0 Comments

Jakarta, incahospital.co.id – Bayangkan seorang content writer muda bernama Intan. Setiap hari ia mengetik tanpa henti, mengejar deadline dan tenggat artikel. Lama-lama, tangannya terasa kesemutan. Lama-lama, jari-jari seperti mati rasa. Ia mengira ini hanya efek kelelahan biasa. Namun ternyata, ia mengalami Carpal Tunnel Syndrome—suatu kondisi yang kini semakin banyak ditemui pada kalangan milenial dan pekerja digital.

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan pada pergelangan tangan yang terjadi ketika saraf median (saraf utama di tangan) tertekan di lorong sempit bernama carpal tunnel. Saraf ini mengendalikan sensasi dan gerakan di ibu jari serta tiga jari pertama. Ketika tekanan terlalu besar di area ini, gejalanya mulai terasa: kesemutan, nyeri, bahkan kelemahan otot di tangan.

Fenomena CTS bukan hanya cerita di kalangan pekerja kantoran. Data dari berbagai rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa kasus ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak tren remote working dan penggunaan gadget secara intensif.

Bahkan, dokter spesialis ortopedi dari salah satu rumah sakit di Jakarta menyebut bahwa 6 dari 10 pasien CTS adalah mereka yang bekerja di depan layar lebih dari 8 jam sehari. Sebuah realita yang membuat CTS kini setara ancamannya dengan sakit punggung atau mata lelah.

Siapa yang Rentan Terkena Carpal Tunnel Syndrome?

Carpal Tunnel Syndrome

CTS bukan penyakit eksklusif. Ia bisa menyerang siapa saja, dari usia muda hingga tua. Namun, ada beberapa kelompok yang lebih berisiko:

1. Pekerja dengan Gerakan Tangan Berulang

Ini termasuk content creator, editor video, kasir, barista, hingga operator pabrik. Gerakan yang sama terus-menerus—mengetik, mengklik mouse, atau menggenggam—meningkatkan tekanan pada saraf median.

2. Perempuan

Studi menunjukkan bahwa perempuan lebih berisiko terkena CTS dibanding pria. Ini karena ukuran carpal tunnel perempuan umumnya lebih kecil, sehingga tekanan lebih mudah terjadi.

3. Orang dengan Penyakit Penyerta

Penyakit seperti diabetes, hipotiroid, dan artritis reumatoid dapat memicu pembengkakan jaringan di carpal tunnel.

4. Ibu Hamil

Perubahan hormon saat kehamilan bisa menyebabkan retensi cairan, yang mempersempit carpal tunnel.

Contohnya: Dinda, seorang ibu rumah tangga sekaligus freelancer desain grafis, mengeluhkan tangan kanannya sering kesemutan saat bangun tidur. Setelah pemeriksaan, ternyata ia mengalami CTS karena kombinasi kehamilan dan pekerjaan desain yang menuntut banyak klik dan drag mouse.

Mengenali Gejala Awal Sebelum Terlambat

Mendeteksi CTS sejak dini adalah langkah penting. Namun sayangnya, banyak orang mengabaikan tanda-tandanya karena dianggap remeh atau hanya karena “tangan pegal biasa”.

Berikut beberapa gejala Carpal Tunnel Syndrome yang umum:

  • Kesemutan atau mati rasa pada ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis.

  • Nyeri seperti ditusuk jarum di pergelangan tangan hingga ke lengan atas.

  • Kehilangan kekuatan genggaman, seperti sulit memegang gelas atau membuka tutup botol.

  • Rasa panas seperti terbakar di telapak tangan, khususnya saat malam hari.

  • Munculnya rasa sakit saat menggenggam benda kecil dalam waktu lama.

Gejala ini cenderung memburuk saat malam atau ketika bangun pagi. Beberapa pasien mengaku harus “mengibaskan tangan” agar sensasi kesemutan reda—salah satu ciri khas CTS.

Jika kamu mengalami hal serupa, terutama bila rutin bekerja menggunakan tangan, ada baiknya mulai waspada.

