Jakarta, incahospital.co.id – Di sebuah sekolah dasar di Bekasi, seorang guru kelas 2 menyisipkan satu pertanyaan saat pelajaran IPA berlangsung: “Siapa di antara kalian yang sudah diimunisasi campak?”
Suasana kelas mendadak hening. Beberapa murid ragu-ragu mengangkat tangan. Seorang anak bahkan berbisik, “Itu yang disuntik, ya, Bu?”
Ini adalah potret kecil tentang realitas kita. Imunisasi sering kali dianggap sebagai urusan rumah sakit, puskesmas, atau bahkan hanya urusan bayi. Padahal, pengetahuan tentang Ilmu Imunisasi Anak seharusnya ditanamkan sejak sekolah dasar—bersamaan dengan pelajaran tentang sistem tubuh manusia, kesehatan lingkungan, hingga pentingnya gizi seimbang.
Imunisasi adalah salah satu pencapaian kesehatan masyarakat paling berdampak dalam sejarah. Sejak program imunisasi dicanangkan pemerintah, ribuan kasus penyakit menular yang mematikan bisa dicegah—mulai dari polio, campak, difteri, hingga hepatitis.
Namun, tingkat pemahaman masyarakat, terutama dari kalangan keluarga muda dan siswa sekolah, masih rendah. Banyak yang tidak tahu bahwa Ilmu Imunisasi Anak tidak berhenti di usia balita. Ada imunisasi lanjutan yang penting diberikan saat anak masuk usia sekolah.
Dan di sinilah sekolah punya peran penting. Lewat pelajaran, praktik kesehatan UKS, hingga kerjasama dengan puskesmas, edukasi tentang imunisasi bisa menjadi bagian integral dari kehidupan siswa. Bukan cuma teori, tapi jadi pengalaman langsung yang membentuk kebiasaan sehat.
Apa Itu Imunisasi dan Mengapa Anak-Anak Membutuhkannya?
Imunisasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh untuk merangsang sistem imun agar membentuk kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dengan kata lain, tubuh diajarkan “menghafal” serangan penyakit sebelum penyakitnya benar-benar datang.
Dalam konteks anak-anak, imunisasi berperan penting sebagai pelindung utama dari penyakit menular yang bisa berakibat fatal atau menyebabkan kecacatan. Anak-anak yang belum memiliki sistem kekebalan sempurna sangat rentan terhadap serangan virus dan bakteri.
Beberapa jenis imunisasi dasar yang wajib diberikan pada anak di Indonesia antara lain:
-
BCG (untuk mencegah tuberkulosis)
-
DPT-HB-Hib Polio
-
Campak-Rubella
-
PCV (untuk mencegah pneumonia dan meningitis)
Kemudian, saat anak memasuki usia sekolah, beberapa imunisasi lanjutan diberikan seperti:
-
Td/Tdap (lanjutan dari DPT)
-
HPV (untuk anak perempuan kelas 5 dan 6 SD)
-
Campak lanjutan
Sayangnya, banyak orang tua yang berhenti memvaksinasi anaknya setelah usia 1 tahun, tanpa menyadari bahwa perlindungan kekebalan bisa menurun jika tidak diperkuat. Ini seperti membangun rumah, tapi tak pernah memeriksa atap dan fondasinya lagi.
Anekdot Nyata tentang Pentingnya Ilmu Imunisasi Anak
Rini, ibu dari dua anak yang tinggal di daerah Ciputat, sempat menolak memberikan vaksin HPV untuk anak perempuannya karena khawatir efek samping. “Saya baca di internet katanya bisa bikin mandul,” ujarnya. Namun setelah berbicara dengan petugas puskesmas dan mendapatkan penjelasan ilmiah yang jelas, ia berubah pikiran.
Cerita seperti Rini bukan satu atau dua. Di banyak komunitas, mitos dan hoaks soal imunisasi menyebar lebih cepat dari informasi resminya. Bahkan ada yang percaya imunisasi adalah “konspirasi asing”.
Hal ini menunjukkan bahwa literasi kesehatan masih menjadi tantangan besar. Pengetahuan tentang imunisasi tidak boleh bergantung pada inisiatif orang tua semata, tetapi harus dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Bukan hanya siswa yang diedukasi, tetapi juga guru dan orang tua melalui program sekolah berbasis komunitas.
