0 Comments

Jakarta, incahospital.co.id – Satu dekade lalu, keluhan nyeri leher mungkin hanya dianggap masalah remeh—apalagi di Indonesia, di mana istilah seperti “masuk angin” atau “salah bantal” sering digunakan tanpa evaluasi medis lebih lanjut. Tapi di era digital seperti sekarang, keluhan leher kaku, sakit menjalar ke bahu, bahkan kesemutan ke tangan, bukan lagi fenomena langka. Salah satu penyebab yang mulai sering terdengar di ruang praktik klinik maupun rumah sakit adalah: spondylosis servikal.

Spondylosis servikal adalah bentuk degenerasi (pengikisan atau kerusakan) pada tulang belakang bagian leher (servikal) yang terjadi secara perlahan seiring bertambahnya usia atau karena beban mekanis yang berlebihan. Degenerasi ini bisa mengenai bantalan (diskus), sendi, dan bahkan tulang belakangnya sendiri.

Masalahnya, di era gadget ini, bukan hanya orang tua yang mengalaminya. Banyak orang di usia 30-an sudah mulai merasakan gejala yang identik dengan spondylosis servikal. Muncullah pertanyaan: “Apakah ini hanya pegal biasa atau sudah jadi masalah struktural?”

Anekdot fiktif: Daffa, 27 tahun, seorang UI/UX designer di Jakarta, mulai mengeluhkan leher kaku, nyeri saat menunduk, dan sering kesemutan di jari tangan kanan. Awalnya ia mengira hanya overwork. Tapi setelah dirujuk ke spesialis ortopedi dan dilakukan MRI, ia dinyatakan mengalami spondylosis servikal ringan dengan penipisan diskus C5-C6. “Nggak nyangka sama sekali. Umur belum kepala tiga, tapi tulang leher udah kayak bapak-bapak,” katanya dengan cengiran pahit.

Mengenal Anatomi Leher dan Apa yang Rusak Saat Terjadi Spondylosis

Spondylosis Servikal

Agar paham betul soal spondylosis servikal, penting kita pahami dulu bagaimana struktur leher bekerja. Tulang belakang manusia terbagi dalam beberapa bagian: servikal (leher), torakal (punggung atas), lumbal (pinggang), sakral, dan koksigeal. Area servikal terdiri dari tujuh ruas (C1 hingga C7) yang menopang kepala dan memungkinkan leher bergerak ke berbagai arah.

Di antara ruas tersebut terdapat bantalan elastis yang disebut diskus intervertebralis. Diskus ini berfungsi sebagai peredam kejut dan memungkinkan fleksibilitas. Namun, seiring waktu atau karena beban berlebihan, diskus ini bisa mengalami dehidrasi, kehilangan elastisitas, dan bahkan menonjol keluar—kondisi yang bisa menekan saraf di sekitar tulang belakang.

Apa yang Terjadi Saat Spondylosis Servikal?

  1. Degenerasi Diskus: Diskus menjadi tipis, keras, atau kehilangan fungsinya sebagai bantalan.

  2. Pertumbuhan Osteofit: Tubuh merespons gesekan antar tulang dengan membentuk “taji tulang” atau osteofit yang bisa menekan saraf.

  3. Penyempitan Kanal Tulang Belakang: Ruang di mana saraf dan sumsum tulang lewat jadi lebih sempit (stenosis servikal).

  4. Radikulopati atau Mielopati: Jika saraf atau sumsum tulang belakang terjepit, bisa muncul gejala neurologis seperti kesemutan, lemah otot, hingga gangguan refleks.

Gejala Spondylosis Servikal yang Perlu Diwaspadai

Gejala spondylosis servikal bervariasi tergantung tingkat kerusakan dan bagian saraf mana yang terkena. Namun ada beberapa tanda khas yang sering ditemukan pada pasien:

Gejala Umum:

  • Nyeri leher yang menetap, biasanya memburuk saat aktivitas atau menunduk terlalu lama.

  • Kekakuan leher terutama setelah bangun tidur.

  • Sakit menjalar ke bahu, lengan, atau tangan.

  • Kesemutan atau mati rasa di tangan, terutama jari-jari.

  • Sakit kepala yang menjalar dari leher ke bagian belakang kepala.

Gejala Lanjutan (Jika Saraf Terjepit):

  • Kelemahan otot pada lengan atau tangan.

  • Kehilangan koordinasi tangan (susah menulis atau memegang benda kecil).

  • Masalah keseimbangan atau berjalan.

  • Refleks berlebihan (hiperrefleksia) pada tungkai.

Anekdot: Sari, pegawai bank berusia 35 tahun, sempat salah diagnosa selama enam bulan. Ia mengira dirinya mengalami carpal tunnel syndrome karena sering kesemutan di tangan. Setelah diperiksa oleh neurolog, ternyata penyebabnya ada di tulang leher—C6 dan C7 mengalami penonjolan diskus. Setelah fisioterapi rutin dan perubahan gaya kerja, gejalanya perlahan membaik.

Penyebab dan Faktor Risiko Spondylosis Servikal

Spondylosis servikal bukan penyakit yang terjadi dalam semalam. Ia berkembang pelan-pelan, dan seringkali tanpa gejala pada awalnya. Tapi ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan mengalami kondisi ini.

1. Usia

Ini penyebab paling klasik. Semakin tua, semakin tinggi kemungkinan diskus dan sendi leher mengalami degenerasi.

2. Posisi Tubuh yang Buruk

Duduk membungkuk, menunduk berjam-jam ke layar laptop atau smartphone, serta posisi tidur yang salah bisa memberi tekanan berlebih pada tulang servikal.

3. Pekerjaan Statis dan Repetitif

Pekerja kantoran, desainer grafis, penjahit, atau pengemudi jarak jauh memiliki risiko lebih tinggi karena gerakan leher mereka terbatas dan repetitif.

4. Cedera Leher Sebelumnya

Pernah jatuh, kecelakaan, atau benturan keras pada leher bisa memicu degenerasi lebih cepat.

5. Genetik dan Gaya Hidup

Ada juga faktor genetik. Ditambah gaya hidup kurang olahraga, kekurangan air, dan postur buruk mempercepat proses degeneratif.

Diagnosis dan Penanganan Medis Spondylosis Servikal

Jika mengalami gejala mencurigakan, langkah pertama adalah ke dokter umum atau spesialis saraf/tulang. Pemeriksaan akan mencakup wawancara medis, tes fisik, dan penunjang.

Pemeriksaan Penunjang:

  • Foto Rontgen (X-ray): Untuk melihat adanya penipisan diskus atau pertumbuhan osteofit.

  • MRI (Magnetic Resonance Imaging): Digunakan untuk melihat detail jaringan lunak, posisi saraf, dan tonjolan diskus.

  • CT Scan: Untuk melihat struktur tulang secara detail.

  • EMG (Elektromiografi): Jika gejala saraf dominan, tes ini dilakukan untuk melihat fungsi listrik otot.

Penanganan Non-Bedah:

  • Obat Antinyeri dan Anti-inflamasi: Untuk meredakan nyeri dan peradangan.

  • Fisioterapi: Melatih otot penyangga leher dan memperbaiki postur.

  • Kompres hangat/dingin: Untuk meredakan nyeri lokal.

  • Perubahan gaya hidup: Menghindari posisi statis terlalu lama, perbaikan ergonomi kerja.

  • Traksi servikal ringan: Dalam pengawasan medis, bisa digunakan untuk mengurangi tekanan pada saraf.

Penanganan Bedah:

Jika semua terapi konservatif gagal, dan gejala saraf memburuk (seperti kehilangan kekuatan tangan atau gangguan jalan), maka pilihan terakhir adalah operasi. Misalnya:

  • Diskektomi: Mengangkat bagian diskus yang menonjol.

  • Laminektomi: Membuka ruang kanal tulang belakang.

  • Fusi Tulang Belakang: Menyatukan dua ruas yang mengalami kerusakan parah.

Penutup: Spondylosis Servikal, Masalah Modern di Era Digital

Spondylosis servikal bukan hanya penyakit orang tua. Ia kini menghantui generasi muda—terutama yang akrab dengan laptop, gadget, dan gaya hidup sedentari. Keluhan nyeri leher, kesemutan, dan kelemahan tangan bukan lagi bisa dianggap sepele.

Kabar baiknya, deteksi dini dan perubahan gaya hidup bisa mencegah kerusakan lebih lanjut. Postur duduk yang baik, istirahat rutin saat kerja, olahraga peregangan, hingga ergonomi yang tepat bisa jadi kunci utama.

Bagi mahasiswa, pekerja kantoran, desainer, bahkan guru dan dosen—pemahaman soal spondylosis servikal bukan cuma untuk pencegahan pribadi. Ini juga jadi pengetahuan yang bisa dibagikan ke keluarga, kolega, dan lingkungan sekitar.

Karena kesehatan leher adalah pondasi dari semua pergerakan tubuh kita. Dan tubuh yang bergerak sehat, adalah awal dari produktivitas yang panjang.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Baca Juga Artikel Dari: Disinfeksi Ruangan: Rumah Bebas Kuman & Tenang

Author

Related Posts