0 Comments

Jakarta, incahospital.co.id – Kalau kamu pernah mengalami sakit kepala sebelah yang muncul terus-menerus, hampir setiap hari tanpa jeda, dan obat warung tak banyak membantu, bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan sesuatu yang lebih serius. Namanya hemicrania continua—dan meski terdengar asing, kondisinya nyata dan bisa sangat mengganggu kualitas hidup.

Hemicrania continua adalah jenis sakit kepala primer yang jarang ditemui dan tidak diketahui secara luas oleh masyarakat umum, bahkan oleh sebagian tenaga medis. Dikenal sebagai “sakit kepala sebelah yang menetap”, hemicrania ini unik karena terjadi terus-menerus pada satu sisi kepala, dan hanya merespons satu jenis obat: indometasin.

Kondisi ini pertama kali dideskripsikan oleh neurologis Italia bernama Dr. Ottar Sjaastad pada tahun 1984. Meski sudah beberapa dekade berlalu, awareness terhadap hemicrania continua masih tergolong rendah. Banyak penderitanya keliru didiagnosis sebagai migrain, tension headache, atau bahkan cluster headache.

Salah satu kisah datang dari Hana, 34 tahun, seorang karyawan bank di Jakarta yang awalnya mengira dirinya punya migrain bawaan. “Saya kira ini cuma migrain biasa, karena hanya terasa di sisi kanan kepala. Tapi bedanya, ini muncul setiap hari, dan nggak pernah benar-benar hilang. Obat migrain biasa nggak ngaruh. Saya sempat stres karena nggak tahu kenapa tubuh saya rasanya terus nyut-nyutan,” tuturnya.

Setelah akhirnya bertemu spesialis saraf dan diberi terapi indometasin, nyerinya mulai terkendali. Diagnosisnya: hemicrania continua.

Gejala Hemicrania Continua — Mirip Migrain Tapi Beda Total

Hemicrania Continua

Banyak orang salah paham antara hemicrania continua dan migrain. Padahal, meski sama-sama menyerang satu sisi kepala dan bisa menyebabkan nyeri intens, keduanya punya karakteristik yang sangat berbeda.

Berikut gejala umum hemicrania continua:

  • Nyeri terus-menerus di satu sisi kepala (tidak berpindah-pindah)

  • Intensitas nyeri sedang hingga berat, bisa bertambah buruk secara periodik

  • Tidak ada jeda bebas nyeri lebih dari 24 jam selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun

  • Dapat disertai gejala otonom seperti:

    • Mata berair

    • Hidung tersumbat atau berair

    • Kelopak mata turun (ptosis)

    • Pupil mengecil di sisi yang sama

Gejala tambahan yang sering dilaporkan:

  • Mual ringan

  • Sensitivitas terhadap cahaya dan suara

  • Gelisah atau sulit fokus ketika serangan meningkat

Hal paling khas dari hemicrania continua adalah respons total terhadap obat anti-inflamasi indometasin. Jika nyeri berkurang drastis atau hilang setelah minum obat ini, diagnosis hemicrania continua bisa dipastikan. Ini menjadi semacam “test diagnosis” unik dalam dunia neurologi.

Untuk membedakan lebih jelas, berikut perbandingannya secara singkat:

Ciri-ciri Migrain Hemicrania Continua
Lokasi nyeri Satu sisi (bisa pindah sisi) Satu sisi tetap, tidak berpindah
Durasi nyeri 4–72 jam Terus-menerus, bisa tahunan
Respon terhadap indometasin Tidak khas Positif dan sangat efektif
Gejala otonom Jarang Sering

Penyebab Hemicrania Continua Masih Misterius, Tapi Bukan Khayalan

Sampai saat ini, penyebab pasti hemicrania continua belum diketahui. Kondisi ini dikategorikan sebagai salah satu gangguan sakit kepala primer, artinya bukan karena tumor, infeksi, atau trauma, melainkan berasal dari disfungsi sistem saraf itu sendiri.

Namun, beberapa faktor yang dicurigai berperan antara lain:

  • Gangguan pada hipotalamus dan batang otak, yang berperan dalam pengaturan nyeri

  • Kelainan pada neurotransmiter otak, terutama serotonin dan peptida pengatur rasa sakit

  • Pola genetik atau riwayat keluarga dengan gangguan nyeri kepala primer

Sebagian kecil kasus hemicrania continua disebut sekunder, yaitu disebabkan oleh gangguan struktural di otak seperti trauma kepala, sinusitis parah, atau kelainan pembuluh darah. Tapi ini sangat jarang, dan sebagian besar kasus tetap dianggap idiopatik (tanpa sebab jelas).

Kabar baiknya, hemicrania continua bukan penyakit yang mematikan. Tapi efeknya terhadap kualitas hidup sangat signifikan. Pasien sering merasa lelah, tidak produktif, sulit konsentrasi, dan dalam kasus kronis, bisa mengarah pada depresi karena nyeri yang tidak pernah berhenti.

