JAKARTA, incahospital.co.id – Mata merah sering kali dianggap hal biasa, padahal dalam beberapa kasus bisa menjadi tanda peradangan ringan yang disebut episkleritis. Kondisi ini terjadi ketika lapisan jaringan tipis di antara konjungtiva dan sklera (bagian putih mata) mengalami peradangan. Meski tergolong ringan, episkleritis bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama bagi mereka yang banyak bekerja di depan layar atau terpapar polusi setiap hari.
Berbeda dengan penyakit mata berat seperti uveitis atau skleritis, episkleritis tidak mengancam penglihatan. Namun, mengenali gejala dan cara penanganannya sejak dini sangat penting agar tidak menimbulkan komplikasi atau kekambuhan berulang.
Penyebab Episkleritis yang Perlu Dipahami

Sebagian besar kasus episkleritis muncul tanpa penyebab yang jelas atau bersifat idiopatik. Namun, beberapa faktor diketahui dapat memicu atau memperburuk kondisi ini, antara lain:
-
Reaksi autoimun. Beberapa penderita memiliki riwayat penyakit seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau kolagen vaskular yang dapat memicu peradangan di jaringan mata.
-
Infeksi virus atau bakteri. Meski jarang, infeksi tertentu dapat menyebabkan respons inflamasi lokal di mata.
-
Paparan iritan lingkungan. Debu, asap, dan udara kering sering kali memicu reaksi peradangan ringan di permukaan mata.
-
Stres dan kelelahan mata. Aktivitas digital berkepanjangan tanpa istirahat dapat memperburuk kondisi ini.
Pada sebagian besar kasus, episkleritis tidak berhubungan langsung dengan penyakit serius, namun bisa menjadi indikator bahwa sistem kekebalan tubuh sedang tidak seimbang.
Gejala yang Umum Terjadi pada Episkleritis
Ciri khas utama episkleritis adalah kemerahan pada bagian putih mata, tetapi berbeda dari konjungtivitis (mata merah biasa) karena tidak disertai kotoran mata berlebihan atau rasa gatal hebat. Beberapa gejala umum yang sering muncul meliputi:
-
Rasa nyeri ringan atau tekanan pada salah satu sisi bola mata.
-
Mata tampak merah terang atau keunguan di satu area.
-
Sensasi seperti ada pasir di mata.
-
Air mata berlebih, tetapi tanpa nanah.
-
Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia ringan).
Episkleritis biasanya hanya menyerang satu mata dan bersifat sementara. Dalam beberapa hari hingga dua minggu, gejala bisa menghilang dengan sendirinya.
Jenis-Jenis Episkleritis
Secara medis, episkleritis dibagi menjadi dua bentuk utama berdasarkan penampilan klinisnya:
-
Episkleritis sederhana. Bentuk paling umum dan ringan. Mata tampak merah merata tanpa benjolan. Biasanya sembuh dalam waktu singkat tanpa pengobatan khusus.
-
Episkleritis nodular. Ditandai dengan adanya tonjolan kecil berbentuk nodul di permukaan mata. Jenis ini terasa lebih nyeri dan bisa bertahan lebih lama dibanding bentuk sederhana.
Meski keduanya jarang menyebabkan kerusakan permanen, episkleritis nodular memerlukan pemantauan dokter lebih intensif untuk memastikan tidak berkembang menjadi kondisi lain seperti skleritis.
Perbedaan Episkleritis dengan Skleritis
Banyak orang keliru membedakan antara episkleritis dan skleritis karena keduanya sama-sama menyebabkan mata merah. Namun, perbedaan keduanya sangat penting karena skleritis jauh lebih serius dan dapat mengganggu penglihatan permanen.
Pada episkleritis, rasa nyeri biasanya ringan dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan. Warna merah cenderung cerah dan bisa berubah menjadi pucat ketika ditekan ringan menggunakan cotton bud (menandakan peradangan superfisial).
