JAKARTA, incahospital.co.id – Flu Singapura, atau yang dikenal dengan nama medis Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD), merupakan penyakit menular yang biasanya menyerang anak-anak. Walau begitu, orang dewasa juga tidak luput dari risiko tertular, meskipun kasusnya jarang. Penyakit ini disebut Flu Singapura karena kasusnya sempat melonjak di negara tersebut dan menjadi perhatian luas di Asia Tenggara.
Secara umum, penyakit ini disebabkan oleh virus enterovirus, terutama coxsackievirus A16 dan enterovirus 71. Virus ini sangat mudah menyebar, terutama di tempat ramai seperti sekolah, taman bermain, atau penitipan anak. Maka dari itu, orang tua harus selalu waspada jika anak menunjukkan gejala yang mencurigakan.
Mengapa Disebut Flu Singapura?
Awalnya, penyakit ini memang mewabah di Singapura dan menyebar ke negara-negara tetangga. Namun, istilah “Flu Singapura” hanya istilah populer di masyarakat. Sementara itu, secara medis, nama yang benar adalah HFMD. Meski begitu, masyarakat Indonesia tetap menggunakan istilah ini karena lebih mudah diingat dan sudah telanjur melekat.
Meski terdengar seperti flu biasa, kenyataannya HFMD memiliki gejala yang lebih khas dan bisa membuat anak merasa sangat tidak nyaman. Oleh sebab itu, memahami perbedaannya menjadi penting bagi siapa pun yang bertugas merawat anak-anak.
Gejala Flu Singapura yang Harus Diwaspadai
Sebagai orang tua atau pengasuh, kita perlu memahami tanda-tanda awal dari Flu Singapura agar bisa segera mengambil tindakan. Biasanya, gejala muncul 3 sampai 6 hari setelah terinfeksi. Beberapa tanda yang paling umum antara lain:
-
Demam ringan
-
Luka seperti sariawan di mulut, lidah, atau tenggorokan
-
Ruam kemerahan di tangan dan kaki
-
Nafsu makan menurun
-
Anak menjadi rewel atau mudah marah
Gejala ini bisa bertahan selama 7 hingga 10 hari. Walaupun terlihat ringan, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi jika tidak ditangani dengan benar, seperti dehidrasi karena anak enggan makan dan minum akibat sariawan.
Penyebab Utama Penyebaran Virus
Virus penyebab HFMD menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh seperti air liur, ingus, atau cairan dari lepuhan kulit. Selain itu, virus juga bisa menular lewat permukaan yang terkontaminasi seperti mainan, meja, atau gagang pintu. Tidak heran, anak-anak menjadi kelompok paling rentan karena mereka belum memahami pentingnya menjaga kebersihan.
Menariknya, virus ini tetap aktif dalam waktu cukup lama di luar tubuh manusia. Oleh karena itu, kita harus rajin membersihkan benda-benda yang sering disentuh anak. Ini menjadi salah satu langkah penting dalam mencegah penularan lebih lanjut.
Cara Penularan yang Sering Terjadi
Ada beberapa jalur umum penularan HFMD yang perlu diketahui. Pertama, melalui droplet atau percikan air liur saat seseorang batuk atau bersin. Kedua, lewat kontak langsung dengan luka lepuh. Ketiga, dari tangan yang kotor setelah mengganti popok atau membersihkan anak yang terinfeksi.
Oleh sebab itu, menjaga kebersihan tangan menjadi langkah krusial. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah ke toilet atau sebelum makan. Ini bukan hanya melindungi anak dari flu Singapura, tetapi juga dari banyak penyakit menular lainnya.
Perbedaan Flu Singapura dengan Cacar Air
Banyak orang sering salah mengira HFMD sebagai cacar air karena gejalanya mirip, yakni munculnya ruam atau bintik di tubuh. Namun, jika diperhatikan lebih seksama, letak ruam pada HFMD biasanya fokus di telapak tangan, kaki, dan mulut. Sementara itu, cacar air menyebar lebih luas ke seluruh tubuh.
Perbedaan lainnya terletak pada penyebabnya. HFMD berasal dari kelompok enterovirus, sedangkan cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster. Meskipun kedua penyakit ini sangat menular, penanganannya berbeda. Itulah sebabnya, diagnosis yang tepat sangat dibutuhkan.
Siapa Saja yang Berisiko Terkena?
Anak-anak di bawah usia 10 tahun menjadi kelompok paling rentan terhadap penyakit ini. Hal ini karena sistem imun mereka belum sepenuhnya berkembang. Di sisi lain, mereka juga belum bisa menjaga kebersihan diri secara optimal. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa remaja dan orang dewasa juga bisa tertular, terutama jika daya tahan tubuh sedang lemah.
Misalnya, dalam satu keluarga, jika satu anak terinfeksi, kemungkinan besar anggota keluarga lainnya bisa ikut tertular jika tidak segera ditangani. Maka dari itu, menjaga lingkungan rumah tetap bersih sangat penting untuk menghindari penyebaran yang lebih luas.
