0 Comments

Saya pertama kali dengar istilah puasa intermiten (intermittent fasting) bukan dari dokter, bukan juga dari seminar kesehatan—tapi dari teman kantor yang bilang, “Gue turun 5 kilo cuma gara-gara nahan makan sampe jam 12 siang.” Jujur? Saya skeptis.

Tapi karena penasaran (dan jujur aja, lemak perut makin bandel), saya mulai cari tahu.

Puasa intermiten itu bukan sekadar “skip sarapan”. Konsep dasarnya adalah mengatur kapan kamu makan, bukan apa yang kamu makan. Polanya sederhana, tapi efeknya? Bisa jadi game changer buat kesehatan, energi, bahkan mental clarity.

Dan yang paling saya suka: gak perlu beli suplemen mahal, gak ribet, dan gak ekstrem.

Akhirnya, saya pun mulai coba. Awalnya cuma 12:12 (puasa 12 jam, makan 12 jam), lalu beranjak ke 16:8. Awalnya lemes. Tapi minggu ke-2? Badan lebih ringan, fokus kerja makin tajam, dan—ini yang paling absurd—saya jadi gak craving cemilan malam lagi.

Apa Itu Puasa Intermiten? Bukan Diet, Tapi Sistem Waktu Makan yang Cerdas

Puasa Intermiten

Definisi Sederhana:

Puasa Intermiten adalah metode pola makan yang bergantian antara fase makan dan fase puasa dalam waktu tertentu. Bukan soal pantangan makanan, tapi soal timing.

Pola Umum Puasa Intermiten:

  • 16:8 → puasa 16 jam, makan dalam jendela 8 jam (paling populer)

  • 18:6 → puasa 18 jam, makan dalam 6 jam

  • 20:4 (Warrior Diet) → puasa 20 jam, makan dalam 4 jam

  • 5:2 → makan normal 5 hari, batasi kalori (500-600) 2 hari

  • OMAD (One Meal A Day) → makan sekali saja setiap hari

Bagaimana Mekanismenya di Tubuh?

Saat kamu berhenti makan, tubuhmu masuk ke fase “rest and repair”:

  • Insulin menurun → tubuh mulai membakar lemak

  • Hormon pertumbuhan meningkat → perbaikan sel

  • Proses autophagy aktif → sel-sel rusak dibersihkan

Intinya, puasa intermiten memberi waktu istirahat ke sistem pencernaan dan mengoptimalkan sistem metabolik tubuh.

Anekdot: Teman saya, Rani, awalnya cuma iseng ikut 16:8 karena nonton vlog YouTuber Korea yang rutin puasa intermiten. Tiga bulan kemudian? Dia gak cuma turun berat badan, tapi juga merasa lebih segar dan jarang flu. “Gue gak nyangka, makan lebih sedikit bikin gue lebih hidup,” katanya.

Manfaat Puasa Intermiten: Bukan Cuma Kurus, Tapi Upgrade Sistem Tubuh

Berikut ini manfaat puasa intermiten yang terbukti lewat berbagai penelitian medis dan juga pengalaman personal banyak orang:

1. Penurunan Berat Badan

  • Karena waktu makan dibatasi, secara alami kalori yang masuk juga turun.

  • Hormon insulin turun → lemak lebih mudah dibakar.

2. Menstabilkan Gula Darah

Puasa intermiten bisa meningkatkan sensitivitas insulin, terutama bagi penderita prediabetes atau diabetes tipe 2 ringan.

3. Meningkatkan Energi dan Fokus

  • Banyak orang melaporkan otak lebih “jernih” selama puasa.

  • Ini karena tubuh tidak sibuk mencerna makanan dan memakai energi dari cadangan lemak.

4. Autophagy dan Anti-Aging

Proses autophagy—di mana sel tubuh membersihkan dirinya dari bagian rusak—meningkat saat puasa. Ini bisa menurunkan risiko penyakit degeneratif dan penuaan dini.

5. Meningkatkan Kesehatan Jantung

Puasa intermiten terbukti membantu menurunkan:

  • Kolesterol LDL

  • Tekanan darah

  • Trigliserida

6. Potensi Mencegah Kanker

Beberapa penelitian awal pada hewan menunjukkan bahwa puasa dapat memperlambat pertumbuhan tumor. Tapi tentu, masih butuh studi lanjutan pada manusia.