Sedangkan skleritis menimbulkan nyeri hebat yang menjalar hingga ke dahi atau pipi, dengan warna merah kebiruan yang dalam. Kondisi ini memerlukan penanganan segera oleh dokter spesialis mata.
Diagnosis dan Pemeriksaan oleh Dokter
Untuk memastikan diagnosis episkleritis, dokter mata akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dengan lampu slit (slit-lamp examination). Melalui alat ini, dokter dapat menilai lokasi dan tingkat peradangan, serta membedakan antara episkleritis dan gangguan mata lainnya.
Dalam beberapa kasus, pemeriksaan tambahan seperti tes darah mungkin diperlukan untuk mendeteksi adanya penyakit autoimun yang mendasari. Langkah ini penting bila pasien mengalami episkleritis berulang atau muncul bersamaan dengan gejala sistemik seperti nyeri sendi atau kelelahan ekstrem.
Penanganan dan Pengobatan Episkleritis
Sebagian besar kasus episkleritis sembuh dengan sendirinya tanpa terapi khusus. Namun, perawatan tetap diperlukan untuk mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan. Pendekatan pengobatannya meliputi:
-
Kompres hangat. Dapat membantu meredakan nyeri ringan dan mengurangi kemerahan.
-
Tetes mata pelumas (artificial tears). Menjaga kelembapan permukaan mata agar tidak terasa kering atau perih.
-
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Seperti ibuprofen, digunakan bila nyeri cukup mengganggu.
-
Tetes mata kortikosteroid ringan. Hanya diresepkan oleh dokter bila peradangan cukup berat atau berlangsung lama.
Pasien juga disarankan menghindari penggunaan lensa kontak selama masa peradangan untuk mencegah iritasi tambahan.
Pencegahan dan Perawatan Mandiri di Rumah
Meskipun episkleritis sering muncul tanpa penyebab pasti, beberapa langkah sederhana dapat membantu menurunkan risikonya:
-
Hindari paparan asap, debu, dan udara kering terlalu lama.
-
Gunakan pelindung mata saat bekerja di lingkungan berdebu.
-
Istirahatkan mata secara berkala saat bekerja di depan layar.
-
Perbanyak konsumsi makanan kaya antioksidan seperti sayur hijau, wortel, dan buah beri.
-
Kelola stres dengan baik karena kondisi ini dapat memicu peradangan ringan di tubuh.
Dengan gaya hidup yang seimbang dan kebersihan mata yang terjaga, risiko episkleritis dapat ditekan seminimal mungkin.
Kapan Harus ke Dokter Mata
Meskipun episkleritis umumnya ringan, jangan abaikan jika gejalanya berulang atau terasa semakin berat. Segera periksakan diri ke dokter mata jika mengalami:
-
Nyeri mata yang semakin parah atau menetap lebih dari beberapa hari.
-
Penglihatan kabur atau silau berlebihan.
-
Kemerahan yang menyebar luas dan disertai bengkak.
-
Riwayat penyakit autoimun yang sedang kambuh.
Pemeriksaan profesional akan membantu memastikan apakah peradangan tersebut benar episkleritis atau gejala awal gangguan mata yang lebih serius.
Kesimpulan: Episkleritis Bukan Masalah Sepele
Episkleritis adalah peradangan ringan pada jaringan mata yang sering kali sembuh dengan sendirinya, namun tetap memerlukan perhatian. Kondisi ini menjadi pengingat bahwa kesehatan mata tidak boleh diabaikan, sekecil apa pun gejalanya.
Dengan diagnosis tepat dan perawatan yang benar, episkleritis bisa ditangani tanpa meninggalkan dampak jangka panjang. Menjaga pola hidup sehat, melindungi mata dari iritasi, dan memeriksakan diri ke dokter secara rutin adalah langkah terbaik untuk memastikan mata tetap sehat dan berfungsi optimal.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca juga artikel lainnya: Kista Bartholin dan Cara Mengatasinya Secara Medis dan Alami
