Jakarta, incahospital.co.id – Gonore, atau sering disebut “kencing nanah”, adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) paling tua di dunia.
Namun ironisnya, hingga hari ini penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan global. Menurut data WHO, ada lebih dari 80 juta kasus gonore baru setiap tahunnya, dan angka ini terus meningkat seiring gaya hidup modern yang semakin terbuka namun kurang waspada terhadap risiko infeksi.
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang menyebar melalui hubungan seksual — baik vaginal, anal, maupun oral — dengan orang yang terinfeksi.
Masalahnya, penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, terutama pada perempuan.
Akibatnya, banyak yang tidak sadar telah menjadi pembawa dan penular penyakit ini.
Jika tidak segera ditangani, gonore dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infertilitas, radang panggul, dan infeksi menyebar ke organ lain.
Oleh karena itu, memahami pencegahan gonore menjadi langkah penting bagi setiap individu yang peduli terhadap kesehatan reproduksi dan kehidupan seksual yang aman.
Mengenal Cara Penularan Gonore

Sebelum membahas pencegahannya, penting untuk memahami bagaimana penyakit ini menyebar.
Penularan gonore terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi — terutama saat hubungan seksual tanpa pelindung.
Berikut beberapa jalur penularan yang paling umum:
-
Hubungan seksual vaginal, anal, atau oral tanpa kondom.
Bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat masuk melalui lapisan lendir di alat kelamin, anus, atau tenggorokan. -
Dari ibu ke bayi saat persalinan.
Bayi bisa tertular saat melewati jalan lahir, menyebabkan infeksi mata serius (oftalmia neonatorum). -
Melalui benda pribadi yang terkontaminasi.
Walaupun jarang, bakteri dapat menempel pada alat bantu seks atau handuk yang tidak bersih.
Bakteri ini tidak menular lewat sentuhan biasa, berbagi makanan, atau duduk di toilet umum, karena tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia.
Strategi Pencegahan Gonore yang Efektif
1. Gunakan Kondom Secara Konsisten
Langkah paling dasar dan efektif untuk mencegah gonore adalah menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
Kondom bertindak sebagai penghalang fisik yang mencegah kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
Baik kondom pria maupun kondom wanita bisa digunakan, selama digunakan dengan benar dan tidak rusak.
2. Setia pada Satu Pasangan (Monogami Mutual)
Risiko penularan meningkat seiring banyaknya pasangan seksual.
Menjalani hubungan yang saling setia dan memastikan kedua pihak bebas dari infeksi adalah langkah pencegahan yang aman dan realistis.
3. Pemeriksaan Kesehatan Seksual Rutin
Karena gonore sering tidak menimbulkan gejala, tes kesehatan rutin menjadi penting, terutama bagi individu yang aktif secara seksual.
Tes bisa dilakukan melalui pemeriksaan urine atau swab di klinik kesehatan reproduksi.
4. Hindari Hubungan Seksual Berisiko
Termasuk berganti-ganti pasangan tanpa proteksi, menggunakan alkohol atau narkoba sebelum berhubungan (karena menurunkan kewaspadaan), serta tidak berbagi alat bantu seks tanpa disterilkan.
5. Edukasi Seks yang Terbuka dan Berbasis Sains
Edukasi adalah kunci. Remaja dan orang dewasa muda perlu memahami bagaimana infeksi menular seksual bekerja, bukan hanya dihindari dengan rasa takut.
Sekolah dan lembaga kesehatan harus mendorong pendidikan seks sehat, yang menekankan tanggung jawab dan kesadaran diri.
Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan Tepat
Mencegah lebih baik daripada mengobati — tapi deteksi dini juga bagian dari pencegahan yang cerdas.
Jika gonore sudah terjadi, diagnosis cepat dan pengobatan dengan antibiotik yang tepat dapat menghentikan penularan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dunia medis menghadapi tantangan baru: resistansi antibiotik.
Strain Neisseria gonorrhoeae yang kebal terhadap obat-obatan konvensional kini mulai bermunculan di berbagai negara.
Karena itu, pasien tidak boleh mengobati sendiri.
Pengobatan harus dilakukan oleh dokter dengan pemeriksaan laboratorium dan pemilihan antibiotik sesuai hasil uji kepekaan bakteri.
Menghentikan pengobatan sebelum waktunya justru memperkuat daya tahan bakteri.
Selain itu, pasangan seksual dari penderita juga harus diperiksa dan diobati secara bersamaan, agar tidak terjadi infeksi berulang (reinfection).
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Pencegahan Gonore
Masalah gonore bukan hanya tanggung jawab individu, tapi juga isu kesehatan publik.
Masyarakat dan pemerintah memiliki peran besar dalam mengurangi penyebarannya.
Peran Pemerintah:
-
Menyediakan akses layanan kesehatan seksual yang aman, murah, dan rahasia.
-
Mendorong program skrining gratis bagi kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, atau komunitas dengan mobilitas tinggi.
-
Mengawasi penggunaan antibiotik agar tidak disalahgunakan.
Peran Masyarakat:
-
Menghapus stigma terhadap penyakit menular seksual.
Banyak penderita enggan memeriksakan diri karena takut dihakimi, padahal keterlambatan diagnosis memperburuk kondisi. -
Mendorong diskusi terbuka dan sehat tentang seksualitas di lingkungan keluarga, sekolah, dan komunitas.
-
Menyebarkan informasi yang benar, bukan mitos atau ketakutan yang tidak berdasar.
Tantangan Pencegahan Gonore di Era Digital
Era modern membawa kemudahan akses informasi, tapi juga meningkatkan risiko perilaku seksual berisiko.
Aplikasi kencan online, misalnya, membuat hubungan kasual lebih mudah terjadi tanpa adanya riwayat kesehatan yang jelas antar pengguna.
Selain itu, hoaks kesehatan di media sosial sering kali menyesatkan publik — seperti klaim bahwa gonore bisa sembuh dengan bahan alami tanpa obat.
Padahal, tanpa pengobatan medis, infeksi bisa menyebar ke darah dan organ dalam, menyebabkan komplikasi fatal.
Oleh karena itu, literasi digital dalam bidang kesehatan menjadi hal krusial.
Masyarakat perlu tahu cara membedakan informasi medis yang valid dari sumber terpercaya dibanding rumor viral tanpa dasar.
Penutup: Seks Aman, Hidup Tenang
Pencegahan gonore bukan sekadar upaya medis, tetapi juga perubahan cara berpikir tentang kesehatan seksual.
Dengan perilaku yang bertanggung jawab, kesadaran diri, dan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, penyakit ini bisa dikendalikan — bahkan dicegah sama sekali.
“Kesehatan reproduksi adalah hak setiap orang,
dan pencegahan adalah bentuk cinta terhadap diri sendiri dan orang lain.”
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel Dari: HIV AIDS: Tantangan Kesehatan Global dan Upaya Penanganan
