0 Comments

JAKARTA, incahospital.co.id – Herpes zoster, yang juga dikenal masyarakat sebagai cacar ular, adalah salah satu penyakit kulit akibat reaktivasi virus varicella zoster. Virus ini sama dengan penyebab cacar air pada masa kanak-kanak. Setelah infeksi cacar air sembuh, virus tidak sepenuhnya hilang dari tubuh. Ia bersembunyi di ganglion saraf dalam keadaan tidak aktif, lalu dapat bangkit kembali bertahun-tahun kemudian.

Ketika aktif, herpes zoster menimbulkan ruam berisi cairan pada satu sisi tubuh. Gejalanya khas: muncul bintil berisi air di sepanjang jalur saraf, disertai nyeri terbakar yang terasa tajam. Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Banyak pasien menggambarkan nyeri herpes zoster sebagai rasa “terbakar dari dalam,” yang bahkan bisa muncul sebelum ruam terlihat.

Mekanisme Penyakit Herpes Zoster: Dari Cacar Air ke Cacar Ular

Herpes Zoster

Setelah cacar air sembuh, varicella zoster virus tetap tinggal dalam sistem saraf. Ia berada dalam kondisi laten, tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun, saat daya tahan tubuh melemah karena usia lanjut, penyakit kronis, atau terapi tertentu, virus bisa aktif kembali.

Reaktivasi ini membuat virus bergerak sepanjang jalur saraf hingga ke kulit, memunculkan ruam khas herpes zoster. Itulah sebabnya ruam biasanya hanya muncul pada satu sisi tubuh, tidak menyebar ke seluruh permukaan kulit.

Faktor yang paling sering memicu kekambuhan antara lain:

  • Penuaan alami: semakin tua, sistem imun semakin lemah.

  • Stres berat: kondisi emosional berlebihan dapat melemahkan daya tahan.

  • Penyakit kronis: misalnya diabetes, kanker, atau HIV.

  • Terapi imunosupresif: seperti kemoterapi, transplantasi organ, atau penggunaan obat penekan imun.

Gejala dan Perjalanan Klinis

Herpes zoster biasanya berlangsung dalam beberapa fase:

  1. Fase prodromal (awal)

    • Nyeri, kesemutan, atau rasa terbakar di area tertentu.

    • Disertai gejala umum seperti demam ringan, kelelahan, dan sakit kepala.

  2. Fase ruam

    • Bintil berisi cairan muncul berkelompok pada jalur saraf tertentu.

    • Ruam hanya muncul di satu sisi tubuh atau wajah.

    • Setelah 7–10 hari, bintil mengering, lalu berkerak.

  3. Fase pascaruam

    • Pada sebagian orang, nyeri tidak hilang walau ruam sudah sembuh.

    • Kondisi ini disebut neuralgia pascaherpes, dan bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Catatan penularan: cairan dalam bintil dapat menularkan virus varicella zoster pada orang yang belum pernah terkena cacar air atau belum divaksin varisela. Namun, mereka akan terkena cacar air, bukan herpes zoster.

Kelompok Berisiko Tinggi Herpes Zoster

Tidak semua orang yang pernah cacar air akan mengalami herpes zoster. Namun, risikonya meningkat pada:

  • Lansia, khususnya di atas 50 tahun.

  • Individu dengan daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita HIV, pasien kanker, atau penerima transplantasi.

  • Orang dengan penyakit kronis, seperti diabetes atau gangguan ginjal.

  • Mereka yang mengalami stres berat atau kelelahan berkepanjangan.

Komplikasi yang Harus Diwaspadai

Herpes zoster bukan hanya soal ruam kulit. Beberapa komplikasi yang bisa muncul meliputi:

  • Neuralgia pascaherpes (NPH): nyeri neuropatik menetap di area bekas ruam, sering digambarkan seperti tersengat listrik atau terbakar. Inilah komplikasi paling sering dan paling mengganggu.

  • Infeksi bakteri sekunder: bila bintil pecah atau digaruk, risiko infeksi kulit meningkat.

  • Keterlibatan mata (zoster oftalmikus): bila ruam mengenai wajah dan sekitar mata, dapat menyebabkan gangguan penglihatan serius.

  • Gangguan saraf lain: misalnya facial palsy (kelumpuhan wajah) atau gangguan pendengaran bila mengenai saraf kranial tertentu.

Diagnosis dan Penanganan Herpes Zoster

Diagnosis herpes zoster umumnya berdasarkan ciri khas ruam unilateral pada dermatom. Tes laboratorium, seperti PCR cairan vesikel, hanya diperlukan pada kasus yang tidak biasa.

Terapi utama terdiri dari:

  1. Antivirus

    • Obat seperti acyclovir, valacyclovir, atau famciclovir sebaiknya diberikan dalam 72 jam pertama.

    • Tujuannya mempercepat penyembuhan dan menurunkan risiko komplikasi.

  2. Pengendalian nyeri

    • Analgesik umum untuk nyeri akut.

    • Obat khusus untuk nyeri saraf bila nyeri menetap.

  3. Perawatan kulit

    • Menjaga area tetap bersih dan kering.

    • Hindari menggaruk untuk mencegah infeksi.

    • Menutup ruam aktif untuk mengurangi penularan.

Vaksinasi: Pencegahan yang Efektif

Cara terbaik mencegah herpes zoster adalah vaksinasi. Vaksin herpes zoster rekombinan (seperti Shingrix) terbukti efektif menurunkan risiko penyakit dan komplikasinya, termasuk neuralgia pascaherpes.

Rekomendasi vaksinasi:

  • Dewasa usia 50 tahun ke atas sebaiknya mendapat dua dosis.

  • Dewasa usia 18 tahun ke atas dengan kondisi medis yang melemahkan daya tahan tubuh juga dianjurkan divaksin.

  • Pemberian dilakukan dua kali dengan jarak 2–6 bulan.

Vaksin bekerja dengan memperkuat imunitas sehingga virus laten lebih sulit aktif kembali. Perlindungan yang diberikan bersifat jangka panjang, membantu menjaga kualitas hidup terutama pada lansia.

Ringkasan Praktis Herpes Zoster

  • Herpes zoster adalah reaktivasi virus cacar air yang menyebabkan ruam nyeri di satu sisi tubuh.

  • Komplikasi utama adalah neuralgia pascaherpes, nyeri saraf yang menetap lama.

  • Antivirus sangat efektif bila diberikan segera setelah gejala awal.

  • Pencegahan terbaik adalah vaksinasi, terutama untuk kelompok lansia dan individu dengan risiko tinggi.

Kesimpulan

Herpes zoster mungkin tampak seperti penyakit kulit biasa, namun sebenarnya menyangkut sistem saraf dan daya tahan tubuh. Dampaknya bisa jauh lebih besar daripada sekadar ruam, terutama bila komplikasi nyeri saraf berkepanjangan terjadi. Dengan mengenali gejala sejak dini, mencari pertolongan medis segera, dan mempertimbangkan vaksinasi, masyarakat dapat melindungi diri dari risiko penyakit ini.

Pada akhirnya, herpes zoster mengingatkan kita bahwa virus yang pernah menyerang di masa lalu bisa bangkit kembali. Namun, dengan pengetahuan, pencegahan, dan penanganan yang tepat, penyakit ini bisa dikendalikan, bahkan dihindari.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Baca juga artikel lainnya: Ischemic Stroke: Gejala, Penanganan, dan Pencegahan Efektif

Author

Related Posts