocking Kompresi
Khususnya bagi pasien yang mengalami hipotensi ortostatik. Stoking ini membantu mengurangi pengumpulan darah di tungkai bawah.
Obat-obatan (bila dibutuhkan)
Dokter bisa meresepkan midodrine atau fludrocortisone jika gejala sangat mengganggu. Tapi ini hanya bila intervensi gaya hidup tidak cukup.
Dan yang paling penting: edukasi pasien. Banyak penderita tidak menyadari kondisi ini bisa mengganggu kerja, belajar, bahkan keselamatan saat berkendara.
Bagaimana Rumah Sakit Menyiapkan Sistem Penanganan Hipotensi yang Efisien
Di balik ruang IGD atau klinik penyakit dalam, rumah sakit punya SOP tersendiri dalam menangani pasien dengan gejala sinkop atau penurunan tekanan darah mendadak.
Fasilitas yang Wajib Disiapkan:
-
Alat pemantau tekanan darah otomatis & manual
-
Elektrokardiogram (EKG) untuk mengevaluasi kemungkinan gangguan jantung
-
Rehidrasi intravena cepat untuk kasus dehidrasi
-
Protokol observasi selama 24 jam untuk kasus sinkop tanpa sebab jelas
Beberapa rumah sakit besar bahkan mulai menyediakan layanan klinik otonomik, tempat pasien dengan keluhan pusing, keringat dingin, dan gangguan posisi bisa diperiksa menyeluruh—terutama bagi mereka dengan dugaan disautonomia, salah satu variasi hipotensi primer yang kompleks.
Penutup: Hipotensi Primer Mungkin Tak Mematikan, Tapi Bisa Membatasi Hidup
Hipotensi primer bukan sesuatu yang ‘ringan-ringan aja’. Bukan hanya sekadar merasa lemas atau butuh istirahat. Ini adalah kondisi medis yang bisa sangat mengganggu kualitas hidup seseorang, dan sayangnya sering kali tidak tertangani dengan serius.
Rumah sakit memegang peran besar dalam mengenali, mendiagnosis, dan membantu pasien hidup lebih nyaman meski tekanan darah mereka cenderung rendah.
Karena kadang, menjaga tekanan darah itu bukan soal naiknya angka, tapi bagaimana agar tubuh bisa tetap berfungsi dalam ritme yang sehat.
Baca Juga Artikel dari: Hipertensi Primer: Bahaya Tersembunyi yang Wajib Diwaspadai!
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan