Jakarta, incahospital.co.id – Suatu pagi di sebuah sekolah dasar di Bandung, seorang guru bernama Rina membuka kelas dengan pertanyaan sederhana: “Anak-anak, kenapa kita harus menjaga lingkungan bersih?”
Jawaban yang muncul beragam—dari “biar nggak bau” hingga “supaya kelihatan rapi”. Tapi hanya satu anak yang menjawab berbeda: “Karena kalau kotor, nanti kita bisa sakit.”
Jawaban itu, meski terdengar polos, sesungguhnya menyentuh inti dari konsep ilmu kesehatan lingkungan: bahwa kebersihan bukan cuma soal estetika, tapi soal kehidupan.
Lingkungan bersih adalah sistem yang mencakup udara, tanah, air, dan ruang hidup yang bebas dari pencemar berbahaya. Ini termasuk rumah tangga, sekolah, fasilitas umum, hingga tempat kerja. Menjaga kebersihan berarti menciptakan keseimbangan ekosistem mikro agar tubuh manusia tidak terus-menerus menghadapi ancaman patogen.
Sayangnya, kesadaran ini seringkali baru muncul ketika sudah terjadi wabah.
Contohnya pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi masalah tahunan di Indonesia. Penyebabnya sederhana: genangan air di wadah bekas, got tersumbat, atau tempat air yang tidak tertutup. Semua itu adalah produk dari lingkungan yang tak dijaga kebersihannya.
Lebih jauh lagi, kebersihan lingkungan juga berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Studi dari WHO mencatat bahwa tinggal di lingkungan kotor dan padat meningkatkan risiko stres kronis hingga 25%. Otak manusia, tanpa sadar, bereaksi terhadap ketidakteraturan visual dan bau tidak sedap, yang kemudian memicu rasa tidak nyaman dan mudah lelah.
Jadi, ketika kita bicara “lingkungan bersih”, jangan hanya bayangkan taman yang rapi.
Bayangkan pula udara yang tidak berdebu, air yang tidak keruh, dan rumah yang bebas dari limbah plastik berlebih. Karena di situlah kesehatan fisik dan mental mulai dibangun.
Keterkaitan Langsung Antara Lingkungan dan Kesehatan Manusia
Bersihnya lingkungan bukan hanya soal kenyamanan visual—ia adalah faktor utama yang menentukan kualitas hidup manusia. Setiap hari, kita berinteraksi dengan elemen lingkungan yang berpotensi membawa penyakit jika tidak dikelola dengan baik.
a. Air yang Tidak Bersih
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa sekitar 25% masyarakat Indonesia masih mengonsumsi air yang tidak memenuhi standar kesehatan.
Air yang terkontaminasi bakteri E. coli dan logam berat seperti timbal atau merkuri dapat menyebabkan diare, gagal ginjal, bahkan gangguan perkembangan otak pada anak-anak.
Salah satu contoh nyata terjadi di daerah Tambora, Jakarta Barat. Warga yang masih mengandalkan air tanah mengeluhkan air berbau dan berwarna kekuningan akibat pencemaran limbah rumah tangga. Dalam jangka panjang, paparan seperti ini bisa memicu penyakit kronis.
b. Udara Tercemar dan Sistem Pernapasan
Kualitas udara Jakarta sempat menjadi sorotan dunia pada 2024 karena menempati peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di Asia Tenggara.
Partikulat halus PM2.5 yang ada di udara bisa menembus paru-paru, masuk ke aliran darah, dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, serta kanker paru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut bahwa 1 dari 9 kematian di dunia disebabkan oleh polusi udara.
Artinya, menjaga udara tetap bersih bukan sekadar urusan pemerintah, tapi tanggung jawab kolektif masyarakat.
c. Limbah dan Sanitasi
Limbah padat dan cair menjadi sumber utama pencemaran lingkungan. Di beberapa daerah, sistem pembuangan limbah rumah tangga masih langsung dialirkan ke sungai tanpa pengolahan.
Hasilnya, sungai menjadi tempat berkembang biaknya bakteri patogen seperti Vibrio cholerae, penyebab kolera, atau Salmonella penyebab tifus.
d. Sampah Plastik
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan Indonesia menghasilkan lebih dari 68 juta ton sampah per tahun, dan 17% di antaranya adalah plastik.
