JAKARTA, incahospital.co.id – Dysphagia merupakan istilah medis untuk menggambarkan kesulitan menelan. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, meskipun lebih sering ditemukan pada lansia atau pasien dengan riwayat penyakit saraf. Menelan yang seharusnya menjadi proses otomatis dapat terganggu sehingga makanan atau minuman tidak bisa masuk dengan lancar dari mulut ke lambung.
Banyak orang menganggap remeh gejala awal, seperti sering tersedak saat makan atau merasa makanan tersangkut di tenggorokan. Padahal, dysphagia bisa menjadi tanda dari masalah kesehatan yang lebih serius, mulai dari gangguan otot, saraf, hingga kelainan pada kerongkongan.
Kasus ringan mungkin hanya menimbulkan rasa tidak nyaman. Namun, bila berlanjut, dysphagia bisa menyebabkan malnutrisi, dehidrasi, bahkan risiko pneumonia akibat aspirasi, yaitu masuknya makanan atau cairan ke saluran pernapasan.
Penyebab Dysphagia

Penyebab dysphagia cukup beragam. Salah satu faktor utama adalah gangguan sistem saraf. Pasien yang mengalami stroke, penyakit Parkinson, atau multiple sclerosis sering kali memiliki masalah koordinasi otot saat menelan.
Selain itu, penyempitan kerongkongan akibat tumor, refluks asam lambung kronis, atau jaringan parut juga bisa memicu dysphagia. Pada beberapa kasus, terdapat masalah otot esofagus yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga makanan sulit didorong ke lambung.
Ada pula kondisi bawaan pada anak yang menyebabkan dysphagia sejak lahir. Misalnya, bayi dengan kelainan langit-langit mulut bisa mengalami kesulitan menelan sejak dini.
Gejala yang Perlu Dikenali
Gejala dysphagia bervariasi, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan. Beberapa tanda umum antara lain:
-
Sering tersedak saat makan atau minum
-
Rasa sakit atau tidak nyaman saat menelan
-
Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada
-
Batuk atau suara serak setelah menelan
-
Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
Gejala-gejala ini tidak boleh diabaikan. Seseorang yang mengalami keluhan menelan secara berulang sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dampak Dysphagia terhadap Kesehatan
Dysphagia bukan hanya mengganggu aktivitas makan sehari-hari, tetapi juga dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan secara keseluruhan. Penderita berisiko mengalami gizi buruk karena asupan makanan tidak mencukupi. Dehidrasi juga bisa terjadi bila kesulitan menelan cairan.
Risiko paling berbahaya adalah aspirasi, di mana makanan atau cairan masuk ke paru-paru dan menimbulkan infeksi. Pneumonia aspirasi adalah komplikasi yang cukup umum pada penderita dysphagia, terutama pada lansia atau pasien dengan penyakit kronis.
Selain itu, dysphagia sering kali berdampak pada kualitas hidup. Penderita mungkin merasa cemas atau tertekan saat makan bersama orang lain karena takut tersedak. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan penurunan kepercayaan diri.
Penanganan dan Terapi
Pengobatan dysphagia tergantung pada penyebabnya. Pada kasus ringan, terapi menelan dengan melatih otot-otot tertentu dapat membantu. Ahli terapi wicara sering kali berperan penting dalam melatih pasien agar bisa menelan dengan lebih aman.
Jika penyebabnya adalah penyempitan kerongkongan, prosedur medis seperti dilatasi esofagus mungkin dilakukan untuk memperlebar saluran makanan. Pada kasus yang lebih berat, intervensi bedah bisa menjadi pilihan.
Selain itu, penyesuaian pola makan juga penting. Makanan bertekstur lembut atau cair lebih mudah ditelan. Banyak pasien dianjurkan untuk menghindari makanan keras atau kering agar risiko tersedak berkurang.
Kesimpulan
Dysphagia adalah kondisi medis serius yang tidak boleh diabaikan. Kesulitan menelan bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari gangguan saraf, otot, hingga kelainan struktural. Dampaknya tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti pneumonia aspirasi.
Deteksi dini dan penanganan tepat sangat penting agar penderita dapat tetap menjalani hidup dengan kualitas yang baik. Dengan terapi yang sesuai, perubahan gaya hidup, dan dukungan medis, banyak pasien dysphagia dapat kembali makan dengan lebih aman dan nyaman.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca juga artikel lainnya: Keringat Dingin: Gejala Tubuh yang Perlu Dipahami
