0 Comments

Jakarta, incahospital.co.id – Malam itu, Pak Arman yang berusia 45 tahun terbangun karena pipinya terasa nyeri dan membengkak. Awalnya ia kira hanya sariawan atau mungkin gigi berlubang. Tapi setelah berhari-hari dan tak kunjung membaik, rasa nyeri itu makin menjadi. Hingga akhirnya ia ke dokter dan divonis mengalami Batu Kelenjar Ludah.

Mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tapi kasus seperti Pak Arman bukanlah hal yang langka di dunia medis. Batu kelenjar ludah, atau dalam istilah medisnya disebut sialolitiasis, adalah kondisi di mana terbentuk batu kecil yang menghambat aliran air liur dari kelenjar ludah ke dalam mulut.

Kelenjar ludah, atau kelenjar saliva, memainkan peran penting dalam pencernaan dan menjaga kesehatan mulut. Air liur membantu melunakkan makanan, memecah pati lewat enzim amilase, hingga menjaga kelembapan rongga mulut. Tapi, ketika salurannya tersumbat batu, segalanya jadi rumit.

Apa Penyebab Terbentuknya Batu Kelenjar Ludah?

Batu Kelenjar Ludah

Secara teknis, batu ini terbentuk karena pengendapan mineral, terutama kalsium, dalam air liur. Tapi kenapa bisa mengendap? Ini beberapa faktor pemicunya:

  1. Dehidrasi
    Ketika tubuh kekurangan cairan, produksi air liur menurun. Akibatnya, aliran menjadi lambat dan endapan mineral lebih mudah terbentuk.

  2. Infeksi Mulut atau Gigi
    Infeksi kronis di area mulut bisa memengaruhi keseimbangan pH air liur dan meningkatkan risiko kristalisasi.

  3. Kurang Stimulasi Air Liur
    Gaya hidup sedentari, jarang makan, dan kebiasaan jarang mengunyah bisa memperlambat produksi air liur.

  4. Obat-Obatan Tertentu
    Obat antihistamin, diuretik, dan beberapa antidepresan memiliki efek samping berupa mulut kering.

  5. Kondisi Medis Tertentu
    Seperti sindrom Sjögren atau gangguan autoimun lainnya yang menyerang kelenjar eksokrin.

Biasanya, batu ini terbentuk di kelenjar submandibular (yang berada di bawah rahang), karena bentuk saluran air liurnya yang panjang dan menanjak membuat air liur lebih mudah “tersangkut”.

Gejala yang Sering Diabaikan

Apa yang dirasakan oleh penderita batu kelenjar ludah?

  • Nyeri di area pipi atau bawah rahang, terutama saat makan (karena air liur diproduksi tapi tak bisa mengalir).

  • Pembengkakan lokal, bisa menetap atau muncul hilang-timbul.

  • Kemerahan dan nyeri tekan di area kelenjar.

  • Mulut kering, meskipun minum cukup air.

  • Dalam kasus infeksi sekunder: demam dan keluarnya nanah dari saluran kelenjar.

Pasien kadang datang ke dokter gigi, bukan dokter THT, karena dikira masalahnya di gigi. Inilah yang membuat diagnosis bisa terlambat. Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi (USG), CT scan, atau bahkan sialografi (pemindaian saluran ludah) bisa membantu memastikan lokasi dan ukuran batu.

Penanganan dan Solusi Medis

Kabar baiknya, batu kelenjar ludah bisa diatasi. Penanganannya tergantung pada ukuran dan lokasi batu.

  1. Kompres Hangat dan Pijat Lembut
    Untuk batu kecil, cara sederhana ini bisa membantu mendorong batu keluar dari saluran.

  2. Minum Air Banyak dan Mengunyah Permen Karet
    Merangsang produksi air liur agar batu terdorong secara alami.

  3. Medikasi Antibiotik
    Jika terjadi infeksi, dokter akan meresepkan antibiotik.

  4. Pengangkatan Batu secara Manual
    Bila batu terlihat di mulut (terutama di dekat saluran Wharton), dokter bisa mengangkatnya secara langsung.

  5. Sialendoskopi
    Prosedur minimal invasif menggunakan alat endoskop kecil untuk mengeluarkan batu.

  6. Operasi Eksisi Kelenjar Ludah
    Jika batu terlalu besar atau terjadi kerusakan pada kelenjar, maka kelenjarnya sendiri mungkin harus diangkat.

Pasien biasanya akan pulih dalam waktu cepat, terutama bila batu diangkat sebelum menyebabkan komplikasi.

Apakah Bisa Dicegah? Tips dari Ahlinya

Meski belum ada cara 100% mencegah, beberapa langkah bisa menurunkan risiko batu kelenjar ludah:

  • Hidrasi yang cukup setiap hari. Air adalah sekutu terbaik tubuh kita, termasuk untuk menjaga aliran air liur tetap lancar.

  • Kunyah makanan dengan baik dan makan teratur agar produksi saliva tetap aktif.

  • Hindari rokok dan alkohol, yang dapat mengiritasi kelenjar saliva.

  • Rutin periksa gigi dan mulut, agar infeksi bisa dicegah sedini mungkin.

  • Bila mengonsumsi obat jangka panjang, konsultasikan efeknya pada produksi air liur.

Sebagai pembawa berita kesehatan, saya pernah berbincang dengan seorang dokter spesialis THT dari rumah sakit ternama di Jakarta yang mengatakan, “Pasien sering datang dengan wajah bengkak dan bingung. Mereka baru sadar itu bukan abses gigi, tapi ternyata batu kelenjar ludah.”

Ketika Batu Kecil Bisa Jadi Masalah Besar

Batu kelenjar ludah mungkin terlihat sepele, tapi jika dibiarkan bisa menyebabkan:

  • Infeksi kronis kelenjar ludah

  • Pembentukan abses

  • Kerusakan permanen pada kelenjar

  • Rasa nyeri kronis dan penurunan kualitas hidup

Makanya, jangan anggap enteng pembengkakan di rahang atau pipi, apalagi kalau nyerinya muncul setiap kali makan. Kesehatan mulut bukan hanya tentang gigi—kelenjar ludah juga penting!

Penutup: Dengarkan Tubuhmu, Jangan Abaikan Tanda-tanda Kecil

Kesehatan itu tidak selalu soal penyakit besar. Batu kelenjar ludah adalah contoh bagaimana sesuatu yang kecil bisa berdampak besar jika diabaikan. Bila kamu merasa ada yang aneh saat mengunyah, atau ada bengkak tak biasa di sekitar mulut, segera konsultasi ke tenaga medis.

Tubuh kita punya cara berkomunikasi—kadang lewat rasa nyeri, kadang lewat pembengkakan kecil. Yang perlu kita lakukan hanyalah mendengarkan.

Dan buat kamu yang terbiasa minum kopi doang seharian tanpa air putih? Mungkin ini saatnya ubah kebiasaan itu. Jangan sampai karena malas minum air, kamu harus masuk ruang operasi.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Baca Juga Artikel Dari: Spondylosis Servikal: Memahami Penyakit Leher Kronis

Author

Related Posts