Jakarta, incahospital.co.id – Bayangkan sebuah pipa air di rumah yang dialiri air dengan tekanan terlalu tinggi. Awalnya pipa itu tampak baik-baik saja, tapi seiring waktu, tekanan berlebihan membuat pipa rapuh dan rentan pecah. Itulah gambaran sederhana dari tekanan darah tinggi atau hipertensi dalam tubuh manusia.
Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi hipertensi pada orang dewasa sudah mencapai lebih dari 30%. Angka ini tidak main-main, mengingat hipertensi kerap dijuluki sebagai “silent killer”—pembunuh diam-diam—karena sering kali tidak menimbulkan gejala sebelum terjadi komplikasi serius seperti stroke atau serangan jantung.
Secara medis, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Tekanan darah sendiri adalah ukuran kekuatan darah saat mendorong dinding pembuluh arteri. Angka pertama (sistolik) menunjukkan tekanan saat jantung memompa darah, sedangkan angka kedua (diastolik) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara detak.
Menariknya, banyak orang baru sadar mereka mengidap hipertensi saat melakukan pemeriksaan rutin. Ini mirip seperti kita tidak menyadari ban mobil kempes perlahan sampai mobil mulai terasa goyang.
Penyebab dan Faktor Risiko: Lebih dari Sekadar Garam

Sering kali, garam menjadi kambing hitam utama penyebab tekanan darah tinggi. Memang, konsumsi garam berlebihan bisa meningkatkan tekanan darah karena natrium menyebabkan tubuh menahan cairan, sehingga volume darah meningkat. Namun, faktanya penyebab hipertensi jauh lebih kompleks.
Faktor Risiko yang Tidak Bisa Diubah:
-
Usia: Risiko meningkat seiring bertambahnya umur, terutama setelah usia 40 tahun.
-
Genetik: Riwayat keluarga dengan hipertensi membuat kemungkinan kita lebih tinggi.
-
Jenis Kelamin: Pria umumnya berisiko lebih tinggi di usia muda, namun setelah menopause, risiko pada wanita meningkat.
Faktor Risiko yang Bisa Dikendalikan:
-
Kelebihan Berat Badan: Lemak berlebih, terutama di area perut, membuat jantung bekerja lebih keras.
-
Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari mengurangi elastisitas pembuluh darah.
-
Pola Makan Buruk: Terlalu banyak garam, makanan olahan, dan lemak jenuh.
-
Konsumsi Alkohol & Merokok: Keduanya mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan.
-
Stres Kronis: Mendorong tubuh melepaskan hormon yang meningkatkan tekanan darah.
Saya pernah bertemu seorang bapak berusia 55 tahun, pekerja kantoran yang mengaku tidak pernah punya keluhan kesehatan. Saat ikut tes kesehatan gratis di lingkungan kantornya, ia kaget karena tekanan darahnya mencapai 160/100 mmHg. Ternyata, kebiasaan minum kopi kental tiga kali sehari, makan cepat saji setiap malam, dan jarang olahraga menjadi penyebab utamanya.
Gejala yang Sering Diabaikan
Inilah yang membuat hipertensi berbahaya: banyak penderita tidak merasakan gejala sama sekali. Namun, beberapa tanda bisa muncul ketika tekanan darah sudah sangat tinggi atau berlangsung lama:
-
Sakit kepala hebat, terutama di bagian belakang kepala
-
Pusing atau vertigo
-
Pandangan kabur
-
Nyeri dada
-
Detak jantung tidak teratur
-
Sesak napas
-
Mimisan tanpa sebab jelas
Namun, gejala ini tidak eksklusif untuk hipertensi. Itulah mengapa pemeriksaan tekanan darah secara rutin menjadi satu-satunya cara pasti untuk mengetahuinya.
Bayangkan seperti suhu mesin mobil—tidak ada alarm berbunyi sampai benar-benar panas berlebihan. Jika kita hanya menunggu gejala muncul, bisa jadi sudah terlambat.
Komplikasi Serius Jika Dibiarkan
Hipertensi yang tidak terkontrol ibarat bom waktu. Seiring waktu, tekanan berlebih merusak pembuluh darah dan organ vital. Berikut beberapa komplikasi yang bisa muncul:
-
Stroke: Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat.
-
Penyakit Jantung Koroner: Pembuluh darah yang rusak memicu penumpukan plak.
-
Gagal Jantung: Jantung dipaksa bekerja lebih keras hingga ototnya melemah.
-
Gagal Ginjal: Tekanan berlebih merusak pembuluh darah kecil di ginjal.
-
Gangguan Penglihatan: Kerusakan pembuluh darah di retina dapat menyebabkan kebutaan.
Kisah nyata datang dari seorang atlet veteran yang terlihat bugar dari luar. Ia rutin lari maraton, namun jarang memeriksa tekanan darah. Suatu pagi, ia pingsan saat latihan dan didiagnosis mengalami stroke ringan akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Cara Pencegahan dan Pengendalian yang Efektif
Mengendalikan tekanan darah tinggi bukan sekadar mengurangi garam. Pendekatannya harus menyeluruh.
Langkah Pencegahan:
-
Pola Makan Sehat: Terapkan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang kaya buah, sayur, biji-bijian, dan rendah lemak jenuh.
-
Batasi Asupan Garam: WHO merekomendasikan kurang dari 5 gram garam per hari.
-
Aktivitas Fisik Rutin: Minimal 30 menit sehari, lima kali seminggu.
-
Kendalikan Berat Badan: Turunkan berat badan jika BMI di atas normal.
-
Kelola Stres: Lakukan meditasi, yoga, atau hobi yang menenangkan.
-
Berhenti Merokok & Batasi Alkohol: Ini bukan hanya untuk tekanan darah, tapi juga kesehatan keseluruhan.
Pengendalian bagi yang Sudah Terdiagnosis:
-
Minum obat sesuai resep dokter, jangan menghentikan tiba-tiba meskipun merasa sehat.
-
Catat tekanan darah secara berkala, baik di rumah maupun saat kontrol ke dokter.
-
Diskusikan efek samping obat jika terasa mengganggu.
Saya pernah mewawancarai seorang pasien yang sukses menurunkan tekanan darahnya dari 150/95 menjadi 125/80 mmHg hanya dalam enam bulan. Rahasianya? Kombinasi diet DASH, jalan kaki setiap pagi, dan meditasi singkat sebelum tidur. Katanya, yang paling sulit justru mengubah kebiasaan ngemil keripik saat nonton TV.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Kesehatan
Baca Juga Artikel Dari: Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Investasi Kecil untuk Hidup Panjang
