0 Comments

JAKARTA, incahospital.co.idPenyakit Polio Sebagai pembawa berita yang sudah bertahun-tahun meliput isu kesehatan, saya selalu punya kesan tersendiri setiap kali mendengar kata “polio.” Penyakit ini seolah menjadi bayang-bayang masa lalu yang belum sepenuhnya pergi. Meski dunia modern sudah mengenal vaksinasi dan kemajuan medis luar biasa, polio tetap muncul sesekali, mengingatkan kita bahwa sedikit kelengahan bisa berakibat fatal.

Bayangkan saja, di satu sisi anak-anak sekarang tumbuh dengan mainan digital dan makanan cepat saji, tapi di sisi lain, masih ada anak di pelosok negeri yang terancam lumpuh karena virus yang semestinya sudah lama dikendalikan. Itu yang membuat isu ini tetap relevan. Polio bukan sekadar penyakit, melainkan potret ketimpangan akses kesehatan dan pentingnya kepedulian kolektif.

APA ITU PENYAKIT POLIO DAN MENGAPA MASIH BERBAHAYA?

Penyakit Polio Masih Mengintai: Fakta, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Penyakit polio atau poliomyelitis adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus polio. Virus ini menyerang sistem saraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan permanen. Dalam beberapa kasus, bahkan bisa berujung pada kematian jika otot pernapasan ikut terpengaruh. Polio biasanya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun, tetapi bukan berarti orang dewasa aman sepenuhnya.

Salah satu hal yang membuat polio berbahaya adalah cara penularannya yang sangat mudah. Virus menyebar melalui air atau makanan yang terkontaminasi feses penderita. Di daerah dengan sanitasi buruk, virus ini bisa bertahan lama di lingkungan dan dengan cepat menjangkiti orang lain. Satu anak yang tertular bisa menjadi sumber penularan bagi puluhan anak lainnya.

Mungkin ada yang berpikir bahwa polio sudah tidak ada lagi, padahal faktanya, beberapa kasus masih ditemukan di beberapa wilayah. Hal ini bukan hanya masalah medis, tapi juga sosial dan ekonomi. Ketika satu anak lumpuh karena polio, bukan hanya kesehatannya yang terdampak, tapi juga masa depan keluarganya, bahkan komunitas sekitarnya.

JEJAK PENYAKIT POLIO DI INDONESIA

Beberapa dekade lalu, Indonesia termasuk negara yang cukup sering menghadapi kasus polio. Pemerintah kemudian melakukan berbagai program vaksinasi massal yang dikenal dengan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Program ini sukses besar, hingga pada 2014, Indonesia dinyatakan bebas polio oleh organisasi kesehatan dunia. Namun, kebebasan itu bukan berarti ancaman hilang selamanya.

Beberapa tahun terakhir, muncul kembali laporan mengenai kasus polio yang diduga berasal dari virus turunan vaksin (Vaccine-Derived Poliovirus). Ini adalah bentuk mutasi virus yang muncul di wilayah dengan cakupan imunisasi rendah. Kasus seperti ini menegaskan bahwa kekebalan komunitas adalah hal yang tidak bisa ditawar. Selama masih ada satu anak yang tidak diimunisasi, selama itu pula polio bisa kembali.

Saya pernah berbincang dengan seorang tenaga kesehatan di daerah terpencil. Ia bercerita bagaimana perjuangan membawa vaksin ke desa yang hanya bisa dijangkau dengan perahu kecil. “Kadang kami menempuh perjalanan dua jam hanya untuk menyuntik tiga anak,” katanya sambil tersenyum lelah. Cerita seperti ini membuat kita sadar, eradikasi polio bukan sekadar program, tapi perjuangan nyata di lapangan.

GEJALA DAN DAMPAK PENYAKIT POLIO

Banyak orang tidak tahu bahwa polio sebenarnya bisa menyerang tanpa menimbulkan gejala berat. Sekitar 70% penderita polio tidak menunjukkan tanda apa pun. Namun, sisanya bisa mengalami gejala ringan seperti demam, sakit kepala, muntah, atau kaku di leher. Masalah serius muncul ketika virus menyerang saraf tulang belakang, menyebabkan kelumpuhan otot.

Yang lebih menakutkan, kelumpuhan akibat polio bisa permanen. Sekali otot lumpuh, hampir mustahil pulih seperti semula. Anak yang awalnya ceria bisa kehilangan kemampuan berjalan dalam hitungan hari. Dalam beberapa kasus, jika otot pernapasan ikut lumpuh, penderita bisa kesulitan bernapas dan memerlukan alat bantu seumur hidup.

