0 Comments

Aku masih ingat malam ketika pertama kali mendengar suara dengungan aneh di telingaku. Waktu itu jam 11 malam, rumah sunyi, dan aku kira ada suara nyamuk di dekat kepala. Tapi setelah kuperiksa berulang kali, ternyata sumbernya bukan dari luar. Itu dari dalam telinga berdenging ku sendiri. Dengungan konstan, tipis tapi sangat mengganggu. Dan anehnya, suara itu tetap ada meskipun aku menutup telinga.

Itulah awal perkenalanku dengan tinnitus, atau dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai telinga berdenging. Dan sejak saat itu, hidupku berubah. Tidak parah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, tapi cukup untuk membuatku stres, terutama saat malam menjelang.

Lewat artikel ini, aku ingin berbagi pengalaman, pengetahuan, dan semua hal yang kupelajari tentang tinnitus. Karena ternyata, banyak orang mengalami hal yang sama—dan sebagian besar tidak tahu harus mulai dari mana.

Apa Itu Telinga Berdenging (Tinnitus)?

Telinga Berdenging (Tinnitus)

Secara medis, tinnitus adalah persepsi suara di dalam telinga atau kepala tanpa sumber suara eksternal. Suara yang terdengar bisa bermacam-macam:

  • Dengungan halus

  • Siulan

  • Desisan

  • Detak jantung

  • Getaran seperti listrik

Bagi sebagian orang, tinnitus hanya muncul sesekali. Tapi bagi yang lain, suara itu bisa hadir setiap hari, sepanjang waktu. Dan meskipun tidak terlihat, dampaknya bisa sangat nyata terhadap kualitas hidup, tidur, konsentrasi, bahkan kesehatan mental.

Penyebab Umum Telinga Berdenging

Salah satu hal yang paling mengejutkanku adalah betapa beragam penyebab tinnitus. Bukan cuma soal telinga, tapi bisa berhubungan dengan banyak hal di tubuh.

1. Paparan Suara Keras

Terlalu sering mendengarkan musik keras lewat headphone atau bekerja di lingkungan bising (pabrik, konser, band) adalah penyebab umum.

Aku sendiri dulu sering pakai earphone seharian penuh sambil kerja. Sekarang aku sadar, itu adalah kebiasaan buruk.

2. Gangguan Pendengaran

Penuaan (presbikusis) atau gangguan koklea bisa memicu Telinga Berdenging sebagai “kompensasi” otak karena kehilangan input suara.

3. Infeksi Telinga

Radang telinga tengah atau penumpukan kotoran bisa menyebabkan tekanan dan suara berdengung.

4. Masalah Pembuluh Darah

Telinga Berdenging bisa timbul akibat masalah sirkulasi, seperti tekanan darah tinggi, anemia, atau pembuluh darah yang sempit di sekitar telinga.

5. Cedera Kepala atau Leher

Trauma pada otak, leher, atau tulang belakang atas dapat mengganggu saraf atau aliran darah ke telinga bagian dalam.

6. Efek Samping Obat

Obat seperti aspirin dosis tinggi, antibiotik tertentu, atau obat kanker bisa menyebabkan tinnitus.

7. Stres dan Kecemasan

Ini agak mengejutkan: tinnitus bisa memburuk karena stres, dan pada beberapa orang bahkan muncul akibat gangguan psikologis.

Jenis-Jenis Telinga Berdenging

Selama proses diagnosis, aku baru tahu bahwa tinnitus dibagi menjadi beberapa jenis:

  • Telinga Berdenging Subjektif: Hanya bisa didengar oleh penderitanya (paling umum)

  • Telinga Berdenging Objektif: Bisa didengar oleh dokter melalui alat tertentu (sangat jarang)

  • Telinga Berdenging Pulsatile: Berdetak mengikuti denyut jantung (biasanya terkait pembuluh darah)

  • Telinga Berdenging Tonal dan Non-Tonal: Suara berdengung stabil atau tidak stabil

Pengalamanku termasuk dalam kategori subjektif dan tonal, yaitu suara mendengung terus-menerus tapi hanya aku yang bisa dengar.

Bagaimana Telinga Berdenging Didiagnosis?

Aku sempat konsultasi ke THT (Telinga Hidung Tenggorokan) dan prosesnya cukup komprehensif:

  1. Pemeriksaan telinga secara fisik

  2. Audiometri (tes pendengaran)

  3. Pemeriksaan tekanan telinga (tympanometry)

  4. Pertanyaan tentang gaya hidup, pekerjaan, stres, dan riwayat kesehatan

Dalam beberapa kasus tertentu, dokter juga menyarankan CT scan atau MRI untuk melihat kemungkinan penyebab neurologis atau pembuluh darah.

Hasilnya? Tidak ada kelainan struktural. Artinya tinnitusku mungkin berhubungan dengan kebiasaan buruk masa lalu dan stres jangka panjang.

Apakah Telinga Berdenging Bisa Disembuhkan?

Jawaban jujurnya: belum ada obat yang sepenuhnya menyembuhkan tinnitus. Tapi kabar baiknya, banyak metode yang bisa membantu mengurangi intensitas dan dampaknya.

