Jakarta, incahospital.co.id – Saat saya duduk di ruang IGD bersama seorang teman yang baru saja mengeluh nyeri perut hebat, kami kira itu hanya masuk angin biasa. Tapi setelah serangkaian pemeriksaan, dokter datang dan dengan tenang berkata, “Ini kasus infeksi lambung akut.”
Itulah kali pertama saya menyadari: penyakit ini bisa datang tanpa permisi dan tak mengenal usia. Dan yang lebih menyeramkan, banyak dari kita bahkan tidak menyadari kalau lambung kita sedang ‘berteriak’.
Dalam artikel panjang ini, saya akan mengupas tuntas tentang infeksi lambung akut — dari penyebabnya yang diam-diam, gejalanya yang sering dianggap sepele, hingga cara pencegahannya yang bisa Anda mulai hari ini juga. Yuk, kita bahas bareng.
Apa Itu Infeksi Lambung Akut dan Mengapa Harus Diwaspadai?
Infeksi lambung akut, dalam dunia medis disebut juga gastritis akut, adalah peradangan mendadak yang terjadi pada dinding lambung. Bedanya dengan gastritis kronis, serangannya terjadi cepat, bisa dalam hitungan jam hingga beberapa hari, dan gejalanya terasa lebih intens.
Biasanya disebabkan oleh:
-
Bakteri Helicobacter pylori (H. pylori): si kecil ini adalah penyebab utama infeksi lambung di seluruh dunia.
-
Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin dalam jangka panjang.
-
Alkohol berlebihan yang bisa mengikis lapisan pelindung lambung.
-
Stres ekstrem (baik fisik maupun emosional) — ya, stres bukan cuma bikin pusing, tapi bisa bikin perutmu luka.
Mengapa perlu diwaspadai?
Karena jika tidak ditangani dengan benar, infeksi lambung akut bisa berkembang menjadi ulkus (luka lambung), pendarahan saluran cerna, bahkan berkontribusi pada risiko kanker lambung di masa depan.
Saya pernah ngobrol dengan seorang perawat IGD di sebuah RS swasta di Jakarta. Ia bilang, “Pasien datang dengan nyeri hebat, muntah darah. Baru ketahuan dia punya infeksi lambung yang udah parah banget. Padahal, awalnya cuma ngira maag biasa.”
Gejala Infeksi Lambung Akut: Tidak Selalu Sejelas yang Dikira
Satu hal yang bikin infeksi lambung akut ini tricky: gejalanya mirip dengan gangguan pencernaan ringan. Tapi bedanya, rasa tak nyaman itu lebih tajam, datang mendadak, dan bisa berlangsung terus-menerus.
Berikut gejala yang sering muncul:
-
Nyeri atau perih di ulu hati, biasanya memburuk setelah makan.
-
Mual dan muntah, kadang disertai darah (hematemesis).
-
Perut kembung atau terasa penuh, meskipun baru makan sedikit.
-
Kehilangan nafsu makan secara tiba-tiba.
-
Feses berwarna hitam seperti aspal (melena), tanda adanya pendarahan di saluran cerna.
Masalahnya, banyak orang di Indonesia yang punya “budaya menunda berobat”. Kadang cuma dioles minyak kayu putih, minum teh hangat, atau tahan-tahan sampai hilang sendiri.
Tapi kenyataannya? Dalam sebuah laporan kesehatan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tercatat peningkatan kasus gangguan lambung akibat keterlambatan penanganan.
Contoh: Rizky, 27 tahun, seorang pekerja startup, mengaku sudah biasa “skip” makan pagi karena dikejar deadline. Satu hari ia muntah terus sampai keluar darah. Diagnosisnya? Gastritis akut parah karena kombinasi stres dan pola makan buruk.
Faktor Risiko yang Bikin Kamu Rentan Terkena Infeksi Lambung Akut
Banyak dari kita tidak sadar bahwa kebiasaan sehari-hari bisa jadi tiket masuk infeksi lambung. Coba cek, apakah kamu punya satu atau lebih dari kebiasaan berikut ini?
a. Pola Makan Berantakan
Terlalu sering melewatkan jam makan, makan makanan pedas berlebihan, atau terlalu banyak konsumsi kopi bisa memicu iritasi lambung. Apalagi kalau dikombinasikan dengan stres.
b. Konsumsi Obat-Obatan
Obat anti nyeri seperti ibuprofen dan aspirin sangat umum digunakan. Tapi dalam jangka panjang, apalagi tanpa pengawasan dokter, bisa mengikis lapisan pelindung lambung.
c. Konsumsi Alkohol
Menurut data dari WHO, konsumsi alkohol berlebihan sangat berkaitan dengan kasus peradangan lambung di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
d. Infeksi H. pylori
Ini yang kadang mengecoh. Bakteri H. pylori bisa tinggal di dalam lambung selama bertahun-tahun tanpa gejala. Tapi suatu saat, bisa ‘meledak’ jadi infeksi akut saat daya tahan tubuh menurun.
e. Stres Berat
Stres bisa memicu produksi asam lambung berlebih. Dan ketika asam ini bertemu dengan dinding lambung yang lemah, peradangan pun terjadi.
Jadi, jangan remehkan perasaan cemas atau tekanan mental yang kamu alami. Tubuh kita merespons stres lebih serius daripada yang kita bayangkan.
Diagnosis dan Penanganan: Bagaimana Dokter Menentukan dan Menyembuhkan?
Banyak orang mengira bahwa infeksi lambung bisa disembuhkan dengan “minum antasida saja.” Padahal, itu cuma meredakan gejala sementara. Untuk benar-benar sembuh, perlu diagnosis dan terapi yang tepat.
Langkah Diagnosis Umum:
-
Wawancara medis & pemeriksaan fisik: dokter akan menanyakan gejala dan riwayat makan/obat.
-
Tes darah dan feses: untuk mengecek infeksi H. pylori atau adanya pendarahan.
-
Endoskopi: ini prosedur memasukkan kamera kecil ke dalam lambung untuk melihat langsung kondisi mukosa lambung.
-
Tes napas urea: salah satu cara paling akurat mendeteksi H. pylori.
Terapi dan Pengobatan:
-
Antibiotik (jika ditemukan H. pylori).
-
Proton Pump Inhibitor (PPI): seperti omeprazole untuk mengurangi produksi asam lambung.
-
Antasida: hanya untuk meredakan gejala ringan.
-
Diet terapi: menghindari makanan yang bisa memperparah iritasi, seperti makanan pedas, asam, dan berlemak.
Biasanya, pengobatan memakan waktu 2 minggu hingga sebulan, tergantung seberapa parah infeksinya. Yang jelas, pantangan makan dan istirahat cukup adalah kunci kesembuhan.
Mencegah Infeksi Lambung Akut: Gaya Hidup yang Bisa Kamu Terapkan Hari Ini
Langkah pencegahan yang sederhana bisa menyelamatkan kamu dari malam-malam tak tidur karena sakit perut hebat.
a. Jaga Pola Makan
Makanlah secara teratur, hindari makan besar saat perut kosong lama. Sarapan itu penting — bukan slogan kosong, tapi fakta medis.
b. Kurangi Obat Anti Nyeri
Kalau memungkinkan, hindari konsumsi NSAID jangka panjang. Konsultasikan dulu ke dokter sebelum membeli obat bebas.
c. Hindari Stres Berlebih
Meditasi, olahraga ringan, journaling — apapun aktivitas yang membuatmu rileks bisa membantu menyeimbangkan sistem pencernaan.
d. Stop Alkohol & Rokok
Dua hal ini bukan hanya musuh paru-paru dan liver, tapi juga si lambung.
e. Cuci Tangan & Makanan
Infeksi H. pylori bisa menyebar lewat makanan atau kontak. Jadi, kebersihan adalah kunci.
f. Periksa Lambung Secara Berkala
Khususnya bila kamu punya riwayat maag, tukak lambung, atau anggota keluarga dengan riwayat gangguan pencernaan.
Penutup: Jangan Tunggu Sampai Terlambat
Infeksi lambung akut bukan penyakit ‘sepele’. Ia bisa datang tiba-tiba, menyerang dengan keras, dan membuat tubuhmu kolaps kalau tak segera ditangani. Yang lebih menakutkan, ia bisa jadi awal dari masalah pencernaan jangka panjang.
Di dunia yang serba cepat seperti sekarang, kita sering menomorduakan tubuh sendiri. Tapi ingat, lambung bukan cuma tempat makanan lewat. Ia adalah organ yang sensitif dan krusial.
Mari mulai memperhatikan pola hidup kita. Makan teratur, hindari stres, dan jangan sepelekan gejala sekecil apapun di perut.
Kalau kamu pernah mengalami gejala yang mirip atau sedang dalam fase pemulihan, share ceritamu. Siapa tahu bisa bantu orang lain lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan lambung.
Kalau kamu butuh referensi lebih lanjut, konsultasilah langsung ke dokter spesialis penyakit dalam atau gastroenterologi. Karena tulisan ini bukan pengganti diagnosis, tapi langkah awal untuk lebih peduli.
Sehat itu investasi jangka panjang, bukan hasil instan. Jadi, yuk rawat tubuh kita dari sekarang — dimulai dari lambung yang tenang.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel dari: Gaucher Disease: Kenali Gejala dan Solusi Tepatnya
Silahkan Kunjungi Situs Resmi: wdbos
Author
Related Posts

Tumbuh Kembang Balita: Panduan Lengkap untuk Orang Tua
Jakarta, incahospital.co.id - Setiap orang tua pasti pernah mendengar istilah…

Gizi Seimbang: Kunci Tubuh Bugar dan Pikiran Tajam
Gizi Seimbang menjadi dasar penting untuk memastikan tubuh memperoleh semua…

Rambut Rontok: Masalah Kesehatan yang Sering Diabaikan
JAKARTA, incahospital.co.id - Rambut bukan sekadar pelindung kepala, tetapi bagian…