JAKARTA, incahospital.co.id – Di dunia medis, strabismus dikenal sebagai kondisi ketika posisi kedua mata tidak sejajar dan tidak bergerak ke arah yang sama. Dalam bahasa awam, strabismus disebut sebagai mata juling. Kondisi ini dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, dan sering kali disalahpahami hanya sebagai masalah estetika — padahal kenyataannya, strabismus bisa memengaruhi fungsi penglihatan dan kualitas hidup seseorang secara signifikan.
Sebagai pembawa berita kesehatan, saya sering menemukan kisah nyata dari pasien yang awalnya menganggap strabismus hanya “masalah tampilan,” hingga akhirnya mereka sadar betapa kompleksnya dampaknya. Gangguan ini bukan hanya soal tampilan mata yang terlihat tidak sejajar, melainkan juga tentang cara otak memproses gambar dari kedua mata secara bersamaan.
Ketika satu mata mengarah lurus dan mata lainnya menyimpang — ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah — otak akan menerima dua gambar yang berbeda. Jika tidak ditangani, otak bisa “mengabaikan” sinyal dari satu mata, dan inilah yang akhirnya menyebabkan penurunan penglihatan yang dikenal sebagai amblyopia atau mata malas.
Jenis-Jenis Strabismus yang Perlu Diketahui

Strabismus bukan satu penyakit tunggal, melainkan kelompok gangguan koordinasi mata dengan berbagai bentuk. Beberapa jenis utama yang umum dijumpai meliputi:
-
Esotropia
Merupakan jenis strabismus di mana salah satu mata mengarah ke dalam. Umumnya terjadi pada anak-anak dan sering disebut sebagai crossed eyes. -
Exotropia
Sebaliknya dari esotropia, kondisi ini terjadi ketika salah satu mata mengarah ke luar. Exotropia bisa muncul saat seseorang lelah, sakit, atau sedang tidak fokus. -
Hypertropia
Salah satu mata mengarah ke atas dibanding mata lainnya. Kondisi ini sering disebabkan oleh gangguan pada otot ekstraokular. -
Hypotropia
Lawan dari hypertropia, yaitu ketika satu mata mengarah ke bawah. Biasanya lebih jarang, tapi bisa menyebabkan ketidakseimbangan visual yang berat. -
Intermittent Strabismus
Jenis ini tidak terjadi terus-menerus, hanya muncul dalam kondisi tertentu seperti stres atau kelelahan.
Memahami jenis strabismus penting untuk menentukan terapi yang tepat. Diagnosis yang akurat akan membantu dokter spesialis mata atau oftalmolog menentukan apakah pasien membutuhkan terapi optik, latihan visual, atau tindakan pembedahan.
Penyebab Strabismus: Antara Faktor Genetik dan Gangguan Saraf
Penyebab strabismus bisa bervariasi, mulai dari faktor genetik, gangguan saraf, hingga kondisi medis yang memengaruhi otot mata. Beberapa penyebab utama antara lain:
-
Keturunan
Jika salah satu orang tua memiliki riwayat strabismus, kemungkinan anak mengalami hal serupa bisa meningkat hingga 30%. -
Gangguan pada Otot Mata
Ada enam otot yang mengendalikan pergerakan bola mata. Jika salah satu otot lemah atau tidak berfungsi normal, keseimbangan gerak mata bisa terganggu. -
Masalah pada Sistem Saraf
Beberapa kasus disebabkan oleh gangguan pada saraf kranial yang mengontrol otot mata, misalnya akibat stroke, trauma kepala, atau tumor otak. -
Kelainan Refraksi yang Tidak Dikoreksi
Rabun jauh (myopia), rabun dekat (hypermetropia), atau astigmatisme yang tidak ditangani dapat memaksa mata bekerja lebih keras dan menyebabkan ketidakseimbangan fokus. -
Penyakit Sistemik
Diabetes, gangguan tiroid, dan kondisi autoimun juga bisa memengaruhi fungsi otot mata dan saraf pengontrolnya.
Gejala dan Dampak Strabismus dalam Kehidupan Sehari-Hari
Gejala strabismus sangat bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Beberapa tanda yang paling sering muncul meliputi:
-
Posisi mata yang tampak tidak sejajar.
-
Kesulitan memfokuskan pandangan pada satu objek.
-
Penglihatan ganda (diplopia).
-
Mudah pusing atau lelah saat membaca.
-
Kepala sering dimiringkan untuk mengkompensasi posisi mata.
Pada anak-anak, gejala bisa lebih sulit dideteksi karena otak mereka mudah beradaptasi. Namun, adaptasi ini justru berbahaya karena dapat menyebabkan salah satu mata “dimatikan” oleh otak, yang berujung pada amblyopia.
Dalam jangka panjang, strabismus yang tidak ditangani dapat memengaruhi aspek sosial dan psikologis penderita. Banyak pasien melaporkan kehilangan kepercayaan diri akibat penampilan mata mereka, terutama pada masa remaja. Di sisi lain, kemampuan persepsi kedalaman dan orientasi ruang juga menurun, yang bisa berbahaya dalam aktivitas seperti mengemudi atau pekerjaan teknis.
Pemeriksaan dan Diagnosis Strabismus
Langkah awal dalam mendiagnosis strabismus adalah pemeriksaan oleh dokter mata menggunakan serangkaian tes seperti:
-
Uji Refleks Cahaya Kornea (Hirschberg Test)
Dokter akan menyorotkan cahaya ke mata pasien dan menilai posisi pantulannya untuk mendeteksi deviasi. -
Uji Penutupan (Cover Test)
Salah satu mata ditutup sementara mata lain difokuskan pada objek. Jika mata yang terbuka bergerak untuk menyesuaikan fokus, maka terdapat strabismus tersembunyi. -
Uji Ketajaman Visual
Untuk mengukur seberapa baik kedua mata bekerja secara individual dan bersama-sama. -
Tes Refraksi
Menentukan apakah ada kelainan penglihatan seperti rabun jauh atau astigmatisme yang mungkin berkontribusi pada kondisi ini.
Diagnosis yang akurat sangat penting karena menentukan arah pengobatan selanjutnya.
Pilihan Pengobatan Strabismus
Penanganan strabismus bergantung pada penyebab dan usia penderita. Beberapa metode utama meliputi:
-
Kacamata atau Lensa Korektif
Diberikan pada pasien dengan kelainan refraksi agar fokus mata bisa diseimbangkan kembali. -
Latihan Mata (Orthoptic Therapy)
Terapi ini melatih otot mata untuk bekerja secara seimbang melalui serangkaian latihan yang diawasi oleh dokter mata atau terapis visual. -
Penggunaan Penutup Mata (Eye Patch)
Sering digunakan pada anak-anak untuk merangsang mata yang lemah agar bekerja lebih aktif. -
Injeksi Botulinum Toxin (Botox)
Pada beberapa kasus dewasa, botox disuntikkan untuk melumpuhkan sementara otot mata yang terlalu aktif. -
Operasi Strabismus
Jika metode konservatif tidak berhasil, tindakan pembedahan dilakukan untuk memposisikan ulang otot-otot mata agar sejajar kembali. Operasi ini umumnya aman dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi.
Tips Mencegah dan MenanganiStrabismus
-
Periksa Mata Secara Rutin
Deteksi dini sangat penting, terutama pada anak-anak di bawah usia 7 tahun. -
Gunakan Kacamata Sesuai Resep Dokter
Jangan menunda koreksi penglihatan karena ketidakseimbangan fokus bisa memperburuk kondisi. -
Hindari Kelelahan Mata
Batasi waktu menatap layar dan berikan jeda setiap 20 menit dengan melihat objek jauh. -
Konsumsi Makanan Kaya Vitamin A dan Omega-3
Nutrisi ini penting untuk menjaga kesehatan otot dan saraf mata. -
Konsultasikan dengan Dokter Spesialis Mata Segera Bila Ada Tanda-tanda Juling
Penanganan dini meningkatkan peluang pemulihan penglihatan normal tanpa tindakan bedah.
Penutup
Strabismus bukan sekadar persoalan tampilan mata yang tidak sejajar. Kondisi ini menyentuh aspek fisiologis, neurologis, hingga psikologis seseorang. Dengan deteksi dini dan terapi yang tepat, banyak penderita dapat kembali menikmati penglihatan yang normal dan kehidupan yang lebih percaya diri.
Dalam dunia kedokteran modern, strabismus adalah contoh nyata bahwa harmoni penglihatan membutuhkan kerja sama sempurna antara otot, saraf, dan otak — sesuatu yang terlihat sederhana, namun sejatinya adalah hasil koordinasi kompleks yang luar biasa.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca juga artikel lainnya: Retinopati Hipertensi: Dampak Tekanan Darah pada Mata