Dokter THT-ku menjelaskan bahwa dalam banyak kasus, otak bisa belajar untuk “mengabaikan” suara tinnitus lewat terapi atau perubahan gaya hidup. Dan itu memang yang aku alami setelah beberapa bulan menerapkan berbagai strategi.

Pengobatan dan Terapi untuk Telinga Berdenging

Berikut metode yang aku coba (dan beberapa direkomendasikan oleh spesialis):

1. Terapi Suara (Sound Therapy)

Menggunakan suara lembut seperti hujan, ombak, atau white noise untuk “menyamarkan” Telinga Berdenging, terutama saat malam.

Aku install aplikasi di HP dan pakai speaker kecil saat tidur. Sangat membantu.

2. Hearing Aid (Alat Bantu Dengar)

Bagi yang juga mengalami gangguan pendengaran, alat bantu bisa membantu menyeimbangkan input suara dan menekan Telinga Berdenging.

3. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT)

Terapi psikologis untuk mengubah respons emosional terhadap Telinga Berdenging. Sangat efektif bagi mereka yang terganggu secara mental.

4. Obat-Obatan Telinga Berdenging

Biasanya hanya untuk mengatasi gejala terkait seperti kecemasan, depresi, atau insomnia. Bukan untuk menyembuhkan Telinga Berdenging itu sendiri.

5. Meditasi dan Relaksasi

Aku mulai rutin meditasi 10–15 menit setiap pagi. Efeknya luar biasa buat menurunkan stres dan membuat Telinga Berdenging terasa lebih ringan.

6. Biofeedback dan Akupunktur Telinga Berdenging

Meskipun belum terbukti secara ilmiah konsisten, beberapa orang mendapat manfaat dari pendekatan ini.

Peran Gaya Hidup dalam Mengelola Telinga Berdenging

Buatku, gaya hidup berperan besar dalam pengelolaan tinnitus. Perubahan kecil bisa bikin perbedaan besar.

1. Kurangi Kafein dan Gula

Konsumsi kopi berlebih bikin suara dengungku makin terasa. Jadi sekarang aku batasin jadi 1 gelas per hari.

2. Jauhi Headphone Terlalu Lama

Aku sekarang lebih sering pakai speaker eksternal atau batasi waktu headphone maksimal 1 jam nonstop.

3. Tidur yang Cukup

Kurang tidur bikin tinnitus makin terasa. Aku usahakan tidur 7–8 jam, dengan lampu remang dan musik white noise.

4. Olahraga Rutin

Jogging ringan atau yoga 3–4 kali seminggu bantu sirkulasi darah dan menstabilkan mood.

5. Kurangi Stres Telinga Berdenging

Dengan teknik pernapasan, journaling, atau sekadar jalan kaki santai.

Dampak Emosional dan Sosial

Telinga Berdenging bisa bikin frustasi. Aku sempat merasa marah, sulit konsentrasi, dan kadang menarik diri dari lingkungan sosial karena suara itu membuatku lelah. Tapi setelah ngobrol di forum tinnitus dan konseling sebentar, aku sadar bahwa aku gak sendiri.

Ada komunitas yang saling dukung, berbagi tips, dan bantu menormalkan pengalaman ini. Salah satunya adalah forum support online dan grup diskusi lokal.

Berbagi cerita dan pengalaman ternyata punya efek terapeutik tersendiri.

Apakah Telinga Berdenging Bisa Dicegah?

Meski gak selalu bisa dicegah, kita bisa mengurangi risiko dengan:

  • Hindari suara keras atau pakai pelindung telinga saat konser

  • Periksa telinga secara rutin

  • Hindari penggunaan obat ototoksik tanpa pengawasan

  • Atur tekanan darah dan pola hidup sehat

  • Jangan abaikan stres kronis

Kalau kamu mulai dengar suara aneh walau cuma sesekali, sebaiknya jangan tunda konsultasi ke dokter.

Penutup: Suara yang Tak Hilang, Tapi Bisa Diterima

Telinga berdenging memang bukan hal mudah. Tapi seperti pengalaman pribadiku, Telinga Berdenging bukan akhir segalanya. Dengan pemahaman yang benar, bantuan medis, dan dukungan lingkungan, suara ini bisa dihadapi—bahkan dilupakan.

Sekarang aku bisa tidur nyenyak lagi, bisa kerja dengan tenang, dan belajar hidup berdampingan dengan suara itu. Kadang, suara itu masih datang. Tapi sekarang aku tidak panik. Karena aku tahu, aku sudah punya cara untuk menanganinya.

Kalau kamu juga mengalami Telinga Berdenging, ingat: kamu tidak sendiri, dan ada jalan untuk mengelolanya. Dan siapa tahu, pengalaman ini justru membawamu ke hidup yang lebih seimbang dan penuh kesadaran.

Dunia tampak lebih indah bila kita mengalami: Sinestesia: Saat Otak Bisa Melihat Suara dan Mendengar Warna

Author

Related Posts