JAKARTA, incahospital.co.id – Pemfigoid Bulosa adalah penyakit kulit kronis yang jarang terjadi, ditandai dengan munculnya lepuhan besar berisi cairan di lapisan bawah kulit. Berbeda dari luka bakar atau alergi biasa, kondisi ini disebabkan oleh sistem imun tubuh yang menyerang jaringan kulitnya sendiri.
Secara medis, penyakit ini tergolong dalam kelompok autoimmune blistering disorder. Artinya, sistem kekebalan salah mengenali bagian kulit yang sehat sebagai ancaman dan menghasilkan antibodi yang menyerang protein pengikat antara lapisan epidermis (kulit luar) dan dermis (kulit dalam). Akibatnya, lapisan kulit terpisah dan terbentuklah lepuhan besar yang nyeri dan gatal.
Pemfigoid Bulosa paling sering terjadi pada orang lanjut usia, biasanya di atas 60 tahun, meskipun bisa juga muncul pada usia lebih muda. Penyakit ini berkembang secara perlahan dan sering kali keliru dianggap sebagai reaksi alergi atau dermatitis biasa pada awalnya.
Gejala dan Ciri-Ciri yang Perlu Diwaspadai

Gejala Pemfigoid Bulosa bisa bervariasi, tergantung tingkat keparahannya dan seberapa luas area kulit yang terkena. Namun, ada beberapa tanda khas yang umum muncul, antara lain:
-
Lepuhan besar berisi cairan bening.
Lepuhan (bula) biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, tegang, dan tidak mudah pecah. Kulit di sekitarnya tampak kemerahan atau terasa gatal sebelum lepuhan muncul. -
Gatal intens sebelum lepuhan terbentuk.
Banyak pasien melaporkan rasa gatal yang sangat mengganggu beberapa hari atau minggu sebelum munculnya lepuhan. -
Lokasi khas.
Lepuhan sering muncul di area perut bagian bawah, paha, ketiak, atau lengan. Kadang juga muncul di lipatan tubuh dan sekitar mulut, meski jarang di bagian dalam mulut. -
Lepuhan yang sembuh meninggalkan bekas gelap.
Setelah lepuhan mengering, kulit biasanya meninggalkan noda kehitaman atau hiperpigmentasi yang memudar perlahan. -
Gejala umum lain.
Dalam kasus berat, pasien bisa merasa lemas, demam ringan, atau kehilangan nafsu makan akibat rasa tidak nyaman pada kulit.
Meski tidak menular, Pemfigoid Bulosa dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan karena rasa gatal kronis dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
Penyebab dan Faktor Risiko Pemfigoid Bulosa
Hingga kini, penyebab pasti Pemfigoid Bulosa belum sepenuhnya diketahui. Namun, para ahli sepakat bahwa kondisi ini berkaitan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Berikut beberapa faktor yang berpotensi memicu atau memperparah penyakit ini:
-
Usia lanjut.
Lebih dari 80% kasus terjadi pada individu berusia di atas 60 tahun. -
Faktor genetik.
Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun dapat meningkatkan risiko. -
Penggunaan obat tertentu.
Beberapa obat, seperti furosemide, penicillin, atau antibiotik tertentu, pernah dikaitkan dengan munculnya gejala Pemfigoid Bulosa. -
Paparan sinar ultraviolet atau terapi radiasi.
Pada beberapa kasus, paparan UV berlebih bisa mempercepat munculnya lepuhan. -
Penyakit penyerta.
Penderita diabetes, hipertensi, atau gangguan neurologis seperti Parkinson’s disease memiliki risiko lebih tinggi.
Pemfigoid Bulosa bukan penyakit menular, jadi kontak langsung dengan penderita tidak akan menularkan kondisi ini ke orang lain. Namun, karena bersifat autoimun, pengelolaan jangka panjang diperlukan untuk mencegah kekambuhan.
Diagnosis: Dari Pemeriksaan Fisik Hingga Tes Laboratorium
Diagnosis Pemfigoid Bulosa membutuhkan pendekatan menyeluruh oleh dokter spesialis kulit dan kelamin (dermatolog). Prosesnya meliputi:
-
Pemeriksaan fisik.
Dokter akan memeriksa lokasi, ukuran, dan karakteristik lepuhan serta menanyakan riwayat gejala. -
Biopsi kulit.
Potongan kecil jaringan kulit diambil dari tepi lepuhan dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasilnya akan menunjukkan pemisahan antara lapisan dermis dan epidermis. -
Tes imunofluoresensi langsung.
