JAKARTA, incahospital.co.id – Bicara soal cacar monyet, banyak orang langsung merasa was-was. Saya masih ingat ketika berita pertama kali merebak di media sosial, sebagian besar teman-teman saya bertanya apakah ini sama berbahayanya dengan cacar biasa. Faktanya, cacar monyet adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus monkeypox, berasal dari keluarga yang sama dengan virus variola penyebab cacar.
Cacar monyet pertama kali ditemukan pada monyet pada 1958, namun kemudian kasus pada manusia mulai tercatat di Afrika Tengah dan Barat. Di era modern, mobilitas manusia tinggi, sehingga virus ini bisa menjangkau wilayah yang sebelumnya tidak terjangkau. Saya pernah membaca laporan seorang traveler yang mengalami gejala ringan setelah pulang dari perjalanan internasional, yang menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat soal pencegahan sangat penting.
Virus ini menular melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dari hewan atau manusia yang terinfeksi. Hal ini membuat kita perlu berhati-hati tidak hanya pada hewan tertentu tapi juga interaksi sosial. Sering kali, gejala awal terlihat ringan seperti demam atau nyeri otot, sehingga mudah dianggap penyakit biasa.
Gejala dan Tanda Cacar Monyet

Gejala cacar monyet biasanya muncul dalam 5–21 hari setelah terpapar virus. Saya pernah menanyakan kepada seorang tenaga medis yang menangani kasus ini tentang gejala awal. Mereka menjelaskan bahwa demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan adalah tanda paling umum. Namun yang paling khas adalah munculnya ruam kulit atau bercak-bercak di wajah dan tubuh.
Ruam ini biasanya dimulai di wajah, kemudian menyebar ke tangan dan kaki. Awalnya seperti bintik-bintik merah kecil, lalu berubah menjadi lepuhan berisi cairan. Saya teringat seorang pasien yang awalnya mengira hanya alergi kulit, tetapi setelah beberapa hari, bercak menyebar ke seluruh tubuh. Di sinilah pentingnya diagnosis dini agar penanganan cepat dapat dilakukan.
Selain itu, beberapa pasien juga mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, yang membedakan cacar monyet dari penyakit kulit lainnya. Saya menyarankan, jika ada gejala yang mirip, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk memastikan kondisi. Diagnosis tepat waktu penting untuk mencegah penularan lebih luas.
Cara Penularan dan Risiko Terpapar
Penularan cacar monyet tidak selalu melalui kontak hewan. Virus ini bisa menyebar antar manusia melalui tetesan pernapasan, kontak langsung dengan cairan tubuh, atau benda yang terkontaminasi. Saya pernah melihat ilustrasi kasus seorang perawat yang terpapar setelah menangani pasien tanpa menggunakan APD lengkap, yang menunjukkan betapa pentingnya protokol kesehatan.
Kelompok yang berisiko tinggi termasuk mereka yang sering kontak dengan hewan liar, pekerja laboratorium, dan orang-orang yang berada di area endemik. Namun, perjalanan internasional dan keramaian membuat siapapun bisa berpotensi terpapar. Saya ingat cerita seorang traveler yang memegang hewan di pasar tradisional tanpa sarung tangan, dan beberapa hari kemudian muncul gejala ringan.
Selain itu, faktor kebersihan lingkungan juga memengaruhi risiko penularan. Sering mencuci tangan, menjaga kebersihan permukaan benda yang sering disentuh, dan menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit menjadi langkah penting untuk mengurangi kemungkinan tertular.
Pencegahan dan Langkah Dunia Modern
Pencegahan cacar monyet memerlukan kombinasi perilaku sehat dan vaksinasi bila tersedia. Saya pernah menghadiri seminar kesehatan yang menekankan pentingnya edukasi masyarakat. Peserta diajarkan cara mengenali gejala awal, menjaga jarak dengan orang sakit, dan cara isolasi diri bila terinfeksi.
Menggunakan masker, mencuci tangan secara rutin, dan tidak berbagi peralatan makan atau minum dengan orang lain adalah langkah sederhana tapi efektif. Saya sendiri menerapkan prinsip ini ketika bepergian ke tempat ramai. Hal-hal kecil seperti itu terbukti menurunkan risiko penularan.
Selain itu, vaksinasi bagi kelompok berisiko tinggi dapat menjadi pelindung tambahan. Meski tidak tersedia secara luas untuk masyarakat umum, vaksin membantu menurunkan kemungkinan gejala berat dan komplikasi. Kombinasi strategi ini—perilaku sehat, edukasi, dan vaksinasi—merupakan inti dari pencegahan cacar monyet di era modern.
Penanganan dan Perawatan Pasien Cacar Monyet
Penanganan cacar monyet biasanya bersifat suportif karena belum ada obat khusus yang benar-benar menyingkirkan virus. Saya pernah menemani seorang pasien yang dirawat di rumah sakit isolasi; tim medis fokus pada menurunkan demam, mencegah dehidrasi, dan menangani infeksi sekunder pada kulit.
Selain itu, isolasi diri menjadi kunci utama. Virus mudah menular, sehingga pasien disarankan tidak melakukan kontak dengan orang lain hingga sembuh. Dalam pengalaman saya, pasien yang disiplin menjalankan isolasi sembuh lebih cepat dan tidak menularkan virus ke orang sekitar.
Perawatan kulit juga penting. Lepuhan dan ruam harus dijaga agar tidak terinfeksi bakteri lain. Saya pernah mendengar kasus komplikasi karena pasien menggaruk luka, yang menyebabkan infeksi tambahan. Oleh karena itu, edukasi pada pasien dan keluarga mengenai perawatan diri menjadi sangat krusial.
Temukan Informasi Lengkapnya Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel Berikut: Cacar Air Varisela: Gejala, Pencegahan, dan Perawatan Agar Cepat Sembuh