Contoh bagus datang dari Kabupaten Kulon Progo, di mana sekolah-sekolah dasar rutin mengadakan kelas orang tua. Di sana, tenaga medis lokal diundang untuk memberikan penjelasan langsung tentang pentingnya imunisasi, gizi, dan pola asuh. Hasilnya, cakupan imunisasi naik lebih dari 30% dalam dua tahun terakhir.
Peran Sekolah dan Kurikulum dalam Edukasi Imunisasi
Kurikulum sekolah saat ini—terutama dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Pendidikan Jasmani—memiliki celah besar untuk membahas topik kesehatan, termasuk Ilmu Imunisasi Anak. Namun, tanpa pendekatan yang kontekstual dan interaktif, topik ini sering kali hanya jadi satu paragraf kecil di buku.
Padahal, sekolah bisa menjadi media yang sangat efektif untuk menyampaikan isu imunisasi secara berkelanjutan. Beberapa ide yang bisa diterapkan antara lain:
-
Kegiatan hari imunisasi nasional di sekolah
-
Drama atau role play tentang cara kerja vaksin
-
Poster dan infografis buatan siswa
-
Pameran kesehatan oleh siswa dan petugas puskesmas
-
Kolaborasi UKS dengan posyandu setempat
Contoh inovatif datang dari salah satu sekolah dasar di Denpasar, Bali. Mereka membuat program “Teman Sehat”, di mana tiap kelas memiliki duta kesehatan yang bertugas menyampaikan informasi tentang vaksin dan kesehatan umum ke teman-temannya. Dengan cara ini, siswa menjadi agen edukasi yang aktif.
Integrasi dengan teknologi juga bisa dilakukan. Banyak aplikasi kesehatan sekarang menyediakan modul edukatif tentang imunisasi. Sekolah bisa mengadopsi program ini sebagai bagian dari proyek literasi digital dan kesehatan.
Tantangan dan Solusi dalam Meningkatkan Pengetahuan Ilmu Imunisasi Anak
Meski program imunisasi nasional terus diperkuat, masih ada beberapa tantangan di lapangan yang tidak bisa diabaikan.
1. Mitos dan Hoaks
Seperti disebutkan sebelumnya, persepsi negatif tentang imunisasi masih tersebar, terutama melalui media sosial. Solusi: pendekatan berbasis komunitas dan edukasi visual yang kuat di sekolah.
2. Kurangnya Tenaga Kesehatan di Sekolah
Banyak sekolah di daerah terpencil tidak memiliki petugas UKS atau akses rutin ke puskesmas. Solusi: pelatihan guru sebagai agen promosi kesehatan dasar, dan kolaborasi berkala dengan kader posyandu.
3. Ketimpangan Akses
Beberapa wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) masih mengalami kendala distribusi vaksin dan fasilitas kesehatan. Solusi: peran aktif Dinas Kesehatan dan dukungan lintas sektor termasuk pendidikan dan sosial.
4. Kurangnya Pelibatan Siswa
Imunisasi sering kali hanya menjadi agenda formal, tanpa melibatkan siswa secara aktif. Solusi: libatkan siswa dalam kampanye kesehatan dan proyek berbasis pengalaman langsung.
Penutup: Ilmu Imunisasi Anak Adalah Kunci Menuju Generasi Tangguh
Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan global, kesehatan anak menjadi prioritas utama yang tak boleh dinegosiasikan. Imunisasi bukan hanya urusan medis, tapi juga urusan pendidikan, budaya, dan kebijakan.
Membekali anak dengan pengetahuan imunisasi sejak sekolah bukan sekadar menyiapkan mereka untuk menghadapi penyakit, tapi juga mengajarkan mereka mencintai tubuh mereka sendiri, menyadari hak atas kesehatan, dan menghargai sains sebagai solusi nyata.
Sekolah sebagai institusi pembentuk generasi harus menjadi ujung tombak edukasi ini. Guru bukan hanya pengajar, tapi juga fasilitator perubahan. Dan siswa bukan hanya penerima, tetapi agen perubahan masa depan.
Karena di balik satu suntikan imunisasi, tersembunyi sejuta peluang hidup sehat yang lebih panjang, lebih produktif, dan lebih bahagia.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel Dari: Skoliosis Anak: Memahami, Mencegah, dan Mengelola dengan Bijak