Masalahnya, plastik tidak hanya mencemari tanah dan laut, tapi juga mempengaruhi kesehatan manusia karena terurai menjadi mikroplastik yang bisa masuk ke tubuh melalui makanan.
Dari sini, jelas bahwa menjaga lingkungan bersih berarti juga melindungi tubuh kita sendiri. Tidak ada batas antara “kesehatan manusia” dan “kesehatan lingkungan” — keduanya saling terkait secara langsung.
Faktor-Faktor yang Menentukan Kebersihan Lingkungan
Ada banyak faktor yang memengaruhi kebersihan suatu wilayah, namun secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi empat hal utama: perilaku, sistem pengelolaan, kebijakan, dan partisipasi masyarakat.
a. Perilaku Masyarakat
Faktor perilaku adalah kunci. Banyak kasus pencemaran lingkungan bermula dari kebiasaan kecil seperti membuang sampah sembarangan, tidak memilah limbah, atau membakar sampah plastik di halaman rumah.
Perubahan dimulai dari hal sederhana — misalnya membawa botol minum sendiri, menggunakan kantong kain, atau menanam pohon di pekarangan.
b. Sistem Pengelolaan Sampah
Kota besar seperti Jakarta dan Surabaya sudah memiliki sistem pengelolaan sampah terpadu, namun tantangan utama adalah distribusi dan kesadaran memilah di tingkat rumah tangga.
Sampah organik dan anorganik yang tercampur membuat proses daur ulang menjadi tidak efisien. Di sinilah pentingnya edukasi sejak dini — anak-anak harus diajarkan arti tanggung jawab ekologis.
c. Kebijakan Pemerintah
Kebersihan lingkungan tak akan bisa terwujud tanpa regulasi kuat. Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatur tata kelola limbah industri, pengawasan polusi, hingga pembangunan infrastruktur air bersih.
Misalnya, program “Kampung Iklim” dari Kementerian Lingkungan Hidup yang memberi penghargaan kepada wilayah yang sukses mengelola kebersihan dan pengurangan emisi karbon.
d. Partisipasi Komunitas
Gerakan masyarakat seperti bank sampah, clean up day, atau urban farming di perkotaan menunjukkan bahwa perubahan nyata bisa dimulai dari komunitas kecil.
Ketika masyarakat merasa memiliki lingkungannya, kesadaran menjaga kebersihan muncul secara alami, bukan karena paksaan.
Kombinasi dari empat faktor ini menciptakan ekosistem sosial yang sehat — dan di sanalah kesehatan lingkungan menjadi budaya, bukan sekadar kewajiban.
Dampak Lingkungan Bersih terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
Kebersihan lingkungan memiliki efek domino terhadap seluruh aspek kehidupan. Tak hanya mencegah penyakit, tapi juga memperkuat sistem imun, menurunkan stres, dan meningkatkan produktivitas.
a. Menurunkan Risiko Penyakit Menular
Menurut data WHO, sekitar 23% penyakit global disebabkan oleh faktor lingkungan yang buruk.
Ketika air dan udara bersih, risiko infeksi saluran pernapasan, diare, atau demam berdarah bisa ditekan secara signifikan.
b. Meningkatkan Kualitas Tidur dan Kesehatan Mental
Lingkungan yang bersih, hijau, dan tenang terbukti menurunkan kadar kortisol (hormon stres).
Penelitian dari Universitas Indonesia menemukan bahwa warga yang tinggal di lingkungan hijau memiliki kualitas tidur lebih baik 20% dibanding yang tinggal di wilayah padat dan kotor.
c. Mendorong Aktivitas Fisik
Taman kota yang bersih dan nyaman mengundang orang untuk berolahraga.
Sebuah survei di Surabaya menunjukkan bahwa pembukaan jalur hijau baru meningkatkan jumlah warga yang jogging atau bersepeda hingga 35%. Aktivitas fisik ini berkontribusi langsung terhadap kesehatan jantung dan metabolisme tubuh.
d. Membangun Kesejahteraan Sosial
Lingkungan bersih juga menciptakan interaksi sosial positif. Orang cenderung lebih ramah, terbuka, dan nyaman berkomunikasi di tempat yang tertata. Dalam jangka panjang, ini memperkuat kohesi sosial dan menurunkan tingkat kriminalitas.