Tes ini mendeteksi adanya antibodi IgG atau komponen komplemen C3 yang menempel di lapisan kulit, tanda khas penyakit ini. -
Tes darah.
Digunakan untuk mencari antibodi spesifik terhadap protein BP180 dan BP230 yang menjadi target sistem imun pada penyakit ini.
Diagnosis dini sangat penting karena penanganan yang cepat dapat mengurangi penyebaran lepuhan dan mencegah komplikasi seperti infeksi kulit sekunder.
Pilihan Pengobatan untuk Mengendalikan Pemfigoid Bulosa
Perawatan Pemfigoid Bulosa bertujuan untuk menghentikan pembentukan lepuhan baru, mempercepat penyembuhan luka, dan mengontrol peradangan. Pendekatan terapi tergantung pada tingkat keparahan dan kondisi kesehatan pasien.
-
Kortikosteroid.
Obat seperti prednison digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Pada kasus ringan, salep kortikosteroid topikal dapat membantu, sementara kasus berat memerlukan tablet atau suntikan. -
Obat imunosupresif.
Azathioprine, methotrexate, atau mycophenolate mofetil digunakan untuk mengurangi aktivitas autoimun bila pasien tidak dapat mengonsumsi steroid jangka panjang. -
Antibiotik antiinflamasi.
Doxycycline kadang diberikan karena memiliki efek ganda: antibakteri dan antiinflamasi. -
Perawatan luka.
Area lepuhan harus dijaga kebersihannya agar tidak terinfeksi. Luka terbuka sebaiknya ditutup dengan perban steril dan diganti secara rutin. -
Perubahan gaya hidup.
Menghindari gesekan kulit, mengenakan pakaian longgar, menjaga kelembapan kulit dengan pelembap ringan, serta menghindari paparan sinar matahari langsung.
Dalam banyak kasus, pengobatan jangka panjang bisa menekan gejala hingga remisi total. Namun, kekambuhan bisa terjadi, terutama jika terapi dihentikan terlalu cepat.
Komplikasi dan Dampaknya terhadap Kualitas Hidup
Jika tidak ditangani dengan benar, Pemfigoid Bulosa dapat menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain:
-
Infeksi kulit sekunder. Lepuhan yang pecah bisa menjadi pintu masuk bagi bakteri.
-
Gangguan tidur dan stres emosional. Rasa gatal dan nyeri kronis sering mengganggu kualitas hidup pasien.
-
Efek samping obat. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang bisa menimbulkan efek seperti osteoporosis, kenaikan gula darah, dan tekanan darah tinggi.
Meski begitu, prognosis penyakit ini tergolong baik jika didiagnosis dan diobati sejak dini. Banyak pasien yang mencapai kondisi remisi dalam 6–12 bulan dengan pengawasan medis rutin.
Pencegahan dan Dukungan Jangka Panjang
Karena Pemfigoid Bulosa bersifat autoimun, pencegahan total memang sulit dilakukan. Namun, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko kekambuhan dan memperbaiki kualitas hidup pasien:
-
Kontrol rutin ke dokter. Pemantauan berkala membantu menyesuaikan dosis obat dan mencegah efek samping.
-
Jaga pola makan dan gaya hidup sehat. Konsumsi makanan tinggi antioksidan seperti buah dan sayuran segar untuk mendukung sistem imun.
-
Kelola stres. Stres kronis dapat memicu kekambuhan autoimun, sehingga penting menjaga keseimbangan mental.
-
Gunakan produk perawatan kulit lembut. Hindari sabun keras, parfum, atau bahan kimia yang bisa memicu iritasi.
Selain perawatan medis, dukungan sosial juga berperan besar. Komunitas pasien autoimun dan keluarga menjadi sumber motivasi penting agar penderita tetap bersemangat menjalani pengobatan.
Kesimpulan: Mengenali, Mengendalikan, dan Menjalani Hidup dengan Pemfigoid Bulosa
Pemfigoid Bulosa adalah penyakit kulit langka yang menantang, tetapi bukan tanpa harapan. Dengan diagnosis tepat dan pengobatan teratur, kebanyakan pasien dapat menjalani hidup normal. Kuncinya terletak pada kesadaran dan kepatuhan terhadap terapi medis.
Mengenali gejalanya sejak dini dan berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit adalah langkah pertama untuk menghindari komplikasi serius. Di tengah tantangan penyakit autoimun, semangat untuk tetap hidup sehat dan dukungan dari lingkungan menjadi faktor penyembuh yang tak kalah penting.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca juga artikel lainnya: Rosacea: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
