0 Comments

Jakarta, incahospital.co.id – Sebagai pembawa berita yang suka mengupas sisi tersembunyi dari hal-hal sehari-hari, saya pernah mikir: “Apa iya tidur yang katanya sehat, bisa jadi berbahaya kalau kebanyakan?”

Ternyata jawabannya: iya. Dan bukan cuma soal bangun siang terus merasa pusing. Lebih dalam dari itu, oversleeping alias tidur terlalu lama bisa mengganggu ritme biologis, bikin tubuh bingung, dan dalam jangka panjang, meningkatkan Risiko Oversleeping penyakit kronis.

Kita terbiasa mendengar bahwa kurang tidur bikin stres, menurunkan imunitas, sampai bikin mood jelek. Tapi sebaliknya—tidur terlalu lama juga punya sisi gelap yang nggak kalah menyeramkan.

Mari kita bedah satu per satu, lengkap dengan cerita, fakta medis, dan solusi praktis yang relatable.

Berapa Lama Tidur yang Disebut “Kebanyakan”?

Risiko Oversleeping

Sebelum panik karena tidur siang 3 jam setelah makan siomay tadi, mari kita samakan definisi.

Menurut National Sleep Foundation, durasi tidur ideal per usia adalah:

  • Remaja (14–17 tahun): 8–10 jam

  • Dewasa muda (18–25 tahun): 7–9 jam

  • Dewasa (26–64 tahun): 7–9 jam

  • Lansia (65+): 7–8 jam

Nah, jika kamu tidur lebih dari 9–10 jam secara konsisten, dan tetap merasa lelah atau pusing saat bangun, besar kemungkinan kamu mengalami Risiko Oversleeping.

“Waktu kuliah dulu, aku sering bangun jam 11 siang dan bukannya segar, malah kayak digebukin,” cerita Andin, mahasiswa semester akhir yang sekarang sedang skripsi sambil freelance. “Awalnya kukira kurang tidur. Tapi setelah nge-track di sleep tracker, ternyata aku tidur 10 jam setiap malam plus 2 jam siang!”

Tidur lebih lama dari kebutuhan tubuh bisa mengacaukan ritme sirkadian, yaitu jam biologis internal yang mengatur siklus bangun-tidur, metabolisme, bahkan hormon.

Risiko Kesehatan dari Risiko Oversleeping: Lebih Serius dari yang Kamu Kira

a. Masalah Otak: Kabut Mental, Sulit Konsentrasi, hingga Risiko Demensia

Tidur kebanyakan bisa bikin otak “overcharge”. Akibatnya? Otak malah jadi lemot, susah fokus, dan gampang blank.

Sebuah studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa orang yang tidur lebih dari 9 jam per malam secara konsisten punya risiko penurunan fungsi kognitif lebih cepat dibanding yang tidur cukup.

Dan dalam jangka panjang, tidur berlebihan dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi pada lansia.

b. Risiko Jantung dan Stroke

Risiko Oversleeping juga berdampak pada sistem kardiovaskular. Beberapa penelitian besar, termasuk dari European Heart Journal, menunjukkan bahwa:

  • Tidur >9 jam per malam meningkatkan risiko stroke hingga 23%.

  • Durasi tidur berlebih dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner.

Kenapa bisa begitu? Salah satu teorinya, tidur berlebihan menyebabkan peradangan kronis dan gangguan pada tekanan darah.

c. Diabetes dan Berat Badan Naik

Tubuh yang tidur terlalu lama cenderung bergerak lebih sedikit. Metabolisme pun melambat. Hasilnya? Risiko kenaikan berat badan dan resistensi insulin meningkat.

Menurut data dari Nurses’ Health Study yang melibatkan lebih dari 70.000 wanita, mereka yang tidur lebih dari 9 jam sehari punya kemungkinan terkena diabetes tipe 2 lebih tinggi dibanding yang tidur 7–8 jam.

d. Mood Swing dan Risiko Depresi

Tidur berlebihan bisa jadi tanda sekaligus penyebab depresi.

Penelitian dari Sleep Research Society menemukan bahwa durasi tidur berlebih (lebih dari 9 jam) berkorelasi dengan peningkatan gejala depresi hingga 49%.

