JAKARTA, incahospital.co.id – Dalam dunia kesehatan mental, anorexia nervosa menempati posisi sebagai salah satu gangguan makan paling kompleks dan berbahaya. Penderitanya memiliki ketakutan ekstrem terhadap kenaikan berat badan, bahkan ketika tubuh mereka sudah sangat kurus. Mereka cenderung membatasi asupan makanan secara ekstrem, berolahraga berlebihan, atau menggunakan cara lain untuk menurunkan berat badan seperti muntah paksa dan penggunaan obat pencahar.
Gangguan ini tidak hanya menyerang tubuh, tapi juga pikiran. Individu dengan anorexia sering kali memiliki persepsi tubuh yang terdistorsi—melihat diri mereka gemuk padahal secara medis berada dalam kondisi kekurangan gizi berat. Fenomena ini menimbulkan konflik batin antara kebutuhan biologis untuk makan dan dorongan psikologis untuk tetap kurus.
Anorexia nervosa lebih sering terjadi pada remaja dan wanita muda, namun dapat dialami oleh siapa pun, termasuk pria. Dalam banyak kasus, gangguan ini berakar pada tekanan sosial, perfeksionisme, serta pengalaman emosional yang kompleks seperti trauma atau rasa tidak berdaya.
Penyebab dan Faktor Risiko Anorexia Nervosa
Tidak ada satu penyebab tunggal yang menjelaskan kemunculan anorexia nervosa. Sebaliknya, kondisi ini berkembang melalui kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial.
-
Faktor Biologis
Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin dapat memengaruhi perilaku makan dan persepsi tubuh seseorang. Faktor genetik juga berperan, di mana individu dengan riwayat gangguan makan dalam keluarga memiliki risiko lebih tinggi. -
Faktor Psikologis
Banyak penderita anorexia memiliki sifat perfeksionis, mudah cemas, dan memiliki kebutuhan tinggi untuk mengontrol lingkungan. Dalam konteks ini, kontrol terhadap makanan menjadi simbol kendali atas hidup mereka. -
Faktor Sosial dan Budaya
Standar kecantikan yang menonjolkan tubuh langsing di media sosial dan industri hiburan memperparah tekanan psikologis, terutama pada remaja. Banyak yang berusaha mencapai “ideal tubuh” dengan cara tidak sehat demi pengakuan sosial. -
Faktor Lingkungan
Stres keluarga, tekanan akademik, atau pengalaman traumatis seperti perundungan juga dapat memicu timbulnya perilaku anoreksik sebagai bentuk pelarian atau kompensasi emosional.
Penting diingat bahwa anorexia bukan sekadar “diet ekstrem”. Ini adalah kondisi medis serius yang membutuhkan penanganan profesional dan dukungan emosional dari lingkungan sekitar.
Gejala dan Tanda Awal Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa berkembang secara bertahap. Pada awalnya, penderita mungkin hanya mencoba “makan sehat” atau “mengontrol kalori”. Namun lama-kelamaan, perilaku ini berubah menjadi obsesi yang membahayakan.
Gejala Fisik:
-
Penurunan berat badan drastis dalam waktu singkat
-
Wajah tampak tirus, kulit kering, dan rambut rontok
-
Tekanan darah rendah dan denyut jantung melambat
-
Menstruasi berhenti (amenore) pada wanita
-
Mudah lelah, pusing, dan kedinginan
Gejala Psikologis dan Perilaku:
-
Ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan
-
Obsesi menghitung kalori setiap makanan
-
Sering menimbang tubuh berkali-kali dalam sehari
-
Penolakan untuk makan bersama orang lain
-
Melakukan olahraga ekstrem meskipun tubuh lemah
-
Menolak mengakui kondisi tubuhnya sendiri
Gejalaini sering kali disembunyikan oleh penderita. Mereka bisa tampak “baik-baik saja” di luar, padahal kondisi fisik dan mentalnya memburuk di dalam.
Dampak Serius Anorexia Nervosa terhadap Tubuh dan Pikiran
Efek anorexia tidak hanya memengaruhi berat badan, tetapi juga hampir seluruh sistem tubuh. Tubuh yang kekurangan nutrisi akan mulai “memakan dirinya sendiri” untuk bertahan hidup.
-
Dampak Fisik
-
Kerusakan jantung akibat penurunan tekanan darah ekstrem
-
Penurunan fungsi ginjal dan hati
-
Osteoporosis akibat hilangnya kepadatan tulang
-
Gangguan hormon dan infertilitas
-
Kerusakan otot dan sistem kekebalan tubuh menurun
-
-
Dampak Mental dan Emosional
-
Depresi dan kecemasan berat
-
Gangguan tidur dan kelelahan kronis
-
Isolasi sosial karena rasa malu atau tekanan batin
-
Risiko tinggi untuk melakukan tindakan bunuh diri
-
Menurut data WHO, anorexia nervosa memiliki tingkat kematian tertinggi di antara gangguan mental lainnya, baik akibat komplikasi medis maupun bunuh diri. Ini membuktikan betapa seriusnya kondisi ini dan mengapa intervensi dini sangat penting.
Penanganan dan Pengobatan AnorexiaNervosa
Pengobatan anorexia nervosa memerlukan pendekatan multidisipliner yang mencakup aspek medis, psikologis, dan nutrisi. Tujuannya bukan hanya memulihkan berat badan, tetapi juga memperbaiki pola pikir dan emosi pasien terhadap makanan serta citra tubuh.
-
Perawatan Medis Intensif
Diperlukan untuk pasien dengan kondisi fisik kritis. Dokter akan memantau tekanan darah, kadar gula, elektrolit, serta fungsi organ vital. Dalam beberapa kasus, perawatan rumah sakit diperlukan. -
Terapi Psikologis (Cognitive Behavioral Therapy / CBT)
Terapi ini membantu pasien mengenali pikiran negatif tentang tubuh dan makanan, lalu menggantinya dengan pola berpikir yang lebih sehat dan realistis. -
Konseling Gizi dan Pemulihan Pola Makan
Ahli gizi membantu menyusun rencana makan bertahap yang aman untuk mengembalikan berat badan tanpa memicu stres berlebih. -
Dukungan Keluarga (Family-Based Therapy)
Keluarga berperan penting dalam proses pemulihan. Dukungan emosional dan pemahaman lingkungan sekitar mempercepat stabilitas mental pasien. -
Pengobatan Tambahan
Dalam kasus tertentu, obat antidepresan atau antikecemasan diresepkan untuk membantu menstabilkan suasana hati dan mengurangi perilaku kompulsif.
Pemulihan anorexia memerlukan waktu dan kesabaran. Banyak pasien yang mengalami kekambuhan, namun dengan dukungan tepat, peluang sembuh tetap tinggi.
Pencegahan dan Kesadaran Publik tentang Anorexia Nervosa
Meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya anorexia nervosa menjadi langkah penting dalam pencegahan. Edukasi sejak dini di sekolah dan media sangat membantu membentuk persepsi positif terhadap tubuh dan makanan.
Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan:
-
Mengajarkan remaja untuk mencintai tubuh mereka apa adanya
-
Membatasi paparan media yang menampilkan standar kecantikan tidak realistis
-
Mendorong percakapan terbuka tentang stres, emosi, dan harga diri
-
Melibatkan tenaga kesehatan mental dalam lingkungan pendidikan dan keluarga
Masyarakat perlu memahami bahwa anorexia bukan soal “kurang makan”, tetapi gangguan kompleks yang berakar dari tekanan mental dan sosial. Empati, bukan penghakiman, adalah kunci membantu penderita keluar dari lingkaran destruktif ini.
Kesimpulan: AnorexiaNervosa Bisa Disembuhkan dengan Dukungan yang Tepat
Anorexia nervosa adalah penyakit serius, tapi bukan tanpa harapan. Dengan diagnosis dini, terapi psikologis intensif, dan dukungan keluarga yang konsisten, banyak penderita berhasil pulih dan hidup sehat kembali.
Pemulihan mungkin panjang dan melelahkan, tapi setiap langkah menuju penerimaan diri adalah kemenangan kecil. Dunia kesehatan kini semakin menekankan pendekatan holistik—melihat penderita bukan hanya dari berat badan, melainkan sebagai individu yang membutuhkan pemahaman dan cinta kasih.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca juga artikel lainnya: Sepsis: Infeksi Mematikan yang Harus Diwaspadai Sejak Dini