Saya pernah membaca kisah tentang seorang pria yang selamat dari polio di masa kecilnya. Kini, di usia 40-an, ia masih menggunakan tongkat untuk berjalan. Ia berkata, “Polio mengubah hidup saya, tapi tidak menghentikan saya.” Kalimat sederhana itu menggambarkan betapa kuatnya manusia melawan keterbatasan. Namun, tentu saja, pencegahan jauh lebih baik daripada harus berjuang melawan akibatnya.

PENTINGNYA VAKSINASI SEBAGAI TAMENG UTAMA

Kabar baiknya, polio adalah penyakit yang bisa dicegah sepenuhnya dengan vaksinasi. Vaksin polio telah terbukti efektif selama puluhan tahun. Ada dua jenis vaksin: vaksin polio oral (OPV) yang diberikan dalam bentuk tetes, dan vaksin polio inaktif (IPV) yang disuntikkan. Keduanya bekerja dengan cara menstimulasi sistem kekebalan tubuh agar mampu mengenali dan melawan virus polio.

Namun, tantangan sesungguhnya ada pada kesadaran masyarakat. Masih banyak orang tua yang ragu atau bahkan menolak vaksin dengan alasan yang keliru. Ada yang percaya pada mitos, ada juga yang hanya karena malas datang ke posyandu. Padahal, satu dosis vaksin bisa menyelamatkan masa depan anak.

Petugas kesehatan di berbagai daerah terus berjuang meningkatkan cakupan imunisasi. Mereka datang ke rumah-rumah, mengetuk pintu demi pintu, memastikan tak ada anak yang tertinggal. Ini bukan hanya pekerjaan teknis, tapi panggilan kemanusiaan. Karena dalam setiap vaksin yang disuntikkan, tersimpan harapan agar dunia benar-benar bebas dari polio.

DUNIA MENUJU ERA BEBAS POLIO

Organisasi kesehatan dunia menetapkan target ambisius: dunia bebas polio sepenuhnya. Banyak negara sudah berhasil mencapainya, namun masih ada beberapa wilayah yang menjadi sumber penularan, terutama di daerah dengan konflik dan keterbatasan infrastruktur. Di sinilah kolaborasi global menjadi sangat penting. Polio tidak mengenal batas negara, jadi solusi pun harus lintas batas.

Indonesia sendiri terus memperkuat pengawasan epidemiologi, memastikan setiap dugaan kasus ditangani cepat dan transparan. Edukasi masyarakat juga digencarkan, terutama di wilayah dengan akses terbatas. Pemerintah daerah, lembaga internasional, hingga komunitas lokal bahu-membahu untuk mempertahankan status bebas polio.

Namun, perjalanan ini belum selesai. Dunia baru akan benar-benar aman jika virus polio tidak lagi ditemukan di mana pun. Sebuah perjuangan panjang yang membutuhkan kesabaran, dana, dan kerja sama global. Tapi di balik semua itu, ada optimisme. Setiap anak yang divaksinasi hari ini, adalah satu langkah menuju dunia tanpa polio besok.

HARAPAN DAN TANGGUNG JAWAB BERSAMA

Sebagai pembawa berita, saya melihat isu polio bukan hanya tentang penyakit, tapi tentang kemanusiaan. Tentang bagaimana dunia menilai pentingnya nyawa seorang anak di pelosok desa. Polio adalah pengingat bahwa kemajuan teknologi medis tak akan berarti jika tidak diimbangi dengan empati sosial.

Setiap orang punya peran. Orang tua memastikan anaknya mendapat imunisasi lengkap. Pemerintah menjamin akses vaksin hingga ke daerah terpencil. Media menyebarkan informasi yang benar. Dan masyarakat luas, menjaga kebersihan lingkungan serta mendukung program kesehatan. Semua elemen ini membentuk tameng besar yang melindungi generasi mendatang dari virus berbahaya.

Polio mungkin penyakit lama, tapi perjuangan melawannya tetap baru setiap hari. Kita belum bisa benar-benar lega sebelum virus ini hilang sepenuhnya dari bumi. Hingga saat itu tiba, vaksinasi tetap menjadi senjata terbaik, dan kesadaran masyarakat menjadi benteng terakhir.

Temukan Informasi Lengkapnya Tentang: Kesehatan

Baca Juga Artikel Berikut: Virus Influenza: Musuh Lama yang Terus Berevolusi dan Mengintai di Setiap Musim

Author

Related Posts