Dengan kata lain, kesehatan masyarakat bukan hanya soal fasilitas rumah sakit, tapi juga tentang kondisi ruang hidupnya.
Tantangan Menjaga Lingkungan Bersih di Era Modern
Meskipun kesadaran meningkat, menjaga kebersihan lingkungan di era modern justru menjadi lebih kompleks.
Urbanisasi cepat, pola konsumsi instan, dan gaya hidup digital memunculkan tantangan baru dalam pengelolaan lingkungan.
a. Ledakan Sampah Elektronik
Gadget yang cepat usang menciptakan limbah elektronik berbahaya.
Data dari UN Environment Programme menyebutkan Indonesia menghasilkan lebih dari 1,7 juta ton e-waste per tahun.
Sebagian besar belum terkelola dengan baik karena tidak semua masyarakat tahu cara membuangnya dengan aman.
b. Ketimpangan Akses Air Bersih
Masih banyak daerah terpencil yang sulit mengakses air bersih. Ketimpangan ini menjadi paradoks, mengingat Indonesia adalah negara dengan cadangan air melimpah.
Di beberapa wilayah NTT, warga harus berjalan hingga 5 kilometer hanya untuk mengambil air bersih.
c. Perubahan Iklim
Banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim juga berpengaruh terhadap kebersihan lingkungan.
Banjir membawa limbah rumah tangga ke saluran air, sementara kekeringan membuat masyarakat terpaksa menggunakan sumber air yang tidak higienis.
d. Rendahnya Literasi Kebersihan
Sebagian masyarakat masih menganggap menjaga lingkungan bersih adalah tanggung jawab pemerintah, bukan kewajiban bersama.
Padahal, perubahan besar hanya bisa dimulai dari kebiasaan kecil — misalnya membuang sampah di tempatnya, menghemat air, dan menggunakan produk ramah lingkungan.
Langkah Nyata Mewujudkan Lingkungan Bersih dan Sehat
Membangun lingkungan bersih memerlukan tindakan kolektif. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa diterapkan secara berkelanjutan:
-
Edukasi sejak dini.
Sekolah seharusnya tidak hanya mengajarkan teori kebersihan, tapi juga praktik langsung seperti memilah sampah dan menanam pohon. -
Gerakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggunakan kembali barang yang masih layak, dan mendaur ulang bahan yang bisa digunakan kembali. -
Meningkatkan penghijauan.
Tanaman tidak hanya memperindah, tapi juga menyerap karbon dioksida dan menyaring udara dari polutan. -
Pembangunan fasilitas umum ramah lingkungan.
Toilet umum, tempat sampah terpilah, dan sistem drainase yang baik bisa menjadi pondasi kebersihan kota. -
Partisipasi masyarakat.
Program gotong royong, clean-up day, dan kampanye kebersihan lokal adalah bentuk nyata kolaborasi antarwarga. -
Pemanfaatan teknologi.
Aplikasi pelaporan sampah atau sensor udara bisa membantu pemerintah dan warga memantau kebersihan secara real-time.
Dengan kombinasi langkah-langkah ini, konsep lingkungan bersih tidak lagi utopia, melainkan keniscayaan.
Penutup: Menjaga Lingkungan, Menjaga Kehidupan
Kebersihan lingkungan bukan sekadar kewajiban moral, tapi investasi kesehatan jangka panjang.
Dari udara yang kita hirup, air yang kita minum, hingga ruang yang kita tinggali — semua saling terkait dalam sistem kehidupan yang rapuh.
Ketika kita menjaga lingkungan tetap bersih, kita sebenarnya sedang menjaga tubuh, pikiran, dan generasi masa depan.
Karena pada akhirnya, tidak ada obat yang lebih mujarab daripada hidup di lingkungan yang sehat dan bersih.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel Dari: Pembuangan Sampah Dampak Kesehatan: Ancaman Sekitar Kita