0 Comments

Minum Susu Lalu Obat Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi susu dan obat merupakan hal yang umum, terutama bagi mereka yang menjalani pengobatan jangka panjang atau memiliki kebiasaan menjaga asupan nutrisi harian. Namun, pertanyaan penting muncul: apakah aman minum susu, lalu obat? Atau justru berbahaya bagi tubuh? Pertanyaan ini menjadi semakin relevan ketika informasi beredar bahwa susu bisa mengganggu penyerapan obat. Untuk menjawab hal ini, kita akan menilik penjelasan ilmiah dari para ahli Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu institusi terkemuka di bidang farmasi di Indonesia.

Pentingnya Memahami Interaksi Makanan dan Obat

Interaksi antara makanan dan obat adalah salah satu aspek penting dalam dunia farmasi. Tidak semua orang menyadari bahwa makanan, termasuk susu, dapat memengaruhi efektivitas obat. Dalam konteks minum susu, lalu obat, interaksi yang terjadi bisa menurunkan daya serap obat dalam tubuh sehingga efek terapinya menjadi tidak maksimal. Dalam beberapa kasus, efek samping pun bisa timbul jika konsumsi keduanya tidak diatur dengan baik.

Menurut Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik UGM, ada banyak obat yang memiliki batasan dalam penggunaannya bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan tertentu. Salah satu makanan yang paling sering menimbulkan interaksi adalah susu karena kandungan mineral seperti kalsium, magnesium, dan protein.

Mengapa Susu Bisa Mengganggu Kerja Obat?

Susu dikenal sebagai sumber nutrisi yang kaya akan kalsium, protein, dan lemak. Namun, kandungan-kandungan ini juga dapat memengaruhi bioavailabilitas atau jumlah zat aktif obat yang tersedia di dalam aliran darah setelah konsumsi. Beberapa mekanisme gangguan antara susu dan obat meliputi:

Pengikatan Ion Kalsium

Beberapa jenis obat seperti antibiotik golongan tetrasiklin (contoh: doksisiklin, tetracycline) dan fluoroquinolone (contoh: ciprofloxacin) dapat berikatan dengan ion kalsium dari susu. Ikatan ini membentuk Kesehatan senyawa kompleks yang tidak larut dan sulit diserap di usus. Akibatnya, efektivitas obat akan menurun drastis.

Perubahan pH Lambung

Susu memiliki sifat basa yang bisa menetralkan asam lambung. Hal ini menyebabkan beberapa jenis obat tidak terurai secara optimal, karena banyak obat membutuhkan lingkungan asam untuk bisa diserap secara maksimal. Ini berarti bahwa minum susu, lalu obat dapat mengubah jalur metabolisme obat tersebut.

Perlambatan Pengosongan Lambung

Kandungan lemak dalam susu bisa memperlambat proses pengosongan lambung. Dengan demikian, obat yang membutuhkan penyerapan cepat bisa terhambat, menyebabkan efek terapi menjadi lebih lambat atau tidak terasa sama sekali.

Obat yang Tidak Boleh Dikonsumsi Bersamaan dengan Susu

Minum Susu Lalu Obat

Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang sebaiknya tidak dikonsumsi langsung setelah minum susu:

  • Tetrasiklin dan turunannya: Antibiotik ini sangat sensitif terhadap kalsium. Susu bisa menghambat penyerapan hingga 50–70%.

  • Fluoroquinolone: Ciprofloxacin, norfloxacin, dan levofloxacin juga terhambat oleh kalsium dan magnesium.

  • Obat osteoporosis seperti alendronate: Harus diminum saat perut kosong dengan air putih, dan tidak boleh dikonsumsi bersama susu karena akan mengurangi efektivitasnya.

  • Obat zat besi (ferrous sulfate): Penyerapan zat besi akan terganggu bila diminum bersamaan dengan susu.

Farmasi UGM menyarankan agar pasien berkonsultasi dengan apoteker sebelum menggabungkan konsumsi susu dan obat. Penting untuk membaca label obat atau instruksi dokter secara detail.

Apakah Ada Obat yang Aman Dikonsumsi Setelah Minum Susu?

Tidak semua obat memiliki interaksi negatif dengan susu. Ada juga jenis obat yang tidak terpengaruh atau bahkan lebih baik dikonsumsi bersama makanan, termasuk susu, untuk mengurangi iritasi lambung. Contoh obat tersebut antara lain:

  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen: Konsumsi bersama susu bisa membantu mengurangi efek samping pada lambung.

  • Beberapa vitamin larut lemak (A, D, E, K): Penyerapan akan lebih baik jika dikonsumsi dengan makanan berlemak, termasuk susu.

Namun demikian, tetap disarankan untuk mengikuti petunjuk konsumsi pada kemasan obat atau berdasarkan arahan dokter atau apoteker.

Panduan Aman: Minum Susu dan Obat

Berikut adalah panduan dari Farmasi UGM bagi masyarakat yang ingin menghindari risiko interaksi antara susu dan obat:

Beri Jeda Waktu Minimal 1–2 Jam

Idealnya, bila Anda sudah minum susu, lalu obat, berikan jeda waktu minimal 1–2 jam sebelum atau sesudah mengonsumsi susu. Ini memberi waktu bagi tubuh untuk mencerna dan menyerap susu terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat.

Konsultasikan dengan Apoteker

Jangan ragu untuk bertanya pada apoteker mengenai waktu terbaik untuk minum obat. Apoteker memiliki informasi detail mengenai interaksi makanan dan obat dan dapat memberi saran spesifik sesuai jenis obat yang Anda konsumsi.

Gunakan Air Putih Sebagai Media Minum Obat

Air putih adalah cairan terbaik untuk mengonsumsi obat. Tidak memiliki kandungan ion atau zat yang dapat mengganggu kerja obat. Hindari minum obat dengan jus buah, teh, kopi, dan tentu saja susu, kecuali memang disarankan oleh profesional medis.

Studi Kasus dari Farmasi UGM

Tim peneliti dari Fakultas Farmasi UGM pernah melakukan penelitian mengenai tingkat penyerapan tetrasiklin pada mahasiswa setelah minum susu. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar obat dalam darah menurun drastis jika dikonsumsi kurang dari satu jam setelah minum susu. Penurunan ini bisa mencapai 60%, yang artinya efektivitas antibiotik jadi jauh berkurang dan berpotensi menyebabkan resistensi bakteri.

Penelitian ini menjadi bukti nyata bahwa informasi mengenai interaksi susu dan obat bukan sekadar teori, melainkan fakta ilmiah yang berdampak langsung terhadap kesehatan.

Kesimpulan: Bijak dalam Mengonsumsi Susu dan Obat

Meskipun susu adalah minuman sehat dan bergizi, namun konsumsinya harus diperhatikan jika sedang menjalani terapi obat tertentu. Terutama jika Anda bertanya, “Minum susu, lalu obat, boleh tidak?”, maka jawabannya adalah: tergantung jenis obatnya. Untuk antibiotik dan suplemen tertentu, jawabannya tidak disarankan.

Baca Juga Artikel Berikut: Pengertian dan Struktur Tulang Telapak Kaki

Author

Related Posts