0 Comments

JAKARTA, incahospital.co.id – Hipertensi pulmonal adalah kondisi ketika tekanan di pembuluh darah paru meningkat melebihi batas normal, menyebabkan jantung kanan bekerja lebih keras untuk memompa darah ke paru-paru.
Secara klinis, Hipertensi pulmonal adalah kondisi ketika tekanan rata-rata pada arteri paru melebihi 20 mmHg saat istirahat, berdasarkan hasil pengukuran melalui kateterisasi jantung kanan. Batas ambang ini sebelumnya 25 mmHg, lalu diturunkan menjadi 20 mmHg agar penyakit dapat dikenali lebih cepat dan penanganannya dimulai lebih awal.

Dalam kehidupan sehari-hari, hipertensi pulmonal sering dimulai dari keluhan ringan seperti cepat lelah, sesak saat beraktivitas, pusing, atau rasa berat di dada. Gejala ini bisa berkembang menjadi pembengkakan pada pergelangan kaki, jantung berdebar, hingga pingsan jika tidak segera ditangani. Tanpa terapi, hipertensi pulmonal dapat menyebabkan gagal jantung kanan, namun dengan diagnosis yang tepat dan terapi modern, harapan hidup pasien kini jauh lebih baik.

Klasifikasi Hipertensi Pulmonal Menurut WHO

Hipertensi Pulmonal

Hipertensi pulmonal tidak hanya memiliki satu penyebab. Untuk memudahkan terapi, kondisi ini dibagi menjadi lima kelompok besar oleh WHO:

  1. Grup 1 – Pulmonary Arterial Hypertension (PAH).
    Terjadi karena kelainan langsung pada arteri paru, bisa idiopatik, genetik, atau akibat penyakit jaringan ikat.

  2. Grup 2 – Akibat Penyakit Jantung Kiri.
    Misalnya gagal jantung atau gangguan katup yang menyebabkan tekanan balik ke paru meningkat.

  3. Grup 3 – Akibat Penyakit Paru atau Kekurangan Oksigen.
    Seperti PPOK, fibrosis paru, atau sleep apnea yang memengaruhi tekanan paru.

  4. Grup 4 – Hipertensi Pulmonal Tromboembolik Kronik (CTEPH).
    Disebabkan oleh sisa bekuan darah yang tidak larut dan menyumbat aliran darah di paru.

  5. Grup 5 – Mekanisme Multifaktorial atau Tidak Jelas.
    Termasuk gangguan hematologi, inflamasi sistemik, dan penyakit metabolik tertentu.

Memahami kelompok hipertensi pulmonal membantu dokter menentukan terapi yang paling sesuai. Misalnya, obat untuk PAH tidak selalu cocok bagi pasien dengan hipertensi pulmonal akibat penyakit jantung kiri atau paru kronis.

Gejala Hipertensi Pulmonal yang Perlu Diwaspadai

Gejala hipertensi pulmonal sering kali tidak spesifik, sehingga banyak pasien tidak menyadari penyakitnya sejak awal. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Napas pendek saat beraktivitas ringan

  • Dada terasa sesak atau berdebar tanpa sebab jelas

  • Pusing atau hampir pingsan saat menaiki tangga

  • Bengkak di pergelangan kaki atau perut terasa penuh

  • Penurunan kemampuan berolahraga

Jika gejala-gejala tersebut muncul bersamaan dengan riwayat penyakit paru, jantung, atau pembekuan darah, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Diagnosis Hipertensi Pulmonal: Dari Eko Jantung hingga Kateterisasi

Langkah pertama dalam mendeteksi hipertensipulmonal biasanya melalui ekokardiografi (USG jantung) untuk memperkirakan tekanan paru dan menilai fungsi jantung kanan. Pemeriksaan ini non-invasif dan membantu sebagai skrining awal.
Untuk memastikan diagnosis, dilakukan kateterisasi jantung kanan, yang mengukur tekanan secara langsung dan menentukan apakah benar terjadi peningkatan tekanan di arteri paru.

Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan meliputi:

  • CT Scan Paru, untuk melihat ada tidaknya bekuan darah.

  • Tes fungsi paru, menilai kapasitas pernapasan.

  • Tes jalan enam menit, mengukur kemampuan fisik.

