Jakarta, incahospital.co.id – Di ruang tunggu sebuah rumah sakit besar di Jakarta, seorang pria paruh baya bernama Arman duduk termenung. Tangannya menggenggam hasil laboratorium yang baru saja ia terima. Wajahnya pucat. Dokter baru saja memberitahu bahwa ia menderita gagal ginjal kronis. Padahal, selama ini Arman merasa sehat-sehat saja—hanya sering lelah dan kadang bengkak di kaki.
Cerita seperti Arman bukanlah hal langka di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus gagal ginjal kronis terus meningkat setiap tahunnya, sebagian besar terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut. Penyakit ini sering disebut “silent killer” karena gejalanya samar di awal, namun kerusakannya berlangsung perlahan tapi pasti.
Secara medis, gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun secara bertahap selama tiga bulan atau lebih, hingga tidak mampu lagi menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah secara efektif. Kerusakan ini bersifat permanen, dan bila tidak dikelola, bisa berujung pada gagal ginjal tahap akhir yang membutuhkan dialisis atau transplantasi.
Kabar buruknya, kerusakan ginjal tidak bisa diperbaiki. Kabar baiknya, penanganan tepat bisa memperlambat progres penyakit dan menjaga kualitas hidup pasien.
Fungsi Ginjal dan Mengapa Ia Begitu Vital
Sebelum kita membicarakan penyakitnya, mari pahami dulu mengapa ginjal begitu penting. Ginjal berjumlah dua, berbentuk seperti kacang merah, dan terletak di kedua sisi tulang belakang bagian bawah.
Fungsi utamanya meliputi:
-
Menyaring limbah metabolisme dari darah.
-
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
-
Mengontrol tekanan darah melalui regulasi volume darah dan hormon renin.
-
Memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang pembentukan sel darah merah.
-
Menjaga kesehatan tulang dengan mengatur metabolisme kalsium dan vitamin D.
Ketika ginjal rusak, semua fungsi ini terganggu. Bayangkan saja, darah kita seperti air dalam akuarium, dan ginjal adalah filter yang memastikan air tetap jernih. Jika filternya rusak, air akan keruh, ikan (organ tubuh) pun akan stres.
Penyebab dan Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis tidak muncul begitu saja. Sebagian besar kasus disebabkan oleh penyakit yang merusak ginjal secara perlahan. Faktor utamanya meliputi:
-
Diabetes Mellitus
Kadar gula darah tinggi merusak pembuluh darah kecil di ginjal, mengurangi kemampuan filtrasi. -
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Tekanan darah yang tidak terkontrol membuat pembuluh darah di ginjal tegang terus-menerus, menyebabkan kerusakan struktural. -
Glomerulonefritis
Peradangan pada glomerulus (unit penyaring ginjal) yang bisa disebabkan infeksi atau autoimun. -
Penyakit Ginjal Polikistik
Kelainan genetik yang memicu pertumbuhan kista di ginjal. -
Penggunaan Obat atau Bahan Toksik
Konsumsi obat anti nyeri tertentu (NSAID) dalam jangka panjang, atau paparan logam berat. -
Infeksi Saluran Kemih Berulang
Infeksi yang sering kambuh dapat merusak jaringan ginjal.
Di Indonesia, kombinasi diabetes dan hipertensi menjadi penyumbang terbesar kasus gagal ginjal kronis. Menariknya, banyak pasien tidak sadar mereka punya dua penyakit ini sampai ginjalnya sudah rusak cukup parah.
Gejala Gagal Ginjal Kronis yang Sering Terabaikan
Gejala gagal ginjal kronis biasanya berkembang perlahan. Pada tahap awal, pasien sering tidak merasakan keluhan berarti. Namun, seiring penurunan fungsi ginjal, tanda-tanda berikut bisa muncul:
-
Kelelahan dan lemah tanpa sebab jelas.
-
Bengkak di kaki, pergelangan, atau sekitar mata.
