0 Comments

Jakarta, incahospital.co.id – Setiap kali ada laporan wabah campak atau rubella di daerah tertentu, pemberitaan media biasanya langsung ramai. Bukan tanpa alasan, dua penyakit ini memang punya sejarah panjang di Indonesia. Mungkin sebagian orang berpikir penyakit ini sudah jarang ditemui, bahkan ada yang menganggapnya mirip dengan flu biasa. Padahal, kenyataannya jauh lebih serius.

Mari saya ceritakan kisah nyata. Tahun lalu, seorang ibu di Jawa Barat panik ketika anaknya yang berusia 3 tahun mengalami demam tinggi disertai ruam merah di seluruh tubuh. Awalnya dikira alergi makanan atau cacar air. Namun setelah dibawa ke rumah sakit, dokter memastikan bahwa itu adalah campak. Yang lebih mengejutkan, sang anak ternyata belum pernah mendapat vaksin lengkap.

Kisah ini bukan satu-satunya. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus campak dan rubella masih muncul setiap tahunnya. Bahkan, di beberapa daerah sempat terjadi kejadian luar biasa (KLB) akibat cakupan imunisasi yang rendah.

Mengapa campak dan rubella masih jadi sorotan? Karena dua penyakit ini bisa menular dengan sangat cepat, menimbulkan komplikasi serius, bahkan berujung fatal. Rubella, misalnya, sering dianggap ringan. Tapi jika menyerang ibu hamil, dampaknya bisa menghancurkan: bayi lahir dengan kelainan bawaan yang disebut Congenital Rubella Syndrome (CRS).

Dengan kata lain, meski dunia sudah maju, masalah campak dan rubella tetap relevan. Ini bukan sekadar isu medis, tapi juga soal kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan pentingnya vaksinasi.

Mengenal Campak dan Rubella Lebih Dekat

Campak dan Rubella

Agar tidak salah kaprah, mari kita pahami dulu apa itu campak dan rubella. Sekilas keduanya mirip karena sama-sama menimbulkan ruam merah di kulit. Tapi secara medis, ada perbedaan jelas.

  1. Campak (Measles)

    • Disebabkan oleh virus Paramyxovirus.

    • Menular lewat udara, percikan batuk, atau bersin.

    • Gejala awal biasanya demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, lalu muncul ruam merah yang menyebar dari wajah ke seluruh tubuh.

    • Bisa menimbulkan komplikasi seperti pneumonia, diare berat, hingga radang otak (ensefalitis).

  2. Rubella (German Measles)

    • Disebabkan oleh virus Rubella.

    • Penularannya juga lewat udara atau kontak langsung dengan penderita.

    • Gejala lebih ringan dibanding campak: demam ringan, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam merah muda yang cepat menyebar.

    • Namun bahayanya besar bagi ibu hamil. Infeksi rubella pada trimester pertama bisa menyebabkan bayi lahir tuli, buta, cacat jantung, atau keterlambatan perkembangan.

Jadi, walaupun tampak mirip di permukaan, campak lebih sering menimbulkan komplikasi berat pada anak-anak, sementara rubella berisiko besar pada janin. Dua-duanya sama-sama berbahaya, apalagi bila terjadi secara bersamaan dalam wabah.

Seorang dokter spesialis anak pernah mengatakan, “Jangan remehkan campak hanya karena dianggap penyakit masa kecil. Faktanya, masih ada anak yang meninggal gara-gara komplikasi campak.” Kalimat ini jadi pengingat betapa seriusnya masalah ini.

Sejarah, Epidemi, dan Data Terkini di Indonesia

Jika menelusuri berita kesehatan Indonesia, kita akan menemukan bahwa campak dan rubella bukan isu baru. Sejak lama, penyakit ini sudah jadi momok. Namun, puncaknya terlihat pada beberapa periode.

  • KLB Campak.
    Pada 2017, Kementerian Kesehatan mencatat adanya peningkatan signifikan kasus campak di berbagai daerah. Banyak anak belum mendapat vaksin lengkap, sehingga virus menyebar cepat.

  • Program MR (Measles-Rubella).
    Pada tahun yang sama, pemerintah meluncurkan kampanye imunisasi massal campak-rubella (MR) di sekolah dan puskesmas. Tujuannya ambisius: menurunkan angka kasus, bahkan mengeliminasi rubella pada 2023.

  • Cakupan Vaksinasi Belum Merata.
    Meski program ini cukup sukses di kota besar, di beberapa daerah cakupannya masih rendah. Alasannya beragam, mulai dari keterbatasan akses, kurangnya kesadaran, hingga isu hoaks tentang vaksin.

  • Kasus Rubella dan CRS.
    Setiap tahun, ratusan bayi dilaporkan lahir dengan sindrom bawaan akibat infeksi rubella saat dalam kandungan. Angka ini membuat banyak dokter prihatin, karena sebenarnya kondisi itu bisa dicegah hanya dengan vaksinasi sebelum menikah atau hamil.

Data terbaru dari organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut, Indonesia masih masuk dalam daftar negara dengan risiko tinggi campak dan rubella. Artinya, ancaman wabah selalu ada jika imunisasi tidak diperkuat.

Masyarakat awam mungkin hanya melihat berita tentang “wabah campak di Papua” atau “bayi CRS di Jawa Tengah”. Tapi di balik itu, ada realita: masih banyak celah dalam sistem kesehatan dan kesadaran masyarakat.