Kapan Harus ke Dokter?
Sebagian besar kasus Flu Singapura bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Akan tetapi, jika anak mengalami demam tinggi lebih dari tiga hari, tidak mau makan atau minum sama sekali, atau menunjukkan tanda dehidrasi (seperti mulut kering atau jarang buang air kecil), segeralah bawa ke dokter.
Dokter akan memberikan perawatan yang sesuai, misalnya dengan memberikan obat untuk meredakan nyeri atau penurun panas. Dalam kasus yang parah, anak mungkin perlu dirawat di rumah sakit, terutama jika mengalami komplikasi.
Pengobatan Flu Singapura Secara Umum
Sayangnya, hingga kini belum ada obat khusus yang bisa menyembuhkan HFMD secara langsung. Pengobatan yang diberikan bersifat suportif, yaitu hanya meredakan gejala. Beberapa hal yang bisa dilakukan di rumah antara lain:
-
Memberikan paracetamol untuk menurunkan demam
-
Menawarkan makanan lunak dan dingin agar anak tetap mau makan
-
Menjaga tubuh anak tetap terhidrasi dengan air putih atau cairan elektrolit
-
Mengistirahatkan anak sepenuhnya di rumah
Selain itu, hindari memberikan makanan pedas, asam, atau terlalu panas karena bisa memperparah luka di mulut. Sebaliknya, berikan es krim atau yoghurt dingin untuk meredakan rasa sakit sekaligus menjaga asupan kalori.
Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Maka dari itu, penting untuk mengambil langkah pencegahan sejak dini. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
-
Mencuci tangan secara rutin dengan sabun
-
Menjaga kebersihan mainan anak
-
Menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit
-
Mengajarkan etika batuk dan bersin kepada anak
Apabila anak sedang sakit, sebaiknya tidak dibawa ke sekolah atau tempat umum lainnya. Hal ini tidak hanya untuk mempercepat pemulihan, tetapi juga mencegah penyebaran kepada teman-temannya.
Peran Guru dan Sekolah dalam Mencegah Wabah
Sekolah memegang peran besar dalam pencegahan penularan Flu Singapura. Guru sebaiknya selalu memperhatikan kesehatan murid, terutama jika ada yang menunjukkan gejala mencurigakan. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga harus rajin membersihkan area kelas dan menyediakan fasilitas cuci tangan yang layak.
Salah satu contoh nyata, sebuah sekolah di kota Bandung sempat melakukan pembersihan menyeluruh dan meliburkan siswa selama tiga hari setelah ditemukan tiga kasus HFMD. Tindakan ini berhasil memutus rantai penularan dan membuat lingkungan belajar kembali aman.
Pengalaman Pribadi yang Menginspirasi
Beberapa waktu lalu, anak saya yang berusia tiga tahun terkena Flu Singapura. Awalnya, saya mengira hanya sariawan biasa. Namun, karena demam tak kunjung turun dan muncul bintik di tangan, saya segera membawanya ke dokter. Setelah diperiksa, ternyata benar itu HFMD.
Dokter menyarankan banyak istirahat dan makanan dingin. Awalnya memang cukup menantang karena anak jadi rewel dan menolak makan. Namun, setelah lima hari, kondisinya mulai membaik. Dari situ, saya belajar bahwa mengenali gejala sejak awal sangat penting agar kita bisa mengambil langkah cepat dan tepat.
Mitigasi di Masa Depan: Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Flu Singapura bisa menjadi momok jika tidak ditangani dengan baik. Maka dari itu, penting bagi kita semua untuk saling mengingatkan, menjaga kebersihan, dan tidak meremehkan gejala awal. Di samping itu, kita juga perlu meningkatkan edukasi kepada anak-anak mengenai pentingnya mencuci tangan dan menjaga kesehatan.
Melalui langkah kecil yang konsisten, kita bisa mencegah terjadinya wabah. Pemerintah, sekolah, tenaga medis, dan masyarakat harus bersinergi agar penyakit ini tidak lagi menyebar luas seperti dulu.
Flu Singapura memang bukan penyakit yang mematikan, tetapi bisa menyebabkan ketidaknyamanan serius, terutama pada anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali gejala, memahami cara penyebarannya, serta melakukan langkah pencegahan yang efektif. Jika ditangani sejak awal, penyakit ini bisa sembuh total tanpa komplikasi apa pun.
Tetaplah waspada dan jangan anggap remeh. Dengan menjaga kebersihan dan memperhatikan kesehatan anak-anak, kita telah berkontribusi mencegah penyebaran penyakit ini. Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa menjadi panduan bagi Anda dalam menghadapi Flu Singapura.
Temukan informasi lengkapnya Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel Berikut: Penyebab Flu Burung: Ancaman Senyap yang Perlu Diwaspadai