Dan ironisnya, semakin kamu depresi, semakin besar kecenderungan tubuh untuk ingin “lari” dari realitas lewat tidur.

Mengapa Kita Sering Oversleep? Penyebab yang Jarang Disadari

Risiko Oversleeping

Kalau kamu merasa tidurmu berlebihan, itu bukan selalu soal “males” atau “kebanyakan santai.” Banyak penyebabnya yang sifatnya psikologis, biologis, atau bahkan sosial.

a. Tidur Balas Dendam (Revenge Bedtime Procrastination)

Istilah ini muncul dari fenomena orang yang sengaja begadang karena siang hari penuh tanggung jawab. Akibatnya, waktu tidur tergeser dan keesokan harinya… tidur lebih panjang!

“Aku kerja dari jam 8 pagi sampai 6 sore. Malamnya, aku nggak rela langsung tidur. Jadi scroll TikTok sampai jam 2 pagi, lalu besoknya tidur 10 jam buat ‘balas dendam,’” curhat Dika, karyawan agensi digital.

b. Gangguan Tidur: Sleep Apnea, Insomnia Terselubung

Sleep apnea bisa bikin kamu tidur lama tapi tidak berkualitas. Otak kekurangan oksigen, tubuh merasa tetap lelah, dan kamu merasa perlu “nambah jam tidur.”

c. Kurangnya Aktivitas Fisik

Tanpa olahraga atau aktivitas harian yang cukup, tubuh cenderung lesu dan menuntut waktu tidur lebih panjang. Tapi anehnya, makin lama tidur, makin malas juga bangun.

d. Kesehatan Mental: Depresi, Kecemasan, Burnout

Risiko Oversleeping sering jadi gejala awal depresi atau burnout. Tidur dianggap “pelarian” karena realitas terasa terlalu berat untuk dihadapi.

Cara Mengatasi Risiko Oversleeping dan Membangun Pola Tidur Sehat

Jadi, kalau tidur berlebihan berbahaya, bagaimana cara memperbaikinya?

1. Bangun dan Tidur di Jam yang Konsisten

Yes, termasuk akhir pekan. Ini membantu tubuh membentuk ritme sirkadian yang stabil. Pasang alarm, bukan cuma buat bangun, tapi juga buat tidur.

2. Kurangi Paparan Layar Sebelum Tidur

Cahaya biru dari gadget menghambat produksi  melatonin—hormon tidur alami. Coba “digital detox” satu jam sebelum tidur: baca buku, journaling, atau dengar musik tenang.

3. Aktif Secara Fisik

Olahraga ringan 20–30 menit per hari terbukti meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi kebutuhan tidur berlebih. Bahkan jalan kaki sore udah cukup banget!

4. Gunakan Sleep Tracker (Tapi Jangan Terlalu Obsesi)

Aplikasi seperti Sleep Cycle, Fitbit, atau Oura Ring bisa bantu kamu mengenali pola tidur. Tapi ingat, alat bantu ini hanya panduan, bukan “hukuman.”

5. Konsultasi ke Ahli Kalau Diperlukan

Kalau kamu sudah coba berbagai cara tapi tetap jonitogel login oversleep, jangan ragu konsultasi ke psikolog, dokter umum, atau spesialis tidur. Bisa jadi, ada akar masalah yang lebih dalam.

Penutup: Tidur Itu Perlu, Tapi Jangan Berlebihan

Dalam dunia serba cepat ini, kita sering terjebak di dua ekstrem: kurang tidur karena hustle culture, atau tidur berlebihan karena burnout yang nggak disadari.

Padahal, kunci utamanya ada di keseimbangan.

Sebagai pembawa berita dan penulis yang juga kadang terjebak scroll Twitter dini hari, saya sadar—membangun pola tidur sehat itu butuh waktu dan usaha. Tapi percayalah, ketika tubuh dan otak kita “reset” dengan durasi yang pas, produktivitas, mood, dan kesehatan secara keseluruhan akan meningkat.

Jadi, bukan soal berapa lama kamu tidur. Tapi seberapa berkualitas dan sesuai kebutuhan tubuhmu.

Tidur cukup, bangun segar, dan mari jalani hari dengan versi terbaik dari diri kita.

Baca Juga Artikel dari: Autoimun – Waspadai Tanda, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan

Author

Related Posts