-
Buang air kecil berkurang atau meningkat drastis.
-
Urin berbusa atau berdarah.
-
Mual, muntah, atau hilang nafsu makan.
-
Kulit gatal dan kering.
-
Sesak napas akibat penumpukan cairan di paru.
-
Kram otot, terutama di malam hari.
Sayangnya, gejala ini sering dianggap masalah biasa, seperti “kurang tidur” atau “masuk angin”. Inilah yang membuat banyak pasien datang ke dokter saat fungsi ginjalnya tinggal kurang dari 30%.
Tahapan Gagal Ginjal Kronis dan Pemeriksaannya
Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju filtrasi glomerulus (eGFR):
-
Stadium 1: eGFR ≥ 90 (kerusakan ginjal ringan, fungsi normal).
-
Stadium 2: eGFR 60–89 (penurunan ringan).
-
Stadium 3: eGFR 30–59 (penurunan sedang, mulai muncul gejala).
-
Stadium 4: eGFR 15–29 (penurunan berat, gejala jelas).
-
Stadium 5: eGFR < 15 (gagal ginjal tahap akhir).
Pemeriksaan yang umum dilakukan meliputi:
-
Tes darah (ureum, kreatinin, elektrolit).
-
Tes urin (proteinuria, hematuria).
-
USG ginjal.
-
Biopsi ginjal jika diperlukan.
Strategi Pencegahan dan Pengelolaan Gagal Ginjal Kronis
Meski tidak bisa disembuhkan, gagal ginjal kronis dapat diperlambat progresnya dengan gaya hidup sehat dan pengelolaan medis yang tepat. Beberapa langkah kunci:
-
Kontrol Penyakit Penyebab
Jaga gula darah (untuk diabetes) dan tekanan darah dalam batas normal. -
Atur Pola Makan
Kurangi garam, batasi protein berlebih, perhatikan asupan kalium dan fosfor. -
Minum Cukup Air
Hidrasi yang tepat membantu fungsi filtrasi ginjal. -
Hindari Obat Berisiko
Jangan konsumsi obat anti nyeri atau herbal sembarangan. -
Olahraga Teratur
Menjaga berat badan dan kesehatan pembuluh darah. -
Pemeriksaan Rutin
Terutama bagi yang punya faktor risiko tinggi.
Perawatan pada Stadium Lanjut
Jika fungsi ginjal turun drastis, pilihan terapinya meliputi:
-
Dialisis (Cuci Darah)
Hemodialisis atau dialisis peritoneal untuk membuang limbah dan cairan berlebih. -
Transplantasi Ginjal
Mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal donor. -
Perawatan Paliatif
Fokus pada kenyamanan pasien jika terapi agresif tidak memungkinkan.
Setiap pilihan memiliki tantangan, baik dari segi biaya, ketersediaan fasilitas, maupun dampak emosional bagi pasien dan keluarga.
Menutup dengan Kesadaran dan Tindakan Nyata
Gagal ginjal kronis bukan vonis mati, tapi ia adalah panggilan untuk mengubah gaya hidup dan memperhatikan kesehatan lebih serius. Semakin dini terdeteksi, semakin besar peluang mempertahankan fungsi ginjal.
Cerita Arman di awal tulisan tadi berakhir dengan satu keputusan penting: ia mulai mengubah pola makan, rajin kontrol ke dokter, dan menjalani dialisis sesuai jadwal. Berat memang, tapi ia menyadari satu hal — hidup dengan gagal ginjal kronis bukan soal menyerah pada penyakit, melainkan soal mengelola waktu dan tenaga agar tetap bermakna.
Seperti kata seorang dokter nefrologi senior:
“Ginjal adalah mesin kehidupan yang sering kita lupakan. Baru terasa penting saat ia mulai berhenti bekerja.”
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel Dari: Vaksin Booster: Perlindungan Tambahan untuk Kesehatan Optimal