Dampak Nyata Campak dan Rubella di Kehidupan Sehari-hari

Kebanyakan orang baru merasa penyakit ini penting ketika ada yang terdekat terkena. Seorang guru SD di Surabaya bercerita, tahun lalu hampir setengah murid di kelasnya absen karena campak. Sekolah sempat diliburkan sementara. Dari sini terlihat betapa cepatnya penularan.

Dampak nyata campak dan rubella bisa dibagi ke beberapa sisi:

  1. Individu.
    Anak yang terkena campak bisa dirawat berhari-hari di rumah sakit, dengan risiko komplikasi seperti pneumonia. Sementara ibu hamil yang terkena rubella bisa menghadapi trauma psikologis berat jika bayi lahir dengan kelainan.

  2. Keluarga.
    Biaya pengobatan, kehilangan pendapatan karena orang tua harus mendampingi anak sakit, hingga beban mental menghadapi penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.

  3. Masyarakat.
    Wabah membuat sekolah diliburkan, kegiatan masyarakat terganggu, bahkan ada stigma terhadap keluarga penderita.

  4. Ekonomi.
    Jika dihitung, kerugian ekonomi akibat wabah campak dan rubella bisa sangat besar. Biaya rawat inap, obat, hingga hilangnya produktivitas kerja masyarakat jadi beban nyata.

Dampak sosial ini jarang dibicarakan. Padahal, menurut penelitian kesehatan masyarakat, biaya mencegah penyakit melalui vaksinasi jauh lebih murah daripada menanggung biaya pengobatan dan kerugian akibat wabah.

Pencegahan Melalui Vaksinasi – Senjata Paling Ampuh

Kabar baiknya, campak dan rubella bisa dicegah dengan vaksinasi. Vaksin MR (Measles-Rubella) sudah lama digunakan secara luas di Indonesia. Bahkan, pemerintah memasukkannya ke dalam program imunisasi rutin.

  • Jadwal Vaksin.
    Anak mendapat vaksin MR pertama kali saat usia 9 bulan, lalu diulang pada usia 18 bulan, dan kembali diperkuat saat masuk sekolah dasar.

  • Keamanan Vaksin.
    Vaksin MR aman dan efektif. Berbagai studi global menunjukkan, vaksinasi massal berhasil menurunkan angka kasus secara drastis di banyak negara.

  • Target Eliminasi.
    Indonesia menargetkan bebas rubella, tapi kuncinya ada pada cakupan vaksinasi minimal 95%. Jika ada daerah yang vaksinasinya rendah, virus bisa tetap bertahan dan menimbulkan wabah baru.

Sayangnya, tantangan besar datang dari isu hoaks. Ada yang menyebarkan kabar palsu soal kandungan vaksin, atau menakut-nakuti orang tua dengan efek samping yang dibesar-besarkan. Padahal, risiko vaksin jauh lebih kecil dibanding bahaya penyakit itu sendiri.

Seorang tenaga kesehatan di puskesmas pernah berkata dengan nada frustrasi, “Kadang bukan anak yang menolak vaksin, tapi orang tuanya yang menolak. Padahal, yang paling rugi ya anak-anak itu.”

Refleksi dan Harapan ke Depan

Di tengah derasnya arus informasi, campak dan rubella seakan jadi cermin bagaimana masyarakat kita menghadapi isu kesehatan. Di satu sisi, kita punya fasilitas medis, vaksin, dan kampanye pemerintah. Tapi di sisi lain, masih ada yang menolak vaksin karena kurangnya edukasi atau terpengaruh hoaks.

Harapan ke depan jelas:

  • Cakupan vaksinasi harus terus ditingkatkan, terutama di daerah terpencil.

  • Edukasi publik perlu lebih kreatif, tidak hanya lewat penyuluhan formal, tapi juga melalui media sosial yang dekat dengan anak muda.

  • Peran keluarga sangat penting. Orang tua yang paham pentingnya imunisasi akan memastikan anak mereka terlindungi.

Stabilitas kesehatan masyarakat tidak hanya soal mengobati penyakit, tapi juga soal mencegah wabah yang bisa dicegah. Campak dan rubella sudah seharusnya masuk ke daftar penyakit yang tinggal kenangan, bukan ancaman nyata.

Mungkin terdengar klise, tapi benar adanya: vaksin adalah investasi masa depan. Dengan satu suntikan kecil, seorang anak bisa terhindar dari risiko cacat, keluarga terhindar dari trauma, dan bangsa terhindar dari kerugian besar.

Kesimpulan

Campak dan rubella bukan penyakit baru, tapi ancamannya nyata hingga hari ini. Gejalanya mirip, dampaknya berbeda, namun keduanya bisa dicegah dengan cara sederhana: vaksinasi.

Kisah-kisah nyata di lapangan menunjukkan, penyakit ini tidak pandang bulu. Bisa menyerang anak di kota besar atau desa kecil, bisa menimbulkan luka fisik maupun psikologis.

Maka, kesadaran masyarakat adalah kunci. Dengan vaksinasi rutin, informasi yang benar, dan dukungan kebijakan kesehatan yang kuat, Indonesia bisa benar-benar keluar dari bayang-bayang campak dan rubella.

Karena pada akhirnya, kesehatan adalah fondasi masa depan. Dan melindungi anak-anak dari penyakit yang bisa dicegah adalah bentuk investasi paling nyata bagi sebuah bangsa.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Baca Juga Artikel Dari: Flu dan Influenza: Memahami Perbedaan, Gejala, dan Menghadapi

Berikut Website Referensi: jonitogel

Author

Related Posts