Beberapa pasien melaporkan bahwa nyeri meningkat karena:

  • Perubahan cuaca

  • Kurang tidur

  • Stress emosional

  • Konsumsi alkohol

Namun pemicunya bisa berbeda antarindividu, dan tidak selalu bisa dihindari.

Diagnosis dan Pengobatan Hemicrania Continua: Menghindari Salah Jalan

Karena gejalanya mirip migrain dan jenis sakit kepala lain, diagnosis hemicrania continua sering terlambat. Banyak pasien baru mendapat diagnosis setelah bertahun-tahun “nyasar” ke berbagai pengobatan.

Berikut tahapan diagnosis yang umumnya dilakukan dokter spesialis saraf:

  1. Wawancara gejala detail: termasuk lokasi nyeri, frekuensi, respons terhadap obat

  2. Pemeriksaan fisik neurologis untuk memastikan tidak ada kelainan saraf motorik/sensorik

  3. MRI otak atau CT scan untuk menyingkirkan penyebab organik seperti tumor atau infeksi

  4. Tes terapi indometasin: pasien diberi obat ini selama beberapa hari. Jika nyeri hilang, maka diagnosis hemicrania continua makin kuat

Indometasin adalah kunci. Obat ini termasuk golongan NSAID yang bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin, zat pemicu peradangan di otak. Dalam konteks hemicrania continua, indometasin nyaris seperti “obat ajaib” karena tingkat efektivitasnya tinggi.

Tapi tentu saja, penggunaan jangka panjang indometasin bisa menyebabkan efek samping:

  • Iritasi lambung dan risiko tukak

  • Masalah ginjal jika digunakan tanpa kontrol

  • Sakit kepala rebound jika tidak ditapering secara perlahan

Alternatif atau pelengkap pengobatan lain meliputi:

  • Melatonin dosis tinggi

  • Blok saraf oksipital dengan injeksi anestesi

  • Botox (meski lebih efektif untuk migrain kronis)

  • Neuromodulasi non-invasif seperti TMS (transcranial magnetic stimulation)

Dan yang paling penting: dukungan psikologis dan edukasi pasien. Banyak penderita yang merasa kesepian atau tidak dimengerti karena minimnya awareness terhadap hemicrania continua.

Hidup Bersama Hemicrania Continua — Adaptasi, Harapan, dan Komunitas

Meski belum bisa disembuhkan total, banyak pasien berhasil hidup produktif dan minim nyeri dengan pendekatan pengobatan yang tepat dan perubahan gaya hidup.

Strategi hidup dengan hemicrania continua:

  1. Rutin minum obat sesuai anjuran dokter
    Jangan menunda konsumsi obat atau mencoba stop tiba-tiba tanpa kontrol medis.

  2. Kelola stres dengan baik
    Meditasi, yoga, dan terapi relaksasi bisa membantu menurunkan intensitas serangan.

  3. Jaga pola tidur dan makan
    Jam tidur yang berantakan bisa memicu flare-up. Begitu juga dengan makanan tinggi MSG atau alkohol.

  4. Pantau pemicu pribadi
    Buat jurnal sakit kepala untuk mencatat aktivitas dan konsumsi harian. Lama-lama kamu bisa mengenali pola serangan.

  5. Bangun support system
    Cari komunitas atau grup penderita sakit kepala kronis. Sharing pengalaman bisa sangat membantu secara mental.

Salah satu cerita inspiratif datang dari Naufal, seorang pekerja lepas di Bandung. Ia didiagnosis hemicrania continua pada usia 28, dan sempat vakum bekerja selama 6 bulan. Setelah mendapat terapi indometasin, ia mulai bangkit perlahan. Kini ia aktif mengedukasi orang lain lewat media sosial soal pentingnya melek jenis-jenis sakit kepala. “Kalau bukan kita yang bersuara, siapa lagi? Banyak orang pikir ini cuma pusing biasa, padahal bisa sangat melelahkan,” ungkapnya.

Penutup: Jangan Sepelekan Sakit Kepala Sebelah yang Tak Kunjung Hilang

Hemicrania continua mungkin belum populer seperti migrain atau vertigo. Tapi keberadaannya nyata, dan pengaruhnya terhadap kehidupan seseorang tidak bisa dianggap enteng.

Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami sakit kepala sebelah yang tidak pernah hilang, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter saraf. Diagnosis yang tepat bukan hanya membuka pintu pengobatan, tapi juga membantu mengurangi beban mental karena merasa tidak dimengerti.

Karena dalam dunia kesehatan, mengenali masalah adalah setengah dari solusi.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Baca Juga Artikel dari: Rontgen Thorax: Pemeriksaan Dada yang Wajib Anda Ketahui

Author

Related Posts