Anekdot: Dito, temen lama saya yang sekarang jadi pelatih gym, mengaku awalnya anti banget sama puasa intermiten. Katanya bisa bikin otot hilang. Tapi setelah dia coba 18:6 sambil tetap latihan beban, berat badan turun 6 kg tanpa kehilangan massa otot. Sekarang dia malah ngasih challenge ke klien-kliennya buat coba 2 minggu.

Tantangan dan Kesalahan Umum Saat Mulai Puasa Intermiten (dan Cara Menghindarinya)

Puasa Intermiten

Tantangan Umum:

  1. Lapar Parah di Awal
    Solusi: Minum air putih, teh herbal, atau kopi hitam (tanpa gula) saat puasa. Bisa bantu “mengganjal” rasa lapar.

  2. Ngantuk atau Pusing
    Normal di minggu pertama. Adaptasi tubuh butuh waktu. Pastikan asupan elektrolit cukup.

  3. Makan Berlebihan Saat Buka
    Nah ini… bikin semua jadi sia-sia. Jangan “balas dendam”. Makan pelan-pelan, mulai dari protein & serat.

  4. Stres Makan Malam Keluarga
    Atur jendela makan sesuai kebiasaan rumah. Misal: buka jam 12, makan besar jam 7 malam bareng keluarga.

  5. Pakai IF untuk Diet Ekstrem
    Jangan niat ekstrem. IF bukan metode penyiksaan. Dengarkan tubuhmu.

Kesalahan yang Sering Terjadi:

  • Menganggap IF = bebas makan junk food saat jendela makan

  • Minum teh tarik, susu, atau minuman dingdongtogel manis di waktu puasa

  • Gak tidur cukup (puasa + kurang tidur = bencana)

Tips Bertahan:

  • Mulai perlahan: dari 12:12 → 14:10 → 16:8

  • Tetap olahraga ringan: jalan pagi, yoga, stretching

  • Gunakan aplikasi seperti Zero, Fastic, atau Life untuk tracking

Anekdot: Saya pernah coba langsung lompat ke OMAD tanpa persiapan. Hasilnya? Sakit kepala, cranky, dan jam 9 malam makan satu porsi nasi padang plus es teler. Gagal total. Tapi ya… jadi belajar: adaptasi itu kunci.

Apakah Puasa Intermiten Cocok untuk Semua Orang?

Siapa yang bisa mencoba?

  • Orang sehat yang ingin menurunkan berat badan

  • Ingin menjaga gula darah dan insulin stabil

  • Pekerja remote/freelancer yang bisa atur waktu makan fleksibel

  • Muslim yang ingin melanjutkan kebiasaan puasa Senin-Kamis jadi gaya hidup

Siapa yang tidak disarankan?

  • Ibu hamil dan menyusui

  • Orang dengan riwayat eating disorder

  • Anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan

  • Orang dengan penyakit kronis tertentu (selalu konsultasikan dengan dokter)

Pendapat Dokter?

Banyak dokter kini mulai merekomendasikan IF sebagai bagian dari gaya hidup sehat, bukan semata diet.

Tapi ingat: puasa intermiten bukan solusi instan. Ia bekerja jika digabungkan dengan pola makan sehat, istirahat cukup, dan manajemen stres yang baik.

Penutup: Puasa Intermiten Bukan Tren. Ia Gaya Hidup yang Bisa Bertahan Seumur Hidup

Di era serba cepat dan penuh distraksi seperti sekarang, puasa intermiten justru menawarkan sesuatu yang jarang: jeda.

Bukan sekadar jeda dari makanan, tapi jeda untuk tubuh memperbaiki dirinya sendiri. Untuk pikiran beristirahat. Untuk kita belajar disiplin, sabar, dan mengenali sinyal tubuh kita lebih dalam.

Dan seperti banyak hal baik lainnya, hasil dari puasa intermiten datang pelan-pelan. Tapi begitu datang… hasilnya nyata.

Jadi, apakah kamu siap memberi tubuhmu ruang untuk menyembuhkan dan berkembang? Kalau iya, mungkin sekarang saatnya mencoba. Bukan karena ikut-ikutan, tapi karena kamu ingin hidup lebih sadar.

Karena ternyata, berhenti makan sebentar bisa jadi awal dari hidup yang lebih panjang dan berkualitas.

Baca Juga Artikel dari: Penyebab Migrain yang Sering Diabaikan: Ini Pengalaman Saya dan Cara Mengatasinya

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Author

Related Posts