  • Pemeriksaan darah, menyingkirkan penyebab lain seperti penyakit jaringan ikat atau gangguan tiroid.

Gabungan hasil pemeriksaan ini menjadi dasar untuk menentukan jenis hipertensi pulmonal dan tingkat keparahannya.

Mengapa Ambang Batas Diagnosis Diubah

Sebelumnya, hipertensipulmonal baru didiagnosis jika tekanan rata-rata arteri paru mencapai 25 mmHg. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa tekanan lebih dari 20 mmHg sudah menandakan adanya perubahan dini pada dinding pembuluh darah paru.
Perubahan ini dilakukan agar pasien dengan hipertensipulmonal bisa terdeteksi lebih cepat dan mendapatkan terapi sebelum jantung kanan terlalu terbebani.

Pilihan Pengobatan Hipertensi Pulmonal

Terapi hipertensipulmonal tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyakit. Secara umum, tujuan pengobatan adalah menurunkan tekanan paru, memperbaiki aliran darah, dan menjaga fungsi jantung kanan.

Pilihan terapi meliputi:

  1. Obat vasodilator paru.
    Membantu melebarkan pembuluh darah paru dan mengurangi tekanan.

  2. Antagonis reseptor endotelin dan inhibitor PDE-5.
    Menghambat penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan kadar oksida nitrat.

  3. Prostacyclin dan agonis reseptor IP.
    Digunakan untuk pasien dengan hipertensi pulmonal berat, meningkatkan aliran darah dan mengurangi gejala.

  4. Operasi atau tindakan intervensi.
    Seperti pulmonary endarterectomy untuk pasien dengan hipertensi pulmonal akibat bekuan darah kronik.

  5. Transplantasi paru.
    Menjadi pilihan terakhir bila terapi obat tidak lagi efektif.

Selain itu, pasien dianjurkan melakukan vaksinasi, berhenti merokok, menjaga berat badan, serta menghindari aktivitas berat yang memicu sesak.

Panduan Hidup Sehari-hari bagi Pasien Hipertensi Pulmonal

Hidup dengan hipertensi pulmonal memerlukan manajemen harian yang disiplin. Berikut beberapa tips penting:

  • Atur aktivitas. Pilih latihan ringan seperti jalan santai, hindari olahraga berat.

  • Perhatikan pola makan. Batasi garam agar tidak menambah beban jantung.

  • Tidur cukup. Evaluasi jika mengalami sleep apnea atau gangguan tidur.

  • Jaga lingkungan bebas asap. Hindari rokok dan polusi.

  • Minum obat sesuai jadwal. Jangan mengganti atau menghentikan tanpa konsultasi dokter.

  • Kontrol rutin. Pemantauan tekanan paru dan fungsi jantung penting untuk menilai efektivitas terapi.

Pertanyaan Umum tentang Hipertensi Pulmonal

1. Apakah hipertensipulmonal sama dengan tekanan darah tinggi biasa?
Tidak. Hipertensipulmonal terjadi di pembuluh paru, sedangkan hipertensi biasa di pembuluh sistemik tubuh.

2. Bisakah hipertensi pulmonal disembuhkan?
Beberapa jenis dapat dikontrol sepenuhnya dengan obat dan perubahan gaya hidup, namun bentuk kronis umumnya dikelola jangka panjang.

3. Kapan pasien perlu ke dokter?
Jika sesak napas makin berat, kaki membengkak, atau mudah pingsan, segera ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Kesimpulan: Deteksi Dini, Kunci Hidup Lebih Lama

Hipertensi pulmonal merupakan penyakit serius yang membutuhkan deteksi dan penanganan sedini mungkin. Dengan pemahaman mengenai gejala, klasifikasi, dan pilihan terapi yang tepat, pasien dapat menjalani hidup lebih berkualitas.
Kuncinya adalah disiplin dalam pengobatan, kontrol rutin, dan gaya hidup sehat. Semakin dini hipertensipulmonal dikenali, semakin besar peluang pasien menjaga fungsi paru dan jantung dalam jangka panjang.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Baca juga artikel lainnya: Bronchiectasis: Gejala, Penyebab, dan Penanganan Efektif

Author

Related Posts