Jakarta, incahospital.co.id – Saya masih ingat betul waktu pertama kali mendengar kata Virus HPV. Itu bukan dari dokter, bukan juga dari pelajaran biologi SMA. Tapi dari sebuah thread Twitter panjang yang viral gara-gara seorang cewek bercerita bahwa dia didiagnosis positif HPV… padahal katanya dia “nggak pernah aneh-aneh.”
Dari situ saya mulai cari tahu. Dan hasilnya? Mindblowing.
Virus HPV (Human Papillomavirus) adalah virus menular seksual yang sebenarnya sangat umum. Data dari WHO menyebutkan bahwa lebih dari 80% orang akan terinfeksi HPV setidaknya sekali dalam hidup mereka. Tapi yang bikin ngeri: kebanyakan orang nggak sadar mereka tertular, karena gejalanya bisa sangat samar — atau bahkan nggak muncul sama sekali.
HPV bukan cuma soal kutil kelamin, atau masalah “nakal-nakalan”. Ini virus nyata yang bisa menyebabkan kanker serviks, kanker anus, kanker tenggorokan, dan lainnya jika tidak ditangani dengan benar.
Dan ironisnya, justru karena dia “terlalu umum” dan “terlalu diam-diam,” banyak dari kita — terutama generasi muda — menganggapnya remeh.
Apa Itu Virus HPV dan Bagaimana Cara Menularnya?
Oke, mari kita bahas dari sisi medis, tapi dengan bahasa santai dan relatable.
HPV adalah kelompok virus yang terdiri dari lebih dari 150 jenis. Tapi secara umum, dibagi menjadi dua kategori besar:
-
HPV risiko rendah: biasanya menyebabkan kutil kelamin.
-
HPV risiko tinggi: bisa berkembang menjadi kanker, terutama kanker serviks.
Bagaimana cara HPV menular?
Kebanyakan orang kira HPV cuma menular lewat hubungan seksual konvensional. Tapi ternyata enggak sesederhana itu.
HPV bisa menular melalui:
-
Kontak kulit ke kulit di area genital.
-
Seks vaginal, anal, dan oral.
-
Penggunaan sex toys bersama tanpa disterilkan.
-
Bahkan tanpa penetrasi sekalipun, selama ada kontak kulit dengan bagian tubuh yang terinfeksi.
Ya, kamu nggak salah baca. Bahkan ciuman dalam beberapa kasus tertentu juga bisa jadi jalur transmisi, walau lebih jarang.
Dan karena HPV tidak selalu menimbulkan gejala, seseorang bisa jadi “pembawa” tanpa tahu bahwa dia sudah menulari pasangannya.
Ini bukan soal “nakal atau nggak nakal.” Ini soal edukasi dan pencegahan.
Gejala Virus HPV yang Sering Tidak Disadari
“Kalau aku nggak ngerasa apa-apa, berarti aku aman, kan?”
Sayangnya, nggak semudah itu, sobat.
Sebagian besar infeksi HPV memang tidak menunjukkan gejala. Tubuh biasanya akan melawan virus secara alami dalam waktu 1–2 tahun. Tapi… tidak semua kasus berakhir seindah itu.
Beberapa orang bisa mengalami:
-
Kutil kelamin: benjolan kecil seperti kembang kol di sekitar alat kelamin, anus, atau mulut.
-
Perubahan sel serviks: hanya bisa dideteksi lewat pap smear atau tes HPV.
-
Sakit tenggorokan kronis (pada kasus HPV oral).
-
Pendarahan tidak normal: seperti setelah berhubungan intim, yang bisa jadi indikasi kanker serviks.
Dan ini bagian penting: HPV bisa tidur dalam tubuh bertahun-tahun sebelum aktif kembali. Artinya, bisa saja kamu tertular dulu waktu usia 20-an, tapi gejalanya baru muncul saat 30-an.
Kapan harus periksa?
-
Wanita: rutin pap smear setiap 3 tahun setelah aktif secara seksual atau usia 21 ke atas.
-
Pria: konsultasi jika ada kutil, lesi, atau keluhan di area genital.
-
Semua gender: pertimbangkan tes HPV jika aktif seksual dan punya beberapa pasangan.
Anekdot nyata: Teman saya, Lintang, baru tahu dia positif HPV tipe risiko tinggi saat ikut program deteksi dini dari kampus. Padahal dia merasa sehat dan tidak punya gejala apapun. Untungnya, terdeteksi cepat, jadi bisa dipantau dan ditangani.
Pencegahan adalah Kunci: Vaksin HPV, Kondom, dan Edukasi Seksual yang Tidak Tabu
Sekarang kabar baiknya: HPV bisa dicegah.
Dan bagian terbaiknya, kamu bisa mulai dari sekarang — bahkan jika sudah aktif seksual.
1. Vaksin HPV (Gardasil / Cervarix)
Vaksin ini sangat efektif untuk mencegah infeksi dari tipe HPV risiko tinggi dan kutil kelamin. WHO menyarankan:
-
Ideal diberikan usia 9–14 tahun (sebelum aktif seksual).
-
Tapi tetap dianjurkan sampai usia 26–45 tahun, tergantung kondisi dan konsultasi medis.
FYI: Di Indonesia, vaksin HPV sudah masuk program imunisasi nasional sejak 2023 untuk siswi SD kelas 5 dan 6. Tapi bagi kamu yang sudah dewasa, vaksin ini bisa didapatkan di RS atau klinik dengan biaya sendiri (kisaran 700rb–1,2 juta per dosis, total 2–3 dosis).
2. Kondom
Meski tidak 100% efektif (karena HPV bisa menular lewat kulit yang tidak tertutup kondom), tetap sangat membantu mengurangi risiko.
3. Monogami atau Tes Kesehatan Rutin
Ini bukan soal moral, tapi soal proteksi. Jika punya pasangan tetap, pastikan dua-duanya melakukan tes kesehatan seksual secara rutin. Komunikasi yang terbuka adalah bagian penting dari hubungan yang sehat.
4. Edukasi Seksual Tanpa Rasa Malu
Ini bagian paling susah tapi paling penting. Banyak dari kita dididik bahwa membicarakan “yang begituan” itu tabu. Padahal, edukasi seksual yang benar adalah perlindungan pertama terhadap infeksi, bukan kejahatan moral.
Membongkar Mitos Tentang HPV yang Masih Sering Dipercaya (Padahal Salah Total)
Seperti banyak topik seputar kesehatan seksual, HPV juga dikelilingi banyak mitos yang bikin kita salah paham atau bahkan takut untuk tahu lebih jauh.
Mari kita luruskan:
Mitos 1: “HPV hanya menyerang perempuan.”
Fakta: HPV bisa menyerang semua gender. Pria bisa membawa virus dan menularkan, bahkan berisiko terkena kanker penis, anus, atau tenggorokan.
Mitos 2: “Kalau sudah vaksin, aman 100%.”
Fakta: Vaksin mencegah sebagian besar tipe HPV berbahaya, tapi tidak semuanya. Masih penting untuk rutin screening.
Mitos 3: “Kalau aku nggak punya gejala, berarti bebas HPV.”
Fakta: HPV sering tidak bergejala. Hanya tes medis yang bisa memastikan.
Mitos 4: “HPV = penyakit karena promiscuity.”
Fakta: HPV adalah virus yang umum. Bahkan pasangan pertama dalam hidupmu bisa jadi sumber penularan. Ini bukan soal nakal atau nggak nakal.
Mitos 5: “HPV nggak terlalu serius.”
Fakta: HPV adalah penyebab utama kanker serviks — salah satu penyebab kematian perempuan tertinggi di dunia.
Penutup: Tahu Lebih Dulu = Lindungi Lebih Baik
Virus HPV bukan sesuatu yang harus membuat kita takut. Tapi ia adalah sesuatu yang harus kita pahami.
Di era sekarang, punya informasi adalah kekuatan. Dan makin kita tahu tentang hal-hal seperti HPV, makin kita bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang yang kita sayangi — tanpa rasa malu, tanpa stigma.
Kalau kamu membaca artikel ini sampai selesai, kamu sudah mengambil satu langkah penting: membuka mata, dan membuka hati untuk tahu lebih banyak.
Dan siapa tahu, langkah kecil ini bisa menyelamatkan masa depanmu. Karena pada akhirnya, kesehatan seksual adalah bagian dari self-love yang paling nyata.
Baca Juga Artikel dari: Jam Tidur Ideal: Kunci Hidup Sehat yang Sering Diabaikan
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan