Self Healing Waktu pertama kali dengar istilah self healing, jujur aku sempat skeptis. Aku pikir, “Ah palingan cuma tren internet aja.” Tapi ternyata, self healing itu jauh lebih dalam. Ini bukan cuma tentang rebahan sambil nonton drama Korea atau staycation di hotel. Lebih dari itu, ini soal gimana kita memproses luka, menerima emosi, dan pelan-pelan belajar berdamai dengan diri sendiri.
Self healing penting karena hidup tuh nggak selalu mulus. Kadang kita gagal, disakiti, atau bahkan ngerasa diri sendiri nggak cukup baik. Kalau nggak ditangani, luka-luka itu bisa numpuk dan bikin kita jadi gampang stres, gampang marah, atau bahkan depresi. Dan jujur aja, aku pernah ada di titik itu.
Transisinya? Ya, nggak langsung berubah dalam semalam. Tapi begitu aku paham konsep self healing dan mulai nyoba pelan-pelan, hidupku berubah banget.
Self Healing Waktu Aku Nggak Punya Pegangan dan Butuh “Penyelamat”
Kesehatan Beberapa tahun lalu, aku ngerasa kayak terjun bebas. Pekerjaan lagi nggak jelas, hubungan pribadi kacau, dan aku kehilangan arah. Setiap bangun pagi, rasanya berat banget. Aku bahkan sempat mikir, “Apa sih gunanya semua ini?”
Dalam kondisi seperti itu, aku sadar: orang lain bisa kasih saran, tapi ujung-ujungnya ya aku sendiri yang harus bangkit. Akhirnya aku mulai baca soal healing, dan kata-kata yang paling sering muncul ya: self healing.
Awalnya aku kira ini cuma soal meditasi atau yoga. Tapi makin aku dalami, ternyata konsepnya luas banget. Self healing itu proses menyembuhkan luka batin lewat cara yang cocok buat masing-masing orang. Dan kuncinya adalah kejujuran: kita harus jujur sama diri sendiri dulu, baru bisa sembuh.
Kenapa Self Healing Nggak Sama untuk Semua Orang?
Setiap orang punya cara sendiri buat healing. Ada yang suka menulis, ada yang lebih nyaman cerita ke psikolog, dan ada juga yang nemuin damai lewat jalan-jalan sendirian. Aku pribadi sempat nyoba journaling karena katanya itu bisa bantu kita memahami pikiran.
Tapi terus terang, aku nggak selalu konsisten. Kadang nulis dua hari, terus seminggu ngilang. Tapi aku sadar, ya memang nggak semua metode cocok untuk semua orang. Yang penting, kita coba. Dan jangan bandingin proses kita sama orang lain. Serius deh, itu jebakan paling licin.
Satu waktu aku malah nemuin ketenangan cuma dengan jalan kaki sore hari sambil dengerin lagu favorit. Sesederhana itu. Nggak perlu drama, nggak perlu banyak teori. Yang penting terasa nyaman dan bikin hati tenang.
Langkah-Langkah Self Healing yang Pernah Aku Coba Sendiri
Nah, ini dia bagian paling penting menurutku. Self healing itu bukan cuma konsep, tapi juga praktik nyata. Berikut beberapa langkah yang sempat aku lakukan secara rutin:
1. Mengenali dan Mengakui Emosi
Aku dulu sering pura-pura kuat. Tapi makin ditahan, makin berat. Akhirnya aku mulai latihan buat jujur soal apa yang aku rasain. Nggak usah lebay, cukup bilang, “Hari ini aku sedih. Gak apa-apa.” Itu udah langkah besar.
2. Menulis di Jurnal
Seperti yang tadi aku bilang, journaling bisa membantu. Meski aku nggak rutin tiap hari, tapi saat aku benar-benar bingung, nulis bisa jadi pelampiasan yang sehat. Bahkan kadang-kadang, dari tulisan sendiri aku bisa nemuin insight yang nggak disangka.
3. Bernafas dan Bermeditasi
Dulu aku kira meditasi itu ribet. Tapi ternyata nggak juga. Cukup duduk, tarik napas dalam, buang pelan-pelan, ulangi beberapa kali. Lakuin 5 menit aja udah cukup bikin hati lebih ringan.
4. Menjaga Jarak dari Hal Negatif
Media sosial bisa toxic. Jadi aku pernah detoks medsos seminggu. Hasilnya? Pikiran jadi lebih jernih. Aku jadi lebih fokus ke diri sendiri, bukan membandingkan hidup dengan orang lain.
5. Bicara dengan Orang yang Dipercaya
Ini penting. Kadang cuma butuh didengerin. Aku pernah ngobrol sama sahabat lama, dan cuma dari obrolan itu aja, beban hati langsung berkurang. Nggak harus selalu ke psikolog, tapi kalau memang butuh bantuan profesional, jangan ragu juga.
Kesalahan yang Pernah Aku Lakuin Saat Proses Healing
Jujur, aku pernah salah kaprah juga. Waktu awal-awal, aku pikir self healing artinya harus selalu tenang dan positif. Tapi ternyata, healing itu juga bisa messy. Bisa penuh air mata, penuh kebingungan, dan nggak selalu Instagramable.
Kesalahan lain yang aku buat adalah memaksakan diri sembuh cepat. Aku terlalu buru-buru, berharap dalam seminggu udah bisa “move on”. Nyatanya? Nggak segampang itu. Setiap luka punya waktunya sendiri. Dan kita harus sabar.
Satu hal lagi, aku juga pernah ngerasa bersalah kalau bad mood. Padahal ya manusiawi banget. Healing bukan berarti harus happy terus. Tapi lebih ke arah: bisa nerima perasaan apapun yang muncul, tanpa menghakimi.
Pelajaran Paling Besar: Diri Kita Butuh Dikasih Ruang
Setelah proses panjang itu, aku belajar satu hal penting: kita harus kasih ruang untuk diri sendiri. Ruang untuk gagal, untuk istirahat, untuk marah, untuk nangis. Semua itu valid.
Kadang dunia menuntut kita buat selalu produktif. Tapi kenyataannya, healing itu bagian dari produktivitas juga. Gimana kita mau optimal kalau hati lagi penuh luka? Gimana bisa kerja maksimal kalau pikiran berantakan?
Maka dari itu, aku mulai rutin kasih waktu buat diri sendiri. Nggak selalu liburan, kadang cuma minum teh hangat sambil dengerin hujan di teras. Tapi efeknya nyata.
Saran dari Saya Buat Kamu yang Lagi Berjuang
Kalau kamu lagi ngerasa capek, bingung, atau kehilangan arah—tenang. Kamu nggak sendirian. Aku juga pernah ada di sana. Dan mungkin, sebagian dari kita masih dalam proses itu.
Self healing bukan sesuatu yang instan. Tapi kamu bisa mulai dari hal-hal kecil. Misalnya, hari ini coba jujur sama diri sendiri. Atau luangin waktu 5 menit tanpa gangguan buat dengerin hati kamu.
Saya percaya setiap orang punya cara sendiri buat sembuh. Jadi, jangan pernah malu atau ngerasa gagal karena belum “baik-baik aja.” Itu bagian dari proses, kok.
Healing Itu Nggak Sekadar Pulih, Tapi Tumbuh
Yang paling mengubah hidupku dari proses self healing adalah: aku bukan cuma sembuh, tapi juga tumbuh. Aku belajar kenal diriku sendiri, tahu batasanku, tahu apa yang bikin aku bahagia.
Healing bukan tujuan akhir, tapi perjalanan. Dan dalam perjalanan itu, aku belajar untuk lebih sayang sama diri sendiri. Lebih menghargai hal-hal kecil. Lebih menerima kenyataan tanpa harus menyangkal.
Kalau kamu lagi mulai proses ini, aku doakan semoga kamu nemu caramu sendiri. Jangan terburu-buru. Nikmati aja. Karena setiap langkah kecil yang kamu ambil hari ini, akan jadi pondasi buat hari esok yang lebih kuat.
Baca Juga Artikel Berikut: Toilet Sehat China: Inovasi Kloset yang Bisa Baca Kesehatan Urine