JAKARTA, incahospital.co.id – Di dunia medis, ada satu kondisi langka tapi berbahaya yang bisa mengancam pernapasan hanya dalam hitungan menit — epiglotitis. Epiglotitis adalah peradangan yang terjadi pada epiglotis, yaitu lipatan jaringan kecil di belakang lidah yang berfungsi menutup saluran pernapasan saat menelan. Saat epiglotis meradang dan membengkak, udara sulit masuk ke paru-paru, menyebabkan sesak napas berat yang bisa berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama sebelum adanya vaksin Haemophilus influenzae type b (Hib). Namun, kini epiglotitis juga dapat menyerang orang dewasa, terutama mereka yang memiliki sistem imun lemah atau tidak mendapatkan vaksinasi lengkap.
Epiglotitis termasuk dalam kategori darurat medis, karena pembengkakan dapat menutup jalan napas dengan cepat. Kesadaran akan gejala awal dan tindakan tepat bisa menyelamatkan nyawa.
Penyebab dan Faktor Risiko Epiglotitis

Penyebab paling umum dari epiglotitis adalah infeksi bakteri, terutama Haemophilus influenzae type b (Hib). Namun, ada juga penyebab lain yang bisa memicu peradangan pada epiglotis, seperti:
- 
Bakteri lain seperti Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, atau Klebsiella pneumoniae.
 - 
Cedera fisik, misalnya akibat luka bakar dari makanan atau minuman yang terlalu panas.
 - 
Iritasi kimia, seperti paparan asap berlebihan, gas beracun, atau bahan kimia industri.
 - 
Infeksi virus, meski jarang, dapat memicu reaksi peradangan ringan yang berkembang menjadi epiglotitis.
 
Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami epiglotitis antara lain:
- 
Tidak mendapatkan vaksin Hib.
 - 
Anak-anak usia di bawah 5 tahun.
 - 
Sistem imun lemah akibat penyakit kronis atau penggunaan obat imunosupresif.
 - 
Kebiasaan merokok, yang dapat mengiritasi saluran pernapasan atas.
 
Menariknya, beberapa kasus epiglotitis juga ditemukan pada penyanyi profesional dan pekerja yang sering berbicara dengan intensitas tinggi — akibat iritasi berulang di tenggorokan.
Gejala Epiglotitis yang Perlu Diwaspadai
Epiglotitis berkembang cepat, bahkan dalam beberapa jam. Gejala utamanya biasanya muncul tiba-tiba dan memburuk dengan cepat.
Berikut tanda-tanda khas yang perlu diwaspadai:
- 
Demam tinggi mendadak.
 - 
Sakit tenggorokan berat, jauh lebih parah dari radang tenggorokan biasa.
 - 
Sulit menelan, hingga menyebabkan air liur menetes karena pasien enggan menelan.
 - 
Suara serak atau berubah.
 - 
Napas berbunyi (stridor) — suara berdesis atau melengking saat bernapas.
 - 
Kesulitan bernapas yang semakin memburuk dalam waktu singkat.
 - 
Posisi duduk condong ke depan (tripod position), sebagai refleks untuk mempermudah udara masuk.
 
Pada anak-anak, gejala bisa lebih ekstrem: mereka tampak gelisah, sulit bicara, dan mungkin tampak panik saat bernapas.
Jika tanda-tanda tersebut muncul, segera bawa ke IGD — jangan mencoba memeriksa tenggorokan sendiri karena bisa memicu penyumbatan mendadak.
Diagnosis dan Penanganan Epiglotitis
Diagnosis epiglotitis harus dilakukan dengan cepat dan hati-hati. Dokter biasanya akan melakukan:
- 
Pemeriksaan fisik visual, dengan bantuan laringoskop khusus untuk melihat kondisi epiglotis.
 - 
Tes darah dan kultur bakteri, guna mengidentifikasi penyebab infeksi.
 - 
X-ray leher lateral, yang dapat menunjukkan pembengkakan khas epiglotis seperti tanda “thumb sign”.
 
Setelah diagnosis ditegakkan, langkah pertama adalah menjaga jalan napas tetap terbuka. Tindakan darurat yang biasa dilakukan meliputi:
- 
Pemasangan selang pernapasan (intubasi) untuk membantu suplai oksigen.
 - 
Pemberian antibiotik intravena, terutama jika disebabkan oleh bakteri Hib.
 - 
Terapi cairan dan antipiretik untuk menurunkan demam dan menjaga hidrasi tubuh.
 - 
Kortikosteroid, jika diperlukan, untuk mengurangi peradangan dan pembengkakan.
 
Dalam kasus berat, pasien mungkin perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) hingga pernapasan stabil.
Kabar baiknya, dengan penanganan cepat dan tepat, epiglotitis memiliki tingkat kesembuhan tinggi tanpa komplikasi jangka panjang.
Pencegahan Epiglotitis dengan Vaksinasi dan Gaya Hidup Sehat
Cara paling efektif mencegah epiglotitis adalah vaksin Hib (Haemophilus influenzae type b) yang umumnya diberikan sejak bayi. Vaksin ini terbukti menurunkan angka kasus epiglotitis anak secara drastis di seluruh dunia.
Selain vaksinasi, langkah sederhana berikut dapat membantu menurunkan risiko:
- 
Menjaga kebersihan tangan dan alat makan.
 - 
Menghindari makanan atau minuman terlalu panas.
 - 
Berhenti merokok dan jauhi asap rokok.
 - 
Gunakan masker saat berada di lingkungan dengan polusi tinggi atau udara berdebu.
 - 
Perkuat sistem imun dengan pola makan seimbang dan cukup istirahat.
 
Dengan kebiasaan sehat dan perlindungan vaksin, kemungkinan terkena epiglotitis dapat ditekan secara signifikan.
Tips Menghadapi Situasi Darurat Epiglotitis
Jika seseorang tiba-tiba menunjukkan gejala epiglotitis, berikut langkah darurat yang bisa dilakukan sebelum pertolongan medis tiba:
- 
Jangan panik. Panik dapat memperburuk sesak napas.
 - 
Jangan memaksa pasien berbaring. Biarkan ia duduk tegak untuk mempermudah pernapasan.
 - 
Jangan mencoba memeriksa tenggorokan dengan alat. Ini dapat menyebabkan epiglotis menutup total.
 - 
Segera hubungi layanan darurat atau bawa ke IGD terdekat.
 - 
Pastikan udara ruangan bersih dan tidak terlalu panas atau kering.
 
Tindakan cepat dapat menyelamatkan nyawa. Setiap menit sangat berharga saat menghadapi kondisi ini.
Penutup: Waspadai Epiglotitis, Jangan Sepelekan Radang Tenggorokan
Epiglotitis mungkin terdengar seperti penyakit tenggorokan biasa, tapi dampaknya bisa sangat serius. Ia adalah pengingat bahwa tubuh manusia punya mekanisme rapuh yang perlu dijaga dengan bijak.
Kewaspadaan, vaksinasi, dan gaya hidup sehat adalah kunci pencegahan. Jika gejalanya muncul, jangan menunda mencari pertolongan medis. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk pulih sempurna.
Di tengah kesibukan dan cuaca yang mudah berubah, menjaga kesehatan saluran napas bukan hanya soal kenyamanan — tapi juga soal keselamatan.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca juga artikel lainnya: Pheochromocytoma gejala, diagnosis, terapi