Diagnosis dan Pilihan Pengobatan

Saat gejala mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis ortopedi atau saraf. Biasanya, diagnosis CTS dilakukan melalui:

  • Pemeriksaan fisik, seperti tes Phalen dan tes Tinel.

  • Elektromiografi (EMG) untuk mengukur aktivitas listrik otot.

  • Studi konduksi saraf guna menilai seberapa cepat sinyal bergerak di sepanjang saraf median.

Metode Pengobatan

Pengobatan CTS bergantung pada tingkat keparahan:

1. Konservatif (non-bedah):

  • Penggunaan wrist splint: penyangga untuk menjaga posisi pergelangan tangan saat tidur.

  • Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) untuk mengurangi pembengkakan.

  • Suntikan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.

  • Fisioterapi dan terapi okupasi.

2. Operasi (carpal tunnel release):

Jika pengobatan konservatif gagal, dokter akan merekomendasikan operasi untuk melepaskan tekanan dari saraf median. Operasi ini minim invasif dan biasanya bisa pulih dalam beberapa minggu.

Contoh nyata: Seorang pekerja e-commerce bernama Haris menjalani operasi setelah merasa tidak bisa mengangkat benda ringan karena CTS. Tiga minggu pasca operasi, ia sudah bisa mengetik kembali dengan nyaman—tentu setelah mengatur ulang jam kerjanya.

Mencegah Carpal Tunnel Syndrome Sejak Dini

Langkah terbaik melawan CTS? Mencegahnya sebelum terjadi.

Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

Perhatikan Ergonomi

  • Gunakan meja dan kursi kerja yang sesuai.
  • Posisi keyboard dan mouse harus sejajar dengan pergelangan tangan.
  • Hindari menekuk tangan berlebihan saat mengetik.

Beristirahat Secara Teratur

  • Terapkan aturan 20-20-20: Setiap 20 menit, berhenti 20 detik untuk meregangkan tangan.
  • Jangan paksakan mengetik saat tangan sudah terasa nyeri.

Latihan Tangan

  • Gerakan seperti “stretch and shake” bisa meningkatkan sirkulasi darah.
  • Gunakan stress ball untuk memperkuat otot tangan.

Ubah Pola Kerja

  • Gunakan shortcut keyboard daripada klik mouse berlebihan.
  • Ganti posisi duduk jika terasa kaku.

Perhatikan Pola Hidup

Minum cukup air, tidur cukup, dan jaga berat badan untuk menghindari inflamasi berlebih.

Carpal Tunnel Syndrome di Era Digital: Antara Produktivitas dan Risiko

Tak bisa dipungkiri, kehidupan digital mendorong produktivitas. Namun, seperti dua sisi mata uang, teknologi juga membawa risiko kesehatan baru—salah satunya CTS.

Kita sering bangga bekerja tanpa henti, menyelesaikan sepuluh tugas dalam satu malam. Tapi tubuh kita, termasuk tangan, juga butuh istirahat. Carpal Tunnel Syndrome adalah bentuk peringatan tubuh atas gaya hidup yang terlalu fokus pada layar dan lupa pada keseimbangan fisik.

Mungkin kita belum merasakan efeknya sekarang. Tapi ketika sensasi kesemutan mulai hadir setiap pagi, saat itu mungkin sudah terlambat.

Jadi, jangan tunggu tangan bicara lewat rasa sakit. Dengarkan ia dari sekarang.

Kesimpulan

Carpal Tunnel Syndrome bukan penyakit langka. Ia bisa menimpa siapa saja, apalagi generasi yang tumbuh bersama keyboard dan layar sentuh. Mewaspadai tanda-tanda, menerapkan ergonomi kerja yang sehat, dan mencari bantuan medis sejak dini adalah langkah penting.

Karena di balik setiap klik dan ketikan, tangan kita menyimpan cerita—dan mereka berhak untuk didengarkan.

Jika kamu merasakan gejala yang disebutkan di atas, jangan tunda. Tubuhmu sedang bicara. Dengarkan, dan bertindaklah sekarang.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Baca Juga Artikel dari: Implan Gigi Solusi Modern & Nyaman untuk Gigi

Kunjungi Website Resmi: kasihwede